part-43

1.3K 79 8
                                    

Buru-buru Zhela naik keatas ranjang begitu melihat kenop pintu bergerak, lantas ia berpura-pura menutup matanya saat pintu terbuka.

Asya melangkah masuk ke dalam dengan wajah memerah, ia menatap kearah Zhela yang tertidur. Haruskah ia membangunkannya? Zhela tidak boleh tidur sore.

"Zhela bangun." Dengan perlahan Asya menepuk bahu putrinya agar terbangun.

"Kamu nggak boleh tidur sore, takutnya kamu nggak bisa tidur kalau sudah malam." Lanjutnya saat melihat Zhela membuka matanya.

"Mama." Zhela mengucek matanya dan menatap Asya dengan serius.
"Mama Zhela mimpi."

"Mimpi apa Zhe? Buruk atau indah." Tanya Asya membawa putrinya mendekat.

"Eung tidak tau, yang pasti Zhela mimpi, Paman Ariz cium Mama."

Asya yang sejak tadi mengelus kepala Zhela terhenti begitu mendengarnya.

Zhela menjauhkan tubuhnya dan menatap Mamanya.
"Mama jawab pertanyaan Zhe, sebenarnya Paman Ariz itu siapa? Apa Mama punya hubungan sama dia?" Anak perempuan itu menunggu jawaban dengan harap cemas.

Tidak mungkin kan Mamanya benaran pelakor? Zhela merasa Mamanya hanya bermain-main dan ia juga tidak pernah menganggapnya serius. Selama ini ia tau kok jika Paman Ariz hanya mengantikan sosok Papanya yang hilang.

Lagi pula Papa Chen Hengnya juga sudah kembali, untuk apa Mamanya masih berhubungan dengan Paman Ariz?

"Zhela dengar. Bagaimana kalau Mama mengatakan akan menikah dengan Paman Ariz?" Asya berujar santai, seakan-akan kalimat pertanyaannya tadi hanya sebuah lelucon untuk anak-anak.

"Apa?" Zhela mengaryitkan alisnya, anak itu benar-benar bingung.

"Ya menikah, Paman Ariz akan menjadi Papamu. Bagaimana pendapat Zhela?"

"Tidak mau."

Asya terdiam mendengar jawaban Zhela, apalagi raut wajah putrinya terlihat marah.

"Zhela tidak mau! Cukup Chen Heng aja yang menjadi Papa Zhela!" Anak itu memalingkan wajahnya. Namun tak lama kemudian ia kembali menatap Mamanya.

"Mama mau ninggalin Papa?"

Wanita didepannya mengerjabkan matanya beberapa kali, lantas Asya mengusap kepala putrinya sayang.
"Kamu taukan status Mama?"

Zhela mengangguk mendengar pertanyaan Asya.

"Mama itu janda, artinya Mama sudah tidak punya suami. Kamu masih terlalu polos buat tau arti ini, tapi yang pasti Mama sama Chen Heng sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi." Asya mencubit pipi putrinya, merasa gemas karena Zhela terlihat memikirkan ucapannya tadi, sepertinya Zhela tetap tidak mengerti.

"Kenapa bisa tidak punya hubungan?"

"Karena...." Asya tidak tau harus menjelaskannya bagaimana, arah pembicaraan mereka cukup sensitif untuk anak berumur 8 tahun seperti Zhela.

Ia jelaskan pun Zhela mungkin tidak mengerti.

"Pokoknya biarin Mama menikah sama Paman Ariz, cuma nikah bohongan kok." Asya tersenyum menatap Zhela.

"Nikah bohongan itu seperti mainan boneka Barbie Zhela ya?"

"Ya hampir mendekati, nikah main-main." Balasnya dengan mengangguk semangat.

"Kalau begitu terserah Mama deh, asal jangan nikah beneran ya? Kasian nanti Papa."

Asya hanya bisa tersenyum mendengarnya, untuk sekarang tidak ada yang perlu ia kasihani. Chen Heng ataupun Ariz sama-sama laki-laki biadap ditambah binatang, tidak pantas bersamanya walaupun keduanya pernah bersamanya.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang