Part 51

23 3 0
                                    

Irgina dan Natalia berdiri di depan rumah. Mereka tampak khawatir.

"Dia tidak bisa dihubungi. Kau tahu sendiri sinyal di sini lelet sekali," gerutu Irgina.

"Tadi, dia bilang dia akan naik ojek, kan? Jadi, kenapa Kakak khawatir?" tanya Natalia.

"Iya, tapi tetap saja aku khawatir. Anak itu agak ceroboh," kata Irgina.

"Dia bisa berkelahi, kok, Kakak tenang saja. Tidak akan terjadi apa-apa padanya," hibur Natalia.

"Meski pun dia bisa berkelahi, bagaimana kalau orang jahatnya banyak? Dia bisa terluka," ucap Irgina.

"Tidak mungkin, dia tidak akan terluka. Jangan berpikiran buruk terus, Kak," kata Natalia.

Perhatian Irgina dan Natalia teralihkan pada motor yang berhenti di depan rumah. Kedua gadis itu melihat Zyara turun dari motor tersebut.

"Oh? Zyara?" Irgina dan Natalia segera menghampirinya.

"Kak Irgina, Kak Natalia? Kalian menungguku?" Zyara tampak senang.

"Syukurlah kau pulang dengan selamat," kata Irgina.

Natalia melihat ke arah Zaki. "Oh? Pak Polisi?"

Irgina juga menoleh pada Zaki. "Oh, Pak Polisi yang mengantar Zyara pulang?"

Zaki tersenyum sambil mengangguk santun, begitu pun dengan Irgina dan Natalia.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang." Zaki melajukan motornya meninggalkan kediaman Zyara.

"Katanya naik ojek," ucap Natalia.

Zyara mengalihkan pandangannya kemudian ia berlalu masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apa pun.

"Ada apa dengannya? Kita sudah khawatir dan setia menunggunya pulang, tapi dia malah begitu," gerutu Natalia sambil berlalu menyusul Zyara.

Irgina mendengus kesal. Ia pun memasuki rumah menyusul Natalia dan Zyara.

Sementara itu, Rina baru selesai dengan pekerjaannya. Ia keluar dari rumah Bu RT.

"Rina?" panggil Bu RT.

Rina menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap Bu RT yang berjalan menghampirinya.

"Aku turut berbelasungkawa atas kepergian ibumu," ucap Bu RT.

Rina mengangguk. "Terima kasih, Bu."

Bu RT tersenyum. "Yang kuat, ya."

Rina mengangguk lagi kemudian ia berlalu melanjutkan langkah sambil memutar bola matanya.

"Basa-basinya benar-benar basi. Dia tidak pandai berakting jadi orang baik," gumam Rina.

Seperti biasa, Rina melewati gang yang sama menuju ke rumahnya. Ia melihat ke tumpukan daun kering di mana mayat Isah ditemukan di sana. Rina tersenyum lebar lalu kembali menatap ke depan.

Tanpa disadarinya, Tati mengikutinya dari belakang. "Pasti dia yang membunuh Bu Isah."

Rina melewati lorong gang yang gelap. Tati masih mengikutinya. Ia berhenti di depan lorong itu. Tampaknya Tati merasa takut kalau harus melewati lorong tersebut. Ia juga tidak membawa senter untuk penerangan, karena biasanya ia lewat jalan utama yang ada lampu penerangan jalannya meski tidak terlalu terang.

Namun, Tati tetap nekat dan masuk melewati lorong gelap tersebut. Ia mendengar suara binatang malam yang khas membuat suasana semakin mencekam. Tati mempercepat langkahnya agar segera sampai di depan lorong sana. Ia melihat ada cahaya redup di depannya menandakan kalau ia hampir sampai di ujung lorong.

MISANTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang