part-17

4.3K 214 12
                                    

"Oke Google, bagaimana mengambil bulu mengunakan raket?"

Saat ini Asya tengah mencari tutorial mengambil kok mengunakan raket, alasannya sih karena ia cape mengambilnya mengunakan tangan, padahal ia ingin terlihat keren seperti pemain tradisional eh nasional di tv.

"Gimana? Mama ngerti?" Zhela yang sedari tadi lawan main Asya jenuh, ia sudah ingin bermain tapi kenapa Mamanya banyak gaya sih!

Asya yang fokus menonton youtube menjawab belum.

Dikarenakan ini hari sabtu, Asya memiliki waktu bersama dengan putrinya. Sebenarnya ini belum hari libur tapi Bagas mengatakan ia pengecualian karena ada Zhela yang menunggunya di Rumah.

Aduh, kan Asya makin sayang sama Kakaknya.

"Udah Ma! Sekarang, lawan Zhela!" Tiba-tiba Zhela berteriak dan mengambil ancang-ancang diseberang Net yang baru saja mereka pasang didepan rumah.

Untung bukan jalan raya, kalau tidak, sedari tadi kedua orang ini sudah dilindas oleh truk dan semacamnya.

Jia li sebagai penghitung poin hanya bisa mengelengkan kepalanya, sedangkan bayinya dengan semangat menatap Tante dan sepupunya yang mulai bermain.

Peluh membasahi baju olahraga yang Asya dan Zhela kenakan, terhitung hampir 40 menit tanpa istirahat mereka terus bermain. Wajah putih milik Asya sudah memerah dikarenakan matahari yang mulai panas.

"Cukup! Zhela mau minum!" Zhela berjongkok dengan nafas terangah-engah.

Asya tentu saja tersenyum mendengarnya, itu tandanya Zhela menyerah dan ia pemenangnya!

Niatnya Asya ingin menghampiri Kakak Iparnya yang sedang berteduh dibawah pohon rindang, akan tetapi tiba-tiba penglihatannya terlihat kabur.

Ah, sepertinya sakit kepalanya kambuh kagi.

Tangannya memijat pelipisnya dan lanjut berjalan, tapi hanya beberapa langkah tiba-tiba ia oleng kesamping dengan kesadaran yang sudah teregut oleh kegelapan.

Brak!

"MAMA!" Zhela yang sedang meminum airnya segera menghampiri Asya yang sudah terlegetak tak sadarkan diri.

"Kamu gendong adik kamu, biar Tante bawa masuk Mama kamu kedalam rumah." Jia li menyerahkan Haocun agar Zhela gendong.

Zhela dengan perasaan khawatir segera membawa bayi di gendongannya kedalam rumah. Ia harus menelpon Papanya!

________

"Papa!" Panggil Zhela begitu melihat mobil berhenti, ia yang sedari tadi menunggu didepan pagar tersenyum ketika melihat Ariz turun dari mobil dengan wajah panik.

"Zhela ada apa? Mama kamu kenapa?" Tanya Ariz khawatir.

Zhela memeluk Ariz dengan erat.
"Mama tiba-tiba pingsan." Ucapnya pelan.

Ariz membawa tubuh mungil putrinya kedalam gendongannya dan berniat masuk kedalam. Tapi Zhela tiba-tiba memanggilnya.
"Papa."

Ariz menoleh menatap Zhela.

Zhela menunduk dan berucap dengan sedikit gelisah.
"Papa hati-hati."

Ariz menghentikan langkanya dengan wajah bingung.
"Hati-hati untuk apa?"

Zhela mendongkrak menatap laki-laki yang sedang menggendongnya.
"Mama sebenarnya sudah sadar, tapi...." Zhela sedikit ragu untuk mengatakannya.

Ariz dengan sabar menunggu kalimat Zhela selanjutnya.

"Kalau tiba-tiba pingsan seperti ini, biasa sifat sama sikap Mama kayak berubah kalau sudah siuman."

Ariz tertegun mendengarnya, maksudnya apakah Zhela bisa merasakan ada sesuatu dengan Asya?

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang