Part 39

76 8 0
                                    

Di dapur, Natalia menuangkan air dari dispenser ke dalam gelas lalu ia meneguknya sampai tandas. Saat akan kembali ke kamar, Natalia mendengar suara pintu terbuka. Ia menghentikan langkahnya lalu menoleh ke pintu dapur yang menuju ke halaman belakang.

Pintu tersebut terbuka seolah-olah ada yang mendorongnya dari luar. Ada asap hitam yang mengepul di balik pintu.

Natalia mengernyit. Ia pun berjalan menuju pintu dengan beraninya. Saat pintu dibuka, asap tersebut melebur dan menghilang begitu saja. Natalia mengedikkan bahunya lalu menutup pintu. Saat berbalik, sosok berwajah gosong itu berdiri di belakangnya tanpa diketahui Natalia.

Namun, saat ia melangkah, Natalia baru merasakan kehadiran sosok itu yang sangat dekat di belakangnya.

"Tolong aku," ucap sosok itu kemudian menghilang seketika.

Deg!

Serasa ada godam yang menghantam jantung Natalia. Gadis itu segera kembali ke kamarnya dengan pandangan lurus tanpa menoleh sedikit pun seperti robot berjalan.

Irgina sedang mengotak-atik laptopnya. Ia tampak serius melihat ke layar. Pintu tiba-tiba terbuka membuat Irgina terlonjak kaget dan menoleh ke pintu. Ternyata Natalia yang masuk dengan wajah pucat.

"Kau membuatku kaget saja. Aku masih kepikiran tentang sesuatu yang berada di sekeliling Rina," gerutu Irgina.

Natalia duduk di samping Irgina. Ia masih tampak shock.

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Irgina khawatir.

Natalia menoleh pada Irgina lalu ia menggeleng pelan. "Tidak ada apa-apa, kok."

Irgina mengernyit. "Wajahmu pucat, jangan bilang kau melihat sesuatu lagi."

Natalia mengibaskan tangannya. "Aku tidak melihat apa-apa, kok."

Irgina kembali fokus ke layar laptopnya.

Padahal aku sering melihat hantu yang lebih menyeramkan bahkan sangat-sangat menyeramkan, tapi hantu muka gosong itu membuatku terkejut dan merinding. Bukan karena dia hantu yang memiliki aura jahat atau hantu yang memiliki rupa menyeramkan, tapi dia muncul dengan aesthetic dan membuatku benar-benar merinding, batin Natalia.

"Apa Zyara sudah pulang?" tanya Irgina.

"Aku tidak tahu. Dari tadi aku tidak melihatnya," jawab Natalia.

Sesaat Irgina menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh pada Natalia. "Apa mungkin dia mendapatkan masalah?"

Natalia tampak berpikir. "Masalah? Dia memang selalu punya banyak masalah dan bermasalah."

"Tidak, maksudku... kau ingat saat dua temannya datang waktu itu? Zyara bilang, dia tidak punya teman dan teman-teman sekelasnya sangat membencinya. Mereka menjauhinya. Bagaimana kalau mereka melukai Zyara? Bisa jadi Zyara tidak pergi ke sekolah dalam waktu yang cukup lama, karena dia ditindas," ucap Irgina.

Natalia tampak berpikir.

🥀🥀🥀

Zyara jatuh terduduk ke tanah. Ia mendongkak menatap teman-temannya yang menatap tajam ke arahnya. Dua orang perempuan dan tiga orang laki-laki.

"Gara-gara kau, pacarku memiliki bekas luka menganga di wajahnya yang cantik. Sekarang dia tidak cantik lagi," kata laki-laki berambut pirang.

Zyara mendongkak menatap laki-laki itu. "Kau sebut dia cantik? Ya, wajahnya memang sangat cantik, tapi dia tidak bisa menjaga mulutnya. Aku benci mulut jahat seperti itu."

"Apa kau psikopat?! Kita lihat seberapa psikopat 'kah dirimu?!" Siswi berambut panjang itu mengambil sebatang kayu bekas reruntuhan. Ada banyak paku yang sudah berkarat tertancap di ujung kayu tersebut.

Perempuan itu menodongkan kayu itu ke wajah Zyara. Namun, Zyara tidak terlihat takut sama sekali.

"Lihatlah, meski dia sudah diambang kematian, dia tetap memasang wajah sok berani," kata salah satu dari mereka. Yang lainnya tertawa.

Siswi itu mengangkat kayu tersebut untuk memukul Zyara, tapi tanpa diduga, Zyara menahan kayu tersebut dengan tangannya. Paku-paku yang berkarat itu melukai telapak tangannya. Darah segar mengalir ke tanah.

Teman-temannya Zyara terkejut dengan aksi nekat Zyara.

Sosok bergaun merah itu muncul di belakang Zyara. Wajahnya sangat dekat dengan telinga Zyara. Ia berbisik, "Jangan takut, mereka mungkin banyak, tapi kau tidak akan kalah, kan?"

Zyara meringis pelan merasakan paku tersebut menancap semakin dalam dan menekan tulang tangannya.

"Mereka hanya berlima. Kalau kau kesulitan, aku akan membantumu. Kau ingin aku membantumu, kan? Katakan iya, maka mereka akan mati dalam sekejap," ucap wanita bermata merah menyala itu.

Zyara mendorong kayu tersebut hingga ujungnya menghantam perut perempuan di depannya. Perempuan itu tersungkur jatuh.

"Sialan!"

Dua laki-laki di samping Zyara memegangi kedua tangannya. Perempuan yang satunya menampar wajah Zyara.

Sosok bermata merah menatap punggung Zyara. "Kau mau berjuang sendirian? Yakin tidak membutuhkan bantuanku?"

Zyara mendongkak menatap perempuan di depannya dengan tajam. Sudut bibir Zyara berdarah. Ia meludah ke wajah perempuan itu.

"Jalang sialan!" Perempuan itu akan memukul Zyara lagi.

Namun, Zyara mengangkat kedua kakinya dan menendang wajah perempuan itu hingga tersungkur.

Sosok bergaun merah tertawa cekikikan melihat itu.

Laki-laki berambut pirang tidak tinggal diam. Ia mencekik leher Zyara dan mendorongnya hingga tersungkur jatuh ke tanah. Pegangan kedua laki-laki di sampingnya terlepas. Laki-laki pirang itu menindih perut Zyara dan terus mencekiknya dengan kuat.

Tangan Zyara meraih batu di sampingnya lalu ia menghantamkannya ke wajah laki-laki itu.

Saat Zyara akan berlari, dua laki-laki tadi menahannya lagi.

Namun, tiba-tiba muncul sebuah tangan pucat dari dalam tanah yang mencengkeram kaki salah satu dari laki-laki itu.

"Aaaa! Apa itu?!"

Tangan-tangan pucat mulai bermunculan dan menyentuh wajah laki-laki yang satunya. Ia juga berteriak ketakutan.

Zyara yang melihat itu juga berteriak panik. Ia melihat banyak tangan pucat yang muncul dari mana-mana menyerang teman-temannya.

Zyara melihat siswi berseragam SMA yang berdiri tak jauh dari mereka. Pakaiannya lusuh dan wajahnya pucat. Ia menatap penuh kebencian pada para siswa itu.

Karena ketakutan, mereka berlima pun berlari kabur. Zyara menelan saliva. Kini tinggal dirinya di sana bersama hantu siswi SMA itu.

Pandangan hantu siswi berseragam SMA itu tertuju pada sosok wanita bergaun merah di belakang Zyara yang juga tengah menatap padanya.

"Zyara!" Natalia datang. Ia menoleh pada sosok siswi SMA yang berdiri tak jauh darinya. Hantu siswi SMA itu juga menatap pada Natalia.

"Kak Natalia!" Zyara berlari ke arah Natalia lalu memeluknya sambil menangis.

Natalia mengangguk pada hantu siswi SMA itu yang juga menganggukkan kepalanya kemudian menghilang dari pandangan.

"Kak Natalia," tangis Zyara.

Natalia mengusap rambut Zyara. "Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja. Maaf, aku datang terlambat."

Zyara mengeratkan pelukannya.

Pandangan Natalia teralihkan pada sosok bergaun merah yang masih berdiri di tempatnya. Sosok bermata merah itu juga menatap pada Natalia. Ia baru menyadari kalau Natalia tengah melihat ke arahnya, benar-benar melihat padanya.

"Dia bisa melihatku? Menarik."

🥀🥀🥀

09.33 | 1 Desember 2020
By Ucu Irna Marhamah

MISANTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang