part-18

4K 185 13
                                    

"Kamu belum berubah Rasya." Ujar Ariz dingin.

Rasya mencengkram tangan Ariz yang menekan lehernya, ia berusaha tersenyum walaupun itu susah.
"Bohong apa sayang? Aku- ukhh." Ia menutup kedua matanya kala Ariz semakin mempererat cekikannya.

"Bagas sudah mengatakan semuanya, kamu nggak perlu menyangkal." Ariz memang bodoh, bisa-bisanya ia percaya begitu saja dengan ucapan wanita didepannya ini. Selamanya jahat akan tetap menjadi jahat.

"Dengar." Ariz mendekatkan wajahnya.
"Aku nggak tau alasan apa dan tujuan apa kamu melakukan seperti ini, bagaimana pun, kamu hanya parasit ditubuh ini." Lanjutkan menekan kalimat terakhir.

Rasa sakit dileher Rasya mendadak hilang begitu ia mendengar kalimat Ariz, lalu mengapa? Ia juga tidak mau berada ditubuh ini.

"Semua masalah yang kamu sebabkan, akan berimbas dengan Asya. Jadi jangan macam-macam." Ariz segera mundur setelah melepas cengkramannya.

Rasya menyentuh lehernya yang terasa kebas, ia tersenyum getir dan menatap Ariz.
"Asya, Asya dan Asya! Semuanya hanya Asya! Memang siapa yang mau jadi begini? Aku ada karena kemauan Asya, anak sialan itu benar-benar gila hahahaha." Rasya tertawa terbahak-bahak.

Ariz menatap prihatin, secepatnya ia harus menangani kepribadian Asya yang lain. Iya secepatnya.

_______

Fang yin bangun dari brankar setelah Dokter memeriksanya.

"Dokter, Nyonya Fang yin kenapa?" Tanya Vivi khawatir, wanita itu yang menemani Fang yin datang kemari dengan Arsa di gendongannya.

Dokter perempuan itu tersenyum setelah membantu Fang yin duduk.
"Nyonya hanya kelelahan, apakah Anda sedang memikirkan sesuatu?" Tanyanya menatap Fang yin.

Fang yin yang ditanya mengangguk, ia sedikit stress memikirkan semuanya. Tentang suaminya yang tiba-tiba berubah dan jarang dirumah, Fang yin takut dengan pikirannya bahwa Ariz memiliki wanita lain di luar sana.

Apakah suaminya mulai bosan?

"Tidak ada yang serius, Anda hanya perlu beristirahat yang cukup dan jangan memikirkan hal-hal yang berat." Dokter itu juga menyerahkan sebuah resep obat yang harus ditebus.

Fang yin kembali mengangguk dan keduanya pun segera keluar dari ruangan meninggal sang Dokter.

"Nyonya saya akan menebus obatnya, Nyonya tunggu disini saja." Vivi menatap majikannya yang terlihat melamun.

Fang yin tidak menjawab, tapi Vivi mengiringnya untuk duduk dikursi terdekat.
"Nyonya ingat kata Dokter, Anda tidak boleh memikirkan hal yang berat. Itu akan menjadi penyakit untuk Anda." Tukas Vivi yang membuat Fang yin seketika sadar.

Wanita itu tersenyum menatap Vivi, dalam hati ia bersyukur karena ada Vivi disisinya. Tentang masalahnya, ia sama sekali belum
Memberi tau keluarganya.

"Nyonya tunggu disini," Ucap Vivi dan mulai melangkah pergi membawa Arsa.

Melihat Vivi menghilang dari pandangannya, Fang yin menatap sekitar rumah sakit dengan alasan agar tidak memikirkan Ariz.

Tapi mengapa ia malah melihat Ariz...

Fang yin berdiri dari duduknya dengan wajah penasaran. Apakah benar itu suaminya?

Suaminya... yang sedang memeluk pinggang wanita lain? Mereka berdua berjalan lurus kedepan. Fang yin tidak tau mengapa, tapi firasatnya mengatakan laki-laki itu memang adalah Ariz.

Walaupun ia tidak melihat wajahnya dengan jelas, perawakan tubuh Ariz sangat Fang yin kenal, dan jas itu pernah Ariz kenakan.

Tanpa sadar kakinya melangkah mengikuti kedua orang tersebut, jantungnya berdegup kencang melihat betapa posesifnya laki-laki itu memeluk wanita disampingnya.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang