part-45

1.7K 86 9
                                    

Nih aku double up, walaupun agak pendek sih.

Asya terbangun dari tidurnya dengan nafas ngos-ngosan, keringat dingin membasahi pelipisnya disertai jantungnya yang terus bertalu-talu tanpa henti.

Wanita itu meraup wajahnya merasa letih, apakah tadi itu hanya mimpi? Haruskah Asya bisa bernafas lega sekarang?

Tapi begitu melihat suasana kamar  yang tampak seperti kamar pengantin, kelegaan dihati Asya seketika sirna.

Astaga, dia sudah sah menjadi istri Ariz!

Asya menutup matanya sembari merutuki dirinya sendiri, ia menatap jam yang sudah menunjukkan pukul 2 dini pagi.

Harusnya ia menyesal sekarang! Tidak seharusnya ia mengiyakan ajakan Ariz dan dengan bodohnya merencanakan sesuatu tanpa tau kedepannya bagaimana. Apalagi ia sudah percaya diri bahwa rencana ini akan berhasil.

Namun apa hasilnya? Tidak ada!

Apalagi ia merasa kalah karena Ariz sebenarnya sudah tau tentang rencananya.

Asya merebahkan tubuhnya dikepala ranjang dengan segala beban pikiran, kamar yang terlihat sepi itu tidak membuat Asya takut sama sekali.

Wanita itu tidur sendirian, malam pertama yang tidak diharapkan Asya terpaksa terlewat karena laki-laki yang menjadi suaminya sudah pergi entah kemana.

Yang pasti Ariz sudah kembali ke kota untuk melihat keadaan putranya yang lain. Ha cukup melegakan sebenarnya.

Seharusnya Fang yin datang menggagalkan semuanya, tapi wanita itu malah terlibat kecelakaan dan semakin menggagalkan seluruh rencananya.

Sudahlah, lebih baik ia tidur dari pada memikirkan kejadian tadi.

___________

Langkah kaki seseorang terdengar dilorong rumah sakit yang terlihat cukup sepi, waktu berkunjung sebenarnya udah berakhir beberapa jam yang lalu, tapi itu tidak membuat Ariz menyerah untuk melihat kondisi putranya walaupun sudah tengah malam.

Diikuti Bayu dibelakangnya, keduanya terus melangkah kearah ruangan dimana Arsa berada.

Ariz berhenti melangkah begitu melihat pintu didepannya, rasa bersalah kiang merasukinya kala mengingat kejadian tadi.

Perasaan bahagia serta sedih bercampur aduk Ariz rasakan, laki-laki itu tidak tau harus bersikap apa dan bagaimana. Ia yang sedang berbahagia karena menikahi Asya tapi disisi lain putranya tengah berbaring dirumah sakit.

Rasanya benar-benar tidak dapat di aljabarkan, Ariz menyentuh kenop pintu dan perlahan mulai membukanya.

Mata laki-laki itu seketika berkaca-kaca begitu melihat keadaan Arsa, bayi berumur 2 tahun itu terlihat tak sadarkan diri. Kepalanya dibalut oleh beberapa perban dan ditubuhnya terdapat luka-luka menganga yang baru dibersihkan. Pergelangan tangannya yang mungil sekarang tengah tertancap jarung impus beserta telunjuk jarinya dipasangi gips.

Langkah kaki Ariz terasa berat saat mendekati brankar, ini merupakan pemandangan menyakitkan untuk dilihatnya. Putranya jarang sakit, tapi sekalinya sakit malah separah ini.

"Sabar Tuan." Ucap Bayu menatap iba majikannya.

Bunyi kursi ditarik kebelakang dan Ariz segera duduk disana, ia dengan tangan gemetar menggenggam telapak tangan Arsa yang terbebas dari jarung impus.

"Bangun nak." Lirihnya merasa lemah.

Ariz sungguh tak sanggup melihat pemandangan didepannya, perlahan air matanya meluruh jatuh kebawah saat mengingat ia beberapa bulan ini tak mempedulikan Arsa.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang