Gadis berseragam SMA itu tersungkur jatuh dengan tubuh yang dihiasi luka lebam. Dari tanda pengenal di seragamnya tertera nama Natalia Jeanne. Sementara 3 siswi yang berseragam sama dengannya berdiri di dekatnya dan tertawa sambil meludahi Natalia.
Natalia tampak tidak berdaya. Ia tidak bisa melakukan apa pun apalagi melawan mereka.
Ketiga siswi itu saling berbisik. Mereka pun pergi. Natalia berusaha bangkit, tapi sekujur tubuhnya terasa sakit. Ia mengira penderitaannya sudah selesai.
Namun, ketiga siswi itu kembali sambil membawa tali dan karung yang isinya batu bata. Mereka mengikat tubuh Natalia dan juga karung itu. Mereka menyeret Natalia ke lantai dasar di mana ada kolam renang sekolah.
Mereka kini berada di tepi kolam yang kedalamannya 10 meter.
"Aku tahu kau menderita karena mengurus ibumu yang gila dan merepotkan itu. Sekarang kau punya alasan untuk tidak merawatnya lagi," ucap salah satu dari mereka.
"Kenapa kalian melakukan ini?" tanya Natalia dengan suara bergetar.
"Kenapa? Karena kau sampah. Aku tidak suka orang sepertimu!" Mereka bertiga mendorong Natalia ke kolam.
Natalia merasakan tubuhnya tertarik ke dasar kolam, karena batu bata di dalam karung yang diikatkan ke tubuhnya. Ia tidak bisa menggerakkan kedua tangannya yang terikat.
Muncul dua bola besar berwarna merah di dasar kolam.
Natalia merasakan air yang masuk melalui hidung dan mulutnya memenuhi paru-paru. Ia berusaha menggerakkan kedua tangannya yang terikat.
Natalia mulai terbatuk-batuk. Ia berhenti meronta. Karung berisi batu bata itu sudah mendarat di dasar kolam. Tubuh Natalia terapung di dalam kolam.
Natalia merasakan ada tangan-tangan yang menyentuh sekujur tubuhnya. Tangan-tangan pucat itu seolah menyambutnya. Perlahan kedua matanya mulai tertutup.
Samar-samar ia mendengar suara bisikan, "Aku akan membantumu. Katakan kau membutuhkan bantuanku. Aku akan menyelamatkanmu."
Sebuah tangan dengan jemari yang panjang muncul membuat tangan-tangan pucat di tubuh Natalia menghilang. Sosok bergaun merah itu kini mengambang juga di belakang Natalia. Ternyata tangan itu adalah miliknya.
Sosok itu menyentuh kalung salib di leher Natalia. "Kau punya sedikit kesempatan. Katakan kalau kau masih ingin hidup. Aku akan menyelamatkanmu."
Kalung salib Natalia ditarik dan putus. Sosok bermata merah itu menjatuhkan kalung salib tersebut ke dasar kolam.
Ketiga siswi itu tampak keluar dari gerbang.
"Besok sekolah akan menjadi heboh saat menemukan mayat si Natalia di kolam."
"Iya, ini akan menjadi berita utama di TV."
"Dia pantas mati dan.... aw!" Siswi itu meringis pelan saat sebuah batu terlempar dan mengenai kepalanya. Ketiga siswi itu menoleh melihat Natalia yang basah kuyup berdiri dengan karung yang tadi mereka isi dengan batu bata di tangannya.
"Ba-bagaimana bisa?"
🥀🥀🥀
Natalia melihat ketiga siswi yang sudah babak belur itu mengambang di permukaan air kolam sambil menangis dan berteriak meminta tolong. Natalia mengikat mereka pada karung berisi batu bata yang berjumlah sedikit agar ketiga siswi itu tidak tenggelam, tapi mengambang di permukaan kolam.
"Seharusnya kalian mati. Bukannya aku tidak ingin membunuh kalian, tapi aku tidak mau mengotori tanganku." Setelah berkata demikian, Natalia berlalu sambil memakai kalung salibnya.
Sosok bergaun merah itu berdiri di tepi kolam sambil menatap punggung Natalia yang pergi menjauh. Ia melihat pada ketiga siswi yang menjerit meminta maaf dan memohon pertolongan.
🥀 Flashback On 🥀
Natalia merasakan ada tangan-tangan yang menyentuh sekujur tubuhnya. Tangan-tangan pucat itu seolah menyambutnya. Perlahan kedua matanya mulai tertutup.
Samar-samar ia mendengar suara bisikan, "Aku akan membantumu. Katakan kau membutuhkan bantuanku. Aku akan menyelamatkanmu."
Sebuah tangan dengan jemari yang panjang muncul membuat tangan-tangan pucat di tubuh Natalia menghilang. Sosok bergaun merah itu kini mengambang juga di belakang Natalia. Ternyata tangan itu adalah miliknya.
Sosok itu menyentuh kalung salib di leher Natalia. "Kau punya sedikit kesempatan. Katakan kalau kau masih ingin hidup. Aku akan menyelamatkanmu."
Sosok merah itu menunggu jawaban.
"Ingatlah, ayahmu... ibumu... mereka tidak peduli lagi padamu. Mereka sudah membuangmu. Kau tidak punya siapa-siapa lagi. Aku adalah malaikat penolongmu. Aku akan selalu di sisimu dan membantumu saat kau membutuhkanku," kata sosok bermata merah itu sambil tersenyum lebar.
Kalung salib Natalia ditarik dan putus. Sosok bermata merah itu menjatuhkan kalung salib tersebut ke dasar kolam.
Natalia membuka matanya. Ia meronta-ronta membuat pisau cutter dari saku roknya keluar dan naik ke permukaan.
Sosok bermata merah itu memperhatikan usaha yang tiada henti dilakukan oleh Natalia.
Sebelum pisau cutter itu benar-benar sampai ke permukaan, Natalia segera menggerakkan kedua kakinya mengapit cutter tersebut. Ia pun berusaha memindahkan pisau cutter ke tangannya. Dengan susah payah, Natalia berhasil memotong tali dan melepaskan diri lalu berenang ke permukaan.
Natalia muncul dari permukaan air. Ia bergerak menuju ke tepi kolam sambil terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Natalia memukuli dadanya sambil terus mengeluarkan air dari mulutnya.
Dari mana Natalia mendapatkan pisau cutter itu? Ia mendapatkannya saat ketiga siswi itu memotong tali menggunakan cutter. Saat lengah, Natalia mengambilnya untuk menusuk mereka, tapi ia tidak bisa melakukannya sehingga Natalia memilih menyembunyikannya untuk berjaga-jaga.
"Brengsek! Bajingan gila! Jalang sialan! Aku akan membunuh kalian!" Natalia naik ke tepi kolam dengan dipenuhi amarah. Saat ia akan pergi, tangannya bergerak menyentuh lehernya. Kalung salibnya tidak ada.
Natalia melihat ke sekeliling. "Jatuh di mana, ya?"
Natalia melihat ke kolam. Ia pun terpaksa kembali turun ke kolam untuk mencari kalung salibnya. Setelah ketemu, ia pun kembali ke permukaan dan mencari ketiga siswi yang telah menganiayanya.
🥀 Flashback Off 🥀
Rina tersenyum lebar. "Ingat?"
Natalia berusaha menggerakkan tubuhnya. Jemarinya bergerak meski kaku. Tanpa diduga, ia melayangkan kepalan tangannya ke wajah Rina membuat Rina tersungkur jatuh ke lantai.
"Bagaimana mungkin?" gumam Rina.
"Aw!" ringis Natalia saat mencabut gunting benang yang menancap di perutnya. Darah segar mengalir banyak sekali.
Tiba-tiba Rina menyerangnya. Mereka berdua tersungkur ke lantai. Rina yang berada di atas tubuh Natalia mencekik leher Natalia dengan kuat.
Natalia berusaha melawan, tapi ia kesulitan, karena luka tusukan di perutnya. Dengan sekuat tenaga, Natalia menendang perut Rina membuat dirinya terlepas dari cekikan Rina.
Natalia segera mengambil payung di sudut ruangan lalu memukul Rina. "Keluar kau dari tubuh Rina, Iblis sialan!"
Rina tertawa. "Aku dan Rina sudah menyatu. Kami tidak bisa dipisahkan. Kalau aku keluar dari tubuhnya, maka Rina akan mati."
Natalia mengepalkan tangannya geram.
"Meski kau memukulku, menendangku, dan membunuhku, aku tidak akan mati. Rina yang akan kesakitan dan mati." Rina tertawa keras.
Kepalan tangan Natalia melemah.
🥀🥀🥀
17.34 | 1 Desember 2020
By Ucu Irna Marhamah

KAMU SEDANG MEMBACA
MISANTHROPE
HororSINOPSIS Bermula dari seorang editor naskah novel yang mencari seorang penulis novel yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi. Seolah-olah ditelan bumi, penulis novel misterius itu tidak ada kabar sama sekali setelah beberapa minggu terakhir. Pem...