part-35

2.1K 114 13
                                    

"Mama!"

Asya yang sedang membaca buku diatas brankar menoleh kearah pintu yang baru saja terbuka, terlihat Zhela dengan pakaian sekolahnya dengan Ariz yang sepertinya dari Kantor.

"Zhela." Asya tersenyum dan meletakkan buku miliknya.

"Mama! Mama kapan pulang? Zhela kangen sama Mama." Zhela naik keatas ranjang dan memeluk Mamanya dengan erat.

Asya membalas pelukan putrinya, hari ini, ia sudah genap 6 bulan melakukan berbagai terapi di rumah sakit ini.

Dengan Ariz, Zhe, Bagas dan Jia li disampingnya, Asya merasa ia perlahan dapat melalui pengobatan ini.
"Mama juga rindu sama kamu dan rumah."

Zhela menatap Mamanya dengan sedih.
"Mama harus pulang, Zhe rindu sama nasi goreng Mama yang rasa micin itu."

Asya terkekeh dan mencubit hidung mancung milik Zhela.
"Bilang sama Papa." Ia melirik Ariz yang sedang menyiapkan sebuah makanan disamping mereka. Sesungguhnya ia juga sudah muak ditempat ini, Asya ingin kembali pulang dan menjalankan kesehariannya seperti biasa.

Zhela mengerucutkan bibirnya.
"Zhela pernah minta, tapi kata Papa Mama belum sembuh."

Wanita itu menghela nafas, sampai kapan ia akan terus disini?
"Kapan aku bisa pulang?" Tanyanya saat Ariz ikut duduk di sampingnya.

"Sampai dia menghilang, sekarang makan." Ariz menyuap sebuah bubur encer yang rasanya sangat- tidak usah dideskripsikan.

"Cih, aku mau ayam geprek aja! Emang enak makan bubur terus?" Laki-laki ini kira ia tidak dapat mengunyah makanan keras sampai bubur lembek ini terus diberikan padanya.

Ariz menghela nafas begitu mendengar wanita ini kembali protes.
"Ini baik buat pencernaan kamu." Ucapnya lembut.

"Baik buat pencernaan tapi dimulut aku enggak!"

"Oke, oke. Bubur ini bakal jadi bubur terakhir buat kamu. Tapi sebelum itu kamu harus habisin ini dulu." Ariz mengambil satu suap bubur dan mengarahkannya didepan mulut Asya.

"Beneran?"

"Iya." Ariz mengangguk penuh keyakinan.

Akhirnya Asya tersenyum bahagia dan menerima suapan itu.

Sedangkan Zhela memutar bola matanya malas.
"Mama kayak anak kecil yang harus dibujuk dulu."

Asya yang mendengar itu terbatuk-batuk.
"Zhela udah makan?"

"Sudah, sebelum kesini Papa ajak aku keresto dulu." Ujarnya sembari mengeluarkan buku ditasnya.
"Mama, Zhela dapat 100 loh buat gambar yang kemarin."

"Oh iya."

Ariz terus menyuap bubur untuk Asya, sebenarnya pikirannya sedang berada ditempat lain.

Ia sedang memikirkan Rasya yang sudah tidak pernah muncul lagi, terakhir ia bertemu dengan kepribadian Asya sekitar 5 bulan yang lalu. Itu adalah terakhir mereka bertemu, Ariz sampai sekarang masih mengingat tatapan nanar dan ucapan putus asa Rasya yang kecewa kepadanya.

"Aku bakalan hilang?" Senyum manis milik Rasya luntur mendengar kabar yang baru saja Ariz katakan.

Ariz mengangguk, "Maaf, tapi kamu harus pergi. Hidup Asya tidak akan pernah bisa tenang jika kamu terus hadir disisinya."

Rasya tersenyum miris mendengarnya, "Bukannya kamu yang harus pergi? Asya nggak akan bisa tenang kalau kamu terus ada disisinya." Wanita itu sengaja mengulangi perkataan Ariz barusan.

Laki-laki itu menundukkan wajahnya, sebisa mungkin ia harus menahan emosinya agar tidak menerjang perempuan didepannya.

"Aku tidak mau sampai Asya kembali terluka, sudah cukup dimasa lalu aku terus nyakitin dia. Hari ini aku janji dia bakal terus bahagia."

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang