Yuda mengantar Natalia pulang ke rumah Zyara. Dalam perjalanan, mereka berdua sama-sama diam.
Natalia kurang senang dengan kesunyian dan kecanggungan, sehingga ia memutuskan untuk bicara duluan, "Besok hari Minggu, kita pergi ke Gereja bersama lagi, ya."
"Oh, iya." Yuda mengangguk.
Natalia tersenyum. "Sepertinya Mas Yuda sangat dekat dengan Dartiwi."
Yuda tersenyum. "Dia gadis yang baik dan ramah. Dia juga cantik."
Natalia menoleh pada Yuda. "Begitukah?"
Yuda mengangguk.
"Mas Yuda, apakah ponsel Mas Yuda sudah ketemu?" tanya Natalia.
"Sudah, Dartiwi yang menemukannya," jawab Yuda.
Pantas saja, batin Natalia.
"Pak Eldo tadi menelepon dan menanyakan Mas Yuda," ucap Natalia.
"Benarkah?"
"Kapan kita akan pulang ke kota?"
Yuda menghentikan langkahnya. Ia menatap Natalia yang masih berjalan. Karena Yuda berhenti, Natalia juga berhenti melangkah. Ia menoleh pada Yuda.
"Aku tidak bisa meninggalkan Dartiwi. Dia adalah sesuatu yang paling berharga dalam hidupku saat ini," kata Yuda.
Natalia mencerna ucapan Yuda. Ia melihat wajah kakek tua di leher Yuda semakin besar.
"Tapi, waktu itu Mas Yuda bilang, Rabu depan Mas Yuda harus ke luar kota dan...."
"Aku tidak bisa! Aku tidak mau pergi dari desa ini!" bentak Yuda. "Lagipula aku yang membawa mobil. Kalian tidak akan bisa pulang tanpaku, bukan?!"
Natalia terdiam untuk sesaat mendengar bentakkan Yuda. Lalu gadis itu mengangguk pelan. "Begitu, ya? Baiklah. Aku tidak akan menanyakan hal yang sama lagi."
Setelah berkata demikian, Natalia pun berlalu. Yuda merasa bersalah. Ia menyusul Natalia.
"Natalia?"
Langkah Natalia terhenti lalu ia berbalik. "Mas Yuda, sudah sampai sini saja. Mas Yuda bisa kembali lagi ke rumah Pak RT."
Natalia melanjutkan langkahnya.
Yuda menghela napas berat. "Kenapa aku merasa bersalah padanya?"
🥀🥀🥀
"Natalia bilang, semalam kau ingin menemuiku. Ada yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Irgina.
Zyara tampak berpikir lalu ia mengangguk. "Bisakah kita bicara di tempat lain?"
Irgina mengangguk. "Baiklah, kau mau bicara di mana?"
Zyara dan Irgina berjalan menyusuri jalanan sawah yang luas dan besar. Pemandangan persawahan yang indah dan hijau itu membuat Irgina terpesona.
"Wah, apa kau sering datang ke mari? Tempat ini bagus untuk refreshing," ucap Irgina.
"Dulu aku sering datang ke mari bersama temanku. Tapi, belakangan ini aku datang sendirian hanya untuk menulis novel atau melamun di saung bambu," jawab Zyara.
Mereka pun duduk di sebuah saung bambu persawahan.
"Ibuku punya sawah kecil, tapi seumur hidupku aku belum pernah melihatnya. Untuk pertama kalinya aku melihat sawah secara langsung," kata Irgina sambil melihat ke sekeliling.
Ada beberapa petani yang sibuk panen, ada juga yang duduk di saung bambu, beberapa anak kecil tampak berlarian di sawah yang kering. Pemandangan tersebut hanya bisa dilihat di desa-desa kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
MISANTHROPE
HorrorSINOPSIS Bermula dari seorang editor naskah novel yang mencari seorang penulis novel yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi. Seolah-olah ditelan bumi, penulis novel misterius itu tidak ada kabar sama sekali setelah beberapa minggu terakhir. Pem...