Kantor Desa dipenuhi warga yang antre untuk pemilihan umum. Sementara Zyara sudah selesai memilih. Ia keluar dengan jari kelingkingnya yang ditandai dengan warna ungu.
Zaki juga berada di sana. Ia melihat Zyara. "Zyara?"
Mendengar namanya dipanggil, Zyara menoleh pada sumber suara. Ia mendengus kesal. "Dia lagi, dia lagi. Kenapa dia memanggil nama penaku lagi?"
Zaki menghampiri Zyara. "Apa kita bisa bicara?"
"Apa Pak Polisi sudah menemukan pembunuh ibuku?" Zyara balik bertanya.
"Itu sebabnya kita perlu berbicara," kata Zaki.
"Aku ada janji dengan seseorang, jadi aku tidak bisa pergi jauh apalagi pergi ke kantor polisi," kata Zyara.
Zaki melihat ke sekeliling. "Baiklah, kalau begitu, kita bicara di sekitar sini saja."
Akhirnya, Zyara dan Zaki pun duduk di salah satu warung makan. Ada banyak orang di sana, tapi Zaki dan Zyara memilih tempat duduk yang agak jauh dari orang-orang.
"Mengenai kasus orang hilang, ada laporan hilang lain sebelum ibumu," kata Zaki.
Zyara menatap Zaki.
"Widya teman baikmu, kan?"
Sesaat Zyara membeku mendengar Zaki menyebutkan nama teman dekatnya.
Karena Zyara tidak menjawab, Zaki melanjutkan, "Menurut laporan, Widya menghilang setelah mendatangi rumahmu. Apa kau bertemu dengannya?"
Zyara menelan saliva. Ia tampak khawatir dan tertekan dengan pertanyaan itu. Zaki menyadarinya. Ia bisa membaca ekspresi Zyara.
"Aku tidak bertemu dengannya. Terakhir kali bertemu sewaktu aku menunjukkan novel baruku," kata Zyara.
Zaki mengangguk. "Jadi, kau tidak bertemu dengannya. Bisa jadi dia bertemu dengan salah satu orang di rumahmu."
Zyara menatap Zaki. "Aku tidak tahu."
🥀🥀🥀
Irgina tampak sudah rapi. Ia keluar dari rumah dan melihat beberapa warga yang lewat. Tampaknya mereka baru saja selesai melaksanakan kegiatan pemilihan umum. Ditandai dengan tinta ungu di kelingking mereka.
"Mereka sudah pulang, lalu Zyara di mana?" gumam Irgina. Ia melihat motor hitam itu berhenti di depan rumah, ternyata Zaki dan Zyara.
"Selamat pagi," sapa Zaki.
Irgina mengangguk. "Selamat pagi."
Setelah menyapa singkat, Zaki melajukan motornya meninggalkan rumah Zyara.
"Aku akan bersiap, tunggu sebentar, ya, Kak," kata Zyara sambil terburu-buru masuk ke dalam rumah.
Irgina menunggu di luar sambil melihat ke sekeliling. Ada dua orang gadis yang sedang melihat ke arahnya sambil berbisik-bisik.
Merasa menjadi pusat perhatian, Irgina menghampiri mereka sambil tersenyum dan menyapa, "Selamat pagi, apa ada yang bisa aku bantu?"
"Eh, Kak, yang tadi itu siapa, ya?"
Irgina mengernyit. "Yang tadi yang mana?"
"Itu yang mengantar Resa."
Irgina bingung dengan pertanyaan gadis-gadis yang kepo itu. Ia enggan menjawab.
"Kasihan dia, setelah ibunya meninggal, dia menjadi sama seperti ibunya."
"Iya, dia pasti kesulitan mencari uang sehingga melayani pria-pria itu."
Mendengar tuduhan kedua perempuan itu, Irgina tampak kesal. "Apa yang kalian bicarakan? Resa adalah seorang penulis novel. Dia mendapatkan uang dari menulis novel. Dia bukan gadis yang suka melayani pria."

KAMU SEDANG MEMBACA
MISANTHROPE
HorrorSINOPSIS Bermula dari seorang editor naskah novel yang mencari seorang penulis novel yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi. Seolah-olah ditelan bumi, penulis novel misterius itu tidak ada kabar sama sekali setelah beberapa minggu terakhir. Pem...