part-26

2.8K 157 7
                                    

"Mama kapan kita pergi bareng Papa lagi?"

Asya menatap Zhela yang juga menatapnya. Ia menghampiri putrinya yang berbaring diatas ranjang.
"Kalau Papa tidak sibuk, kita pergi lagi." Asya berujar sembari memperbaiki letak selimut Zhela.

"Sekarang Zhela tidur, besok sekolah oke?"

Zhela mengangguk lantas ia mulai menutup kedua matanya, mencoba menyelami mimpi indah.

Asya yang akan ikut berbaring mengurungkan saat merasakan tenggorokannya kering.
"Haus." Gumamnya melangkah keluar dari kamar.

Kakinya yang pendek melangkah kearah dapur sembari menatap sekeliling yang ternyata sudah gelap, sepertinya Kak Jia li sudah tertidur.

Asya mendudukkan pantatnya diatas kursi dengan segelas air putih ditangannya, setelah tenggorokannya basah, ia berniat kembali kekamar.

Ia meletakkan gelas kaca diatas meja dan keluar dari dapur, sesekali Asya bersenandung guna menghilangkan perasaan bosan dihatinya. Langkahnya yang ingin menaiki tangga terhenti begitu melihat seluet seorang wanita berdiri sendirian diruang tamu.

Tangannya tanpa sadar mencengkram kuat pegangan tangga, kala helaian rambut wanita itu beterbangan akibat angin malam yang melewati jendela yang sepertinya sengaja dibuka.

"Kunti?" Cicit Asya dengan raut wajah ketakutan.

Pikiran Asya mulai horor, apalagi pakaian wanita itu berwarna putih menambah kesuraman disekitarnya.

Tapi ketakutan Asya terpecah kala wanita itu berbalik menatapnya.
"Kak Jia li!" Suara Asya sedikit kaget disertai nafas penuh kelegaan, ia menghampiri wanita yang masih berdiri dengan raut wajah khawatir.

"Asya? Kamu belum tidur?"

Asya mengangguk, "belum ngantuk, Kak Jia li lihat apaan?"

Jia li yang sedari tadi menatap keluar kembali menatap Asya.
"Kakak kamu belum pulang, Kak Jia khawatir."

"Kak Bagas belum pulang?" Raut kebingungan terpampang diwajah Asya setelah melihat jam dinding. Pukul 11 malam lewat.

"Tidak biasanya dia terlambat begini, apalagi Bagas tidak mengirim pesan atau menelpon." Jia li mengenggam kuat handphone miliknya, sedari tadi ia menunggu kabar suaminya yang belum juga pulang.

"Kak Jia li sudah telpon?"

"Sudah, tapi nomor dia tidak aktif." Keresahan Jia li semakin besar begitu mendengar suara Haocun yang sepertinya terbangun.

"Kamu terus telepon dia, aku mau ambil Haocun dulu." Jia li memberikan handphonenya kepada Asya dan berlalu pergi meninggalkan adik iparnya sendirian.

Asya mendudukkan tubuhnya diatas sofa ruang tamu sembari menekan nomor milik Kakaknya.

'Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah untuk beberapa saat lagi-'

3 kali Asya melakukan panggilan dan hanya dijawab oleh wanita yang sama, setelah ke6 kalinya nomor itu mulai berdering pertanda nomor Kakaknya sudah aktif.

Tut.

"Kak Bagas! Kak Bagas kemana aja!? Kak Jia li khawatir tau!" Asya berujar penuh kekesalan setelah panggilannya diangkat.

"Halo?" Asya menatap layar handphone ditangannya kala tidak mendapat balasan diseberang telepon. Ini nomor Bagas kok.

"Kak Bagas, jangan main-main deh!"

"Halo Asya...?"

"Halo Kak Bagas, ini Kak Bagas kan?"

"Iya, ini Kakak."

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang