Part 68

67 8 0
                                    

"Zyara...."

"Iya?"

"Widya di sini... dia bilang, dia senang mendengar kabar kalau kau baik-baik saja," ucap Natalia.

Hening.

Zyara tidak mengatakan apa pun. Widya terlihat sedih. Di seberang sana, Zyara menangis. Natalia dan Widya mendengarnya.

"Zyara? Kau menangis?" tanya Natalia.

Widya merasa sedih.

"Maafkan aku, Widya... maafkan aku," ucap Zyara sambil menangis terisak. "Aku minta maaf."

Widya menitikkan air matanya. "Resa... jangan meminta maaf dan jangan menangis... ini semua bukan salahmu."

Natalia menyampaikan perkataan Widya pada Zyara, "Widya bilang, jangan meminta maaf dan jangan menangis, karena ini semua bukan salahmu."

Zyara semakin terisak. "Aku sudah mengakui kesalahanku pada polisi karena telah membantu melindungi kakakku dengan menyembunyikan kejahatannya. Polisi akan menghukumku sesuai dengan ketentuan yang berlaku."

Widya tidak merespon. Dia masih menitikkan air matanya.

"Zyara, kalau kau tahu di mana jenazah Widya, tolong beritahu kami segera. Widya tidak bisa menyeberang ke dunia roh, karena jenazahnya mati dengan tidak wajar," kata Natalia memohon.

Widya memasang kupingnya baik-baik menunggu jawaban Zyara.

"Waktu itu Ibu membakar tubuh Widya di bak sampah. Sepertinya jenazah Widya sudah menjadi abu. Sampai saat ini bak sampah itu tidak dibersihkan. Mungkin abu mayat Widya masih di sana," kata Zyara.

Natalia mengernyit. "Tidak mungkin, jika iya tubuh Widya sudah menjadi abu, hantunya tidak akan gosong dan berbentuk utuh layaknya manusia seperti ini. Pasti jenazahnya masih utuh setelah tewas dibakar hidup-hidup dan disembunyikan di suatu tempat yang tidak kau ketahui."

Widya mendelik kesal pada Natalia.

"Hanya itu yang aku tahu," kata Zyara pelan. "Maafkan aku."

Natalia terdiam untuk sesaat. Ia mendengar suara yang ia kenal. Itu adalah suara sosok wanita bermata merah. Entah apa yang diucapkan sosok itu, tapi Natalia yakin kalau itu adalah sosok bermata merah.

"Zyara?" panggil Natalia.

"Iya, Kak?"

"Apakah ada orang lain ruangan itu? Kau bersama seseorang?" tanya Natalia.

"Aku sendirian di sini," jawab Zyara yang terdengar ketakutan. Ia melihat ke sekelilingnya.

"Aku juga mendengarnya... suara wanita bermata merah itu. Dia pasti berada di dekat Resa. Mungkin dia ingin melukai Resa," kata Widya.

Natalia menoleh pada Widya. Mereka berdua tampak khawatir.

"Memangnya kenapa, Kak? Jangan membuatku takut," kata Zyara.

"Sebaiknya kau keluar dari ruangan itu dan segera temui polisi yang bertugas di sana," kata Natalia.

Zyara menuruti perkataan Natalia. Ia segera bangkit dari ranjang tempatnya duduk lalu bergegas menuju ke pintu. Saat pintu dibuka, kedua mata Zyara terbelalak melihat Rina berdiri di depan pintu. Rina tersenyum lebar.

"Zyara? Halo?" Natalia tidak mendengar suara Zyara.

Widya menatap Natalia. "Ada apa? Kenapa? Kenapa Zyara tidak menjawab?"

"Zyara? Kau mendengarku?" Natalia melihat layar ponselnya. "Apa panggilannya masih terhubung?"

Panggilannya masih terhubung. Natalia kembali meletakkan ponselnya ke telinga. "Zyara? Jawab aku."

MISANTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang