part-30

3K 131 13
                                    

Asya dan Ariz melangkah memasuki sebuah ruangan yang Asya ketahui adalah ruangan milik Jenny.

"Kemana wanita itu?" Tanya Ariz saat tidak melihat sosok penampakan seorang Jenny.

"Tidak tau, wanita itu sudah beberapa hari tidak masuk. Ah maksudnya wanita itu sepertinya sengaja tidak masuk." Betapa liciknya wanita itu, disaat perusahaan sedang dalam masa kritis. Jenny malah meninggalkan pekerjaanya begitu saja.

"Sepertinya tidak,"

"Apa?" Asya menatap Ariz sedikit ketus, kenapa laki-laki ini tidak percaya kepadanya.

Ariz tersenyum tipis melihatnya.
"Bukan begitu, aku mendengar kabar bahwa Kakak perempuannya akan segera menikah-"

"Alah, itu cuma akal-akalan dia! Aku yakin dia memang sengaja meninggalkan perusahaan, apalagi ini sudah beberapa hari." Potong Asya cepat.

Brak!

"Aduh!" Ariz memekik pelan saat kakinya tanpa aba-aba ditendang kuat oleh Asya, sakitnya bukan main karena sepatu berhak tinggi wanita itu mengenai lututnya.

Setelah puas melampiaskan emosinya, Asya meninggalkan Ariz begitu saja dan masuk kedalam ruangan milik Jenny.

"Hai."

Sapa seseorang begitu Asya menatap meja kerja didepannya, terlihat seorang wanita berdiri dengan senyumannya.

"Tunggu, Z-he?..... Kamu?" Asya menunjuk wanita itu dengan tatapan tidak percaya.

"Ya, aku Zhe. Bestie kamu." Jawabnya dengan senyuman geli.

"Zhe!" Dengan mata berkaca-kaca, Asya menghampiri wanita itu dan memeluknya dengan erat.

Sedangkan Ariz yang baru saja masuk kedalam mendelik melihat dua wanita itu, berpelukan? Oh tidak!

Sontak ia berjalan cepat dan menarik pinggang Asya untuk menjauhi wanita yang merupakan sahabat satu-satunya milik gadis itu saat masih duduk dibangku SMA.

"Kamu apa-apaan sih!" Asya ingin mendorong Ariz menjauh, akan tetapi laki-laki itu mengeratkan pelukannya pada pinggang miliknya.

"Kamu tidak boleh dekat sama dia."

Zhe terbatuk mendengarnya.

"Kenapa? Dia itu Zhe! Yang benar aja kamu!" Asya berteriak didepan wajah laki-laki itu.

Sedangkan Ariz sama sekali tidak bergeming, ia menatap Asya datar.
"Gimana kalau kamu suka sama dia?" Ujarnya menatap tajam kearah Zhe.

Entahlah, Ariz sedikit trauma dengan seksualitas milik Rasya. Itulah sebabnya dulu mengapa ia tidak membiarkan Asya berteman dengan siapa pun.

Asya menatap laki-laki itu tidak percaya.
"KAMU KIRA AKU LESBI!" Bentak Asya tidak terima, untuk apa ia menyukai manusia yang sama sepertinya? Tidak berguna sekali.

"Asya tidak ada yang tau takdir, manusia bisa berubah seiring berjalannya waktu."

"Omong kosong! Sifat manusia memang bisa berubah, tapi bukan menjadi lesbi juga!" Sangkal Asya, dari mana pikiran bodoh Ariz ini datang?

"Aku nggak mau tau, kamu nggak boleh dekat-dekat sama siapa pun." Putus Ariz.

"Sudah cukup! Aku bilang cukup!" Asya mendorong Ariz sekuat tenaga sampai terlepas. Kenapa sifat Ariz yang dulu kembali?

"Kamu gila ya? Kamu nggak punya hak ngekang aku seenaknya." Ucapnya merasa tidak terima.

"Bukan seenaknya, aku kekasih kamu Asya. Sudah sepantasnya aku bersikap seperti ini." Ariz menarik tangan wanita itu.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang