part-37

1.6K 99 8
                                    

Flashback.

Ariz turun dari mobil setelah mobil itu berhenti didepan gedung sekolah tempat ia belajar selama ini.

"Kak Desi serius mau pergi?"

Sebelum remaja itu berbalik, Ariz kembali menatap wanita yang selama 2 tahun lebih ini sering mengantarkannya kesekolah.

Wajah Desi yang tampak pucat
tersenyum tipis saat mendengar adik iparnya kembali menanyakan hal yang sama.

"Untuk apa aku bertahan? Apa yang perlu diharapkan lagi? Abang kamu masih belum bisa terlepas dari masa lalunya." Desi berucap lemah.

Ia menghela nafas dan menatap Ariz.
"Abang kamu masih mencintai wanita lain. Lalu, untuk apa Kak Desi bertahan?" Sesungguhnya ia sudah lelah.

Niatnya jika ia menyetujui ajakan Alam untuk menikah, Desi berharap ia sedikit mendapat kebahagiaan setelah semua yang ia lalui selama ini.

Ariz menunduk mendengarnya, ini semua salah Abangnya. Jika saja Alam memberi Desi sedikit perhatian, ia yakin jika wanita ini masih mau bertahan.

"Aku menyerah Ariz, selama ini aku sudah berusaha membuat Alam cinta sama aku. Tapi apa yang aku dapatkan? Hanya ketidak pedulian karena dia menjaga cintanya." Desi tersenyum miris begitu mengingat suaminya itu.

Ariz semakin menunduk mendengarnya, padahal ia sudah menganggap Desi seperti Kakaknya sendiri. Dan sekarang wanita ini memutuskan untuk pergi dari keluarga mereka.

"Kalau itu keputusan Kak Desi, aku cuma bisa dukung." Ariz tersenyum dan menatap wanita yang masih setia duduk didalam mobil.

"Terimakasih Ariz, selama Kak Desi menikah sama Abang kamu, seenggaknya Kak Desi masih bahagia karena masih ada yang peduli. Pernikahan ini tidak lebih buruk ketika Kakak nikah sama mantan suami Kakak yang dulu."

Desi memang makan hati, tapi setidaknya Alam tidak mirip Ryan yang berselingkuh dengan terang-terangan didepannya.

Pernikahan mereka yang hampir menginjak 3 tahun tidak ada perkembangan sama sekali, Desi merasa selama ini tidak memiliki suami karena Alam tidak pernah mempedulikannya.

Ia juga merasa bersyukur karena adik iparnya tidak ikut membencinya seperti Aruni, Mama mertuanya.

"Kalau Kak Desi perlu apa-apa, Ariz siap bantu."

Desi kembali tersenyum mendengarnya, "baiklah."

Ariz membalasnya dengan senyuman tipis dan menutup Pintu mobil. Barulah Desi melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan sekolah.

"Heh?" Ariz yang ingin melangkah memasuki Gerbang terhenti saat melihat kekasihnya sudah berdiri dibelakangnya.

"Asya?"

Gadis itu sama sekali tidak menatap Ariz, Asya sibuk menatap mobil yang dikendarai Desi sudah melaju jauh dari pandangan.

"Siapa?" Asya menoleh menatap Ariz.

"Dia Kakak ipar aku, namanya Desi." Ariz menatap penuh curiga gadis didepannya.

Asya yang menyadari itu tersenyum.
"Oh? Kamu masih tidak pandai membedakan kami?" Ucapnya seraya menyilangkan kedua tangannya didada.

"Rasya?" Ariz mendekati kekasihnya.

"Yap, Asya lagi stress. Makanya aku bisa disini." Rasya kembali menatap jalanan yang dilalui Desi tadi.
"Btw nama istri Abang kamu Desi? Bisa kenalin kami berdua?"

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang