part-6

8.1K 410 24
                                    

Ariz semakin mempererat pelukannya kala Asya mendorongnya menjauh.
"Lepas! Biar kuberi pelajaran orang yang membuat putriku seperti ini!"

"Asya jangan gegabah! Tenang..." Ariz menarik tangan wanita itu agar tetap tenang.

"Tenang! Putriku sekarat sekarang! Aku sebagai Ibu tidak terima anaknya diperlakukan seperti ini. Memang kenapa kalau Zhela tidak memiliki Ayah?" Asya bertanya dengan berlinang air mata. Nafasnya bahkan mulai tidak beraturan.

Ariz menghembuskan nafasnya berat, seharusnya ia tidak memberi tau alasan mengapa Zhela terluka disaat kondisi Asya seperti ini.

"Kamu tenang, semuanya sedang diurus oleh Bayu-"

"Tidak ada penyelesaian dalam kekeluargaan, mereka bukan keluargaku." Potong Asya, kala Ariz akan mengatakan diselesaikan dengan kekeluargaan atau dengan cara baik-baik.

Tidak ada cara baik-baik, mata dibalas mata. Nyawa juga haruslah dibalas nyawa!

Asya memang sepedendam itu. Dulu dia hanya bucin saja dengan Ariz, tapi kali ini ia berjanji akan membalas semuanya! Karena laki-laki brensek itu, Zhela harus menjalani masalah seperti ini.

"Terserah apa yang mau kamu lakukan, tidak ada yang menghalangi, hanya saja tenangkan dirimu. Jangan bertindak gegabah dan membuatmu menyesal akhirnya." Ucap Ariz perlahan.

Asya menghembuskan nafasnya perlahan, saat dirinya mulai merasakan ketenangan. Ia kembali mendudukkan pantatnya dikursi.
"Tidak ada yang mau terlahir tanpa sesosok Ayah, Zhela juga memiliki Ayah." Cicit Asya lemah.

Ariz beralih menatap Zhela yang masih setia menutup matanya.
"Dimana Papa Zhela?" Tidak tau kenapa, tiba-tiba pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutnya.

Asya menegang mendengarnya.
"... Dia, dia sudah meninggal." Jawab Asya sedikit lama.

Ariz tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya, kenapa hatinya sedikit tidak terima kala mendengar ucapan Asya barusan.

"Meninggal karena apa?" Brankar yang Zhela tiduri berderit saat Ariz mendudukkan tubuhnya diatas, tepat disamping kaki Zhela.

"Kecelakaan." Asya berucap singkat, tidak mungkin ia mengatakan bahwa suaminya direbut oleh istrinya. Fang yin. Namun tak lama, karma menjemputnya dengan cara mencabut nyawanya. Sungguh balasan yang setimpal.

Lama mereka terdiam, tapi tak lama kemudian terdengar isak tangis yang berasal dari Zhela.
"Mama." Ucapnya dengan mata tertutup.

Asya segera membawa tubuh mungil Zhela kedalam pelukannya.
"Mama... Mereka jahat, mereka mukul Zhe." Mata Zhela terbuka sembari mengadu. Tangisan anak itu begitu menyedihkan membuat Asya ikut menangis.

"Bilang, mana yang sakit hmm?"

"Hati Zhe yang sakit, kata mereka Zhe anak haram tidak punya Papa. Padahal Zhe punya Papa, cuma Papa tidak mau pulang lagi." Zhela sama sekali tidak merasakan sakit disekujur tubuhnya, hanya saja hatinya sedari tadi berdenyut kala mengingat perkataan teman-teman sekelas yang membencinya.

"Mama, Papa dimana? Zhe rindu sama Papa." Sudah empat tahun lamanya, Zhela benar-benar merindukan sosok Chen Heng.

Asya tidak menjawab, tangannya hanya nengelus kepala putrinya sehingga Zhela kembali tertidur.

"Biarkan aku menjadi Papanya."

Elusan Asya seketika terhenti mendengar itu, ia melirik kearah Ariz yang sekarang menatap serius kearahnya.
"Tidak, izinkan aku menjadi Papa Zhela."

Lo kan emang bapaknya maemunah. Batin Asya.

Asya sama sekali belum mengeluarkan jurus akting andalannya, tapi laki-laki ini sudah melakukan aksi sat set sat set tanpa permisi.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang