part-28

2.6K 123 6
                                    

Heppy Reading📖

Tidak ada yang tau bahwa salah satu polisi yang bekerja di kantor itu sudah meninggal dunia, bukan karena penyakit ataupun kecelakaan.

Nyatanya polisi itu dibunuh oleh seseorang, dan pelakunya sedang duduk santai diruang tunggu. Sibuk dengan dunianya sendiri.

Senyum miring tercipta dibibirnya kala mendengar beberapa anggota polisi menanyakan salah satu rekan mereka yang telah menghilang sejak 3 jam yang lalu.

Dikarenakan seperti ini, prosesnya mulai sedikit lama. Rasya tersenyum begitu melihat Ariz akhirnya terlihat, itu artinya masalah yang ia perbuat tadinya sudah selesai laki-laki itu tangani.

Menghilangkan bukti sudah cukup untuk Rasya, tidak mungkin Ariz dapat membawa mayat polisi itu keluar dari kantor, yang ada ia ditangkap detik itu juga. Dengan begini, Rasya aman sekarang.

Dulu saat ia masih berada di China, para pacar-pacarnyalah yang akan ia kambing hitamkan jika ia terlibat suatu masalah.

Seperti ini misalnya, sudah beberapa puluh orang ia masukkan kepenjara akibat ulahnya sendiri. Tidak mungkin ia menyerahkan diri bukan? Beberapa dari mereka mungkin saja memiliki dendam kesumat kepadanya, tapi apa boleh buat.

Sudah tentu Asya yang menerima ganjarannya.

Rasya melirik wanita yang duduk disampingnya, Jia li terlihat termenung dengan Haocun di pangkuannya, balita itu terlihat takut menatap dirinya. Oh?sepertinya bayi ini mengenalnya.

Beralih ia menatap Ariz dan Zhela yang terlihat bercengkrama, Ariz terlihat berusaha menghibur Zhela yang sedih karena Omnya dipenjara.
"Hari akan sore, lebih baik kita pulang."

Jia li tersentak dari lamunannya begitu mendengar ucapan Asya.
Ia menoleh kesamping dan menemukan raut wajah adik iparnya yang terlihat santai, berbeda sekali waktu tadi.
Jia li memang belum tahu menahu tentang kepribadian lain dari Asya.

"Kamu duluan, aku akan menunggu disini." Ucapnya lemah, Jia li berusaha tersenyum walau dalam hatinya diliputi kegelisahan akan suaminya.

Rasya menatap diam wanita disampingnya, walaupun ia membenci Asya, tidak sedikitpun di benaknya mengatakan bahwa ia membenci Jia li beserta Bagas. Jika ia sedang menyamar menjadi Asya, Rasya tidak munafik bahwa ia merasa nyaman saat kedua orang ini memberikannya banyak perhatian.

Ya walaupun perhatian itu untuk Asya, Rasya tanpa sadar terlena oleh perhatian keluarga yang dimiliki Asya.

Ia juga ingin...

Bukannya ia mengemis, lagi pula, Rasya memiliki alasan besar mengapa ia membenci Asya. Karena Asya, kedua orang tuanya mati, dan ia juga ikut mati.

Tanpa sadar kedua tangannya terkepal, memikirkan masa lalunya hanya membuatnya semakin membenci Asya. Jadi dengan tarikan nafas, Rasya berusaha meredakan emosinya yang tiba-tiba naik.

Disisi lain Ariz menatap dua orang yang terlihat baru saja memasuki kantor, ia yang sebelumnya berjongkok didepan Zhela segera berdiri kala sepasang suami-istri itu mulai mendekat kearahnya.

"Ariz." Panggilnya.

Ariz diam, tidak tau harus memanggil keduanya apa.

Laki-laki itu menghela nafas, matanya tanpa sengaja menatap Zhela yang berdiri disamping Ariz.
"Dia..."

Seakan mengerti, Ariz mengangguk.
"Dia putriku."

Wanita dengan perut buncit itu tersenyum dan menyapa Zhela.
"Halo sayang. Nama kamu siapa?"

Zhela mencengkram ujung baju milik Ariz, dengan malu-malu ia menyebutkan namanya.
"Zhela."

"Nama yang bagus, Zhela kenalin, nama Tante Rahmi, tapi Zhela bisa manggil Rahmi Tante Desi oke?" Desi mengelus kepala Zhela dengan ramah.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang