part-16

4.8K 237 12
                                    

Bagas dengan serius menatap beberapa laporan perusahaan, sialan wanita bernama Jenny itu. Ia ditugaskan hanya untuk membantu, tapi kenapa Bagas merasa seluruh pekerjaan dilimpahkan kepadanya? Sedangkan Bagas melihat wanita itu hanya berkeliaran tidak jelas diperusahaan.

Tapi ini bagus, dengan begitu Bagas memiliki alasan jika waktunya sudah tiba.

Terdengar pintu terbuka, Bagas kira itu adiknya yang suka membuka pintu seenaknya.
"Asya sudah sampa-" Mata Bagas memicing melihat laki-laki yang dibencinya.

"Oh hai sahabatku." Laki-laki itu tersenyum ramah.

"Ariz, lo ngapain disini!" Bagas berdiri dari duduknya.

"Kenapa? Aku habis mengantar Asya kemari. Ada masalah?" Dengan raut wajah meremehkan, Ariz menatap Bagas.

"Masalah! Kalian berdua udah nggak punya hubungan apa-apa. Lo udah nggak pantas sama adik gue!"

Satu alis Ariz terangkat naik merasa lucu.
"Hubungan aku dengan Asya baik-baik saja sekarang, Zhela dekat sama aku. Apa lagi yang perlu ditunggu?"

Bagas terkekeh mendengarnya, jika laki-laki ini tau bahwa Asya hanya menjadikannya sebagai alat balas dendam? Apakah Ariz masih bisa menyombongkan diri?
"Oh, lo sadar Zhela anak lo?"

"Tentu, aku orang pertama buat Zhela." Ariz dengan santai mendudukkan dirinya disebuah sofa.

Kembali Bagas terkekeh mendengarnya, kali ini kekehan itu sedikit perih.
"Yakin? Gimana kalau bukan?"

Ariz terdiam mendengarnya, bukan? Jelas-jelas Asya masih perawan kala itu, kecuali jika Rasya memalsukan semuanya. Tidak mungkin.

Bagas menatap Ariz dengan seksama.
"Gue yakin lo tau tentang penyakit adik gue." Lirih Bagas.

Tubuh Ariz menegang mendengarnya. Ia berusaha menyangkal tapi Bagas memotong ucapannya.
"Penyak-"

"Nggak usah lo tutupi lagi! Gue udah tau semuanya!"

Ariz terdiam tidak tau harus berbuat apa. Sedangkan Bagas menghela nafas.
"Sejak kapan?"

Ariz menatap laki-laki yang dulu merupakan sahabatnya.
"Tidak tau, tapi pertama kali aku bertemu dengan Rasya waktu kita SMP."

Bagas menatap tidak percaya.
"Selama itu? Kenapa lo nggak ngasih tau gue!"

"Kalau gue tau kepribadian itu udah ada sejak lama, gue bakal berusaha nyembuhin adik gue." Satu titik air mata menetes dipipi Bagas.

Ariz penasaran, sejak kapan Bagas tau tentang Rasya?

"Rasya tidak ingin orang lain tau tentang dia." Ucap Ariz jujur, ia memang sempat diancam untuk tidak memberi tau Bagas tentang dirinya. Rasya.

"Karena dia tau gue bakal hilangin dia dari tubuh adik gue." Balas Bagas.
"Gimana pun caranya, gue sebagai Kakak nggak bakal biarin adiknya tersiksa."

"Tersiksa?" Ariz menatap Bagas, tersiksa bagaimana?

"Cih lo pasti tau tentang mantan suaminya itu." Bagas berdecak.

Ariz tidak menjawab, tapi ia memang tau tentang Chen Heng.
Selama ini ia memang tau keberadaan Asya, hanya saja Alam selalu menghalangi dirinya. Ariz selalu mengirim beberapa mata-mata untuk mengetahui kondisi Asya dan anaknya.

"Setelah Asya bercerai dengan Chen Heng, beberapa kali gue nemuin Asya lagi hamil."

Brak!

"Apa!" Ariz menggebrak meja didepannya, pernyataan macam apa ini! Asya.... hamil? Mata Ariz berkedut merasa tidak percaya.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang