Part 43

76 8 0
                                    

"Terima kasih, Bu." Irgina membayar cabe rawit yang ia beli pada petani yang menjualnya.

Setelah mendapat apa yang mereka butuhkan, Irgina dan Natalia pun kembali untuk pulang.

Saat melewati pohon besar itu, lagi-lagi langkah Natalia terhenti. Energi dari pohon itu menarik perhatiannya.

Sekelebat penglihatan muncul di benak Natalia. Anak-anak yang bermain dan orang dewasa yang berbincang di sekitar pohon besar itu. Natalia menggelengkan kepalanya.

Irgina menghentikan langkahnya. Ia menoleh pada Natalia yang terbengong menatap pohon besar itu. Karena khawatir, Irgina pun menghampiri Natalia.

"Kau kenapa?"

Natalia merasakan ada tangan mungil dan dingin yang menyentuh tangannya. Ia menunduk melihat sosok anak kecil yang kini tengah menatapnya.

Irgina menahan bahu Natalia yang tiba-tiba sempoyongan. "Natalia?"

"Aku pusing," kata Natalia pelan. Ia melihat anak kecil itu yang sudah menghilang dari tempatnya.

Irgina melihat ke sekeliling. "Zyara bilang, ada saung kecil di depan sana. Ayo, kita istirahat dulu di sana. Mungkin kau belum terbiasa datang ke sawah. Apalagi barusan panas sekali, karena matahari di atas kepala."

Mereka pun menuruni terasering di lereng bukit melewati pohon besar itu. Sesaat Natalia melihat sekelebat sosok yang mengintip dari balik pohon, tapi ia mengabaikannya.

"Oh? Ternyata benar, ada gubuk." Irgina melihat saung bambu yang tak jauh dari pohon itu. Ia pun membawa Natalia ke sana dan menyuruhnya duduk.

"Ternyata tempat ini memang sejuk dan nyaman. Pantas saja Zyara suka menulis novel di sini," ucap Irgina sambil menatap pohon besar di depannya.

Ternyata pohon tersebut tumbuh di atas tanah dan batu. Akar-akarnya yang besar menjuntai membuat pohon tersebut terlihat sangat angker dan menyeramkan.

"Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanya Irgina sambil mengusap rambut Natalia.

Natalia mengangguk. "Ayo, kita pulang. Aku lapar."

Irgina mengangguk. Ia membantu Natalia berdiri, tapi samar-samar Irgina mendengar suara kucing.

"Apa kau mendengarnya?" tanya Irgina.

Natalia mengangguk. "Iya, aku mendengar suara kucing."

Irgina mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Tunggu sebentar, sepertinya kucingnya sedang dalam bahaya. Dia mengeong dengan keras seperti sedang dikejar atau dilukai."

Natalia kembali duduk.

Irgina melangkah mencari kucing yang tidak berhenti mengeong. Malah suaranya semakin keras. Ia menaiki akar pohon besar yang merambat di atas batu besar dan tanah. Irgina melihat kucing berbulu hitam itu tersangkut di dahan pohon. Meski tidak terlalu tinggi, tampaknya kucing yang masih kecil itu tidak berani melompat ke bawah.

"Malang sekali kucing manis itu." Irgina menaiki akar besar di depannya lalu berjinjit untuk menolong kucing hitam tersebut.

Natalia tampak serius memperhatikan Irgina. Ia tampak khawatir. "Hati-hati, Kak!"

Setelah kucing itu berhasil diselamatkan, Irgina melepaskannya. Kucing itu pun berlari pergi. Pandangan Irgina tertuju ke kertas yang tersangkut di dahan yang sama. Ia mengernyit lalu mengambilnya.

"Kertas apa ini?" gumam Irgina.

Karena penasaran, Irgina membuka tali yang mengikat kertas itu. Ternyata isinya adalah paku, silet, pecahan beling, rambut, kuku, dan darah kering yang dibalut kertas yang tertera nama serta tanggal lahir seseorang. Ada tulisan yang tidak dimengerti juga dalam kertas tersebut.

MISANTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang