Flashback.
Hari ini sedikit aneh untuk Bagas, tidak biasanya Ariz mengajaknya untuk bertemu seperti ini.
Ia menatap jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 1 siang, cafe hari ini juga terlihat sepi terbukti pengunjungnya hanya dia dan Asya.
Ah adiknya itu lama sekali ditoilet.
Bunyi lonceng yang memang sengaja dipasang didekat pintu terdengar, menandakan seorang pelanggan masuk kedalam Cafe tersebut.
"Datang juga lo, lumutan nih gue nunggunya." Ujar Bagas saat melihat Ariz melangkah kearahnya.
"Lo kenapa?" Tanyanya sedikit khawatir melihat sahabatnya yang wajahnya pucat.
"Gas, lo bisa kasi gue kesempatan?"
Bagas menatap bingung laki-laki remaja didepannya."Ha? Maksudnya?"
"Gue mau buktiin, gue emang cinta sama Desi atau cuma terobsesi sama dia?" Ucap Ariz datar.
Bagas mengerti sekarang, ia mengangguk.
"Gini deh Riz, gue mau nanya sama lo. Lo kalau dekat sama Kakak ipar lo gimana rasanya?"Ariz terdiam, ia tidak menjawab.
"Terus kalau dekat sama Asya apa yang lo rasain?"
Tentu saja berbeda, saat berada didekat Asya perasaan nyaman selalu ia rasakan dihatinya. Walaupun ia tidak mengatakannya secara langsung kepada Asya, Ariz tidak bisa berbohong bahwa ia bahagia saat Asya memberikan dirinya perhatian kecil.
Tapi kembali ia teringat peristiwa itu, ia hanya bisa tersenyum. Jika ia mengatakan yang sebenarnya kepada Bagas. Tentu sahabatnya ini akan kecewa.
Kepada adiknya sendiri.
Sedangkan jika bersama Desi, itu hanya akal-akalannya saja untuk memancing seseorang.
Bagas menunggu jawaban remaja didepannya, tapi hanya keheningan yang ia dapatkan. Ia Menghela nafas.
"Jadi apa maksud lo tadi?" Membiarkan Ariz melanjutkan ucapannya."Gue mau ngungkapin cinta gue sama Desi." Ucapnya sembari melirik seseorang dibalik tembok.
Brak!
"Maksud lo apa bajingan, kalau Desi nerima cinta lo, Asya lo tinggalin gitu?"
"Bukan."
"Terus apa ha?!" Emosi Bagas memuncak diiringi rasa sesak dihatinya, ia tidak terima adiknya diperlakukan seperti ini.
Sedangkan seseorang yang memperhatikan keduanya sedari tadi tersenyum sinis mendengar perunturan Ariz, karena tidak ingin ketahuan ia keluar melalui pintu belakang.
Melihat orang itu pergi, lantas raut wajah Ariz berubah serius. Ia mematikan daya handphone miliknya dan berucap serius.
"Bagas dengar, selama ini lo salah paham. Gue nggak pernah cinta ataupun terobsesi sama Kakak Ipar gue sendiri. Itu semua salah paham." Ariz mencoba menjelaskan semuanya dengan hati-hati.
"Ha, lo mau nipu gue? Lo kira gue apaan." Bagas yang menjadi saksi, Ariz begitu gila kepada Desi, Kakak Iparnya sendiri
Tidak taukah Bagas, bahwa Ariz hidup dibawah tekanan orang didekatnya. Ia hanya bisa tersenyum getir melihat sahabatnya tidak percaya.
"Percaya sama gue."
Bagas menatap linglung kearah Ariz yang juga menatapnya.
"Terus kalau lo nggak terobsesi, celana dalam waktu itu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)
ChickLitOrang ketiga atau istilahnya Pelakor, merupakan salah satu dari sekian banyaknya masalah di sebuah rumah tangga seseorang. Asya yang merupakan wanita dengan status Janda satu anak, harus rela menjadi Pelakor demi membalas wanita yang dulu pernah mer...