part-8

6.8K 322 16
                                    

Fang yin termenung dengan wajah yang begitu pucat, pikirannya berkelana sejak kemarin. Mengapa Asya tidak datang menemuinya? Padahal ia sudah menunggunya.

"Nyonya, ini baju Anda." Ucap pelayan memberikan sebuah dress berwarna putih.

Fang yin menerimanya lalu memakainya.
"Seharusnya Anda beristirahat saja, sejak semalam kondisi Anda semakin memburuk, tinggal menunggu Anda pingsan saja dan segera dilarikan kerumah sakit."

"Vivi jangan berbicara seperti itu, lagi pula hari ini Ariz pulang. Aku harus menyambutnya dengan baik, dia pasti lelah setelah melakukan perjalanan bisnis ini."

"Aku harap begitu juga Nyonya." Gumam Vivi tapi masih Fang yin dengar.

"Apa maksudmu Vivi?" Tanya Fang yin.

"Tidak ada Nyonya, lebih baik saya bantu Anda bersiap."

Fang yin hanya bisa mengangguk dan bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya Vivi pikirkan?

Beberapa saat kemudian, keduanya hanya ditemani keheningan, namun tak lama suara mobil terdengar ditelinga Fang yin.

Lantas wanita itu mendekati jendela kamar miliknya dan menemukan mobil suaminya terparkir didepan halaman. Senyum bahagia tercipta diwajah Fang yin.
"Vivi aku akan kebawah, Ariz sudah datang."

Vivi ikut tersenyum, baguslah, ia ikut bahagia jika Sang Nyonya bahagia. Vivi sudah menganggap Fang yin keluarga sendiri saat ia dijadikan pelayan pribadi 2 tahun lalu.

"Tolong kamu ambil Arsa,"

Vivi mengangguk dan berlalu dari sana, sedangkan Fang yin memperhatikan penampilannya dicermin. Dirasa oke ia segera keluar dari kamar.

"Arsa! Papa pulang loh..." Fang menggendong tubuh Arsa dan membawanya turun melalui tangga.

Terlihat bayi berusia 2 tahun itu bertepuk tangan ceria, seperti mengerti apa yang Mamanya katakan.

"Astaga pasti Tuan Muda bahagia ya Papanya datang?" Vivi mencubit pipi gembul milik Arsa.

"Um, Pa-pa hahaha."

Keduanya ikut tertawa kala Arsa tertawa, memang ya, tawa bayi itu cepat menular.
"Ayo, kita sambut Papa." Keduanya berjalan menuju pintu utama diikuti Vivi dibelakang.

Langkah Fang yin terhenti disertai senyumannya yang juga tiba-tiba luntur. Karena pintu terbuka, Fang bisa melihat apa yang sedang terjadi diluar.

Namun tak lama, senyumnya kembali terbit.
"Asya, kamu juga datang?" Ucapnya sembari lanjut melangkah.

Ariz dan Asya yang sedari tadi berbincang segera menoleh. Asya terlihat menggaruk kepalanya dengan senyum paksa.
"Hehe Fang yin maaf, kemarin aku tidak datang." Ucap Asya disertai ringisan.

"Pfff tidak apa-apa, memang kenapa tidak datang? Padahal aku menunggumu datang?" Ucap Fang yin jujur, dia memang menunggu Asya sampai malam, menyebabkan kondisinya semakin memburuk.

"Kemarin Zhela tiba-tiba masuk angin, biasalah anak kecil. Aku tidak tega meninggalkan dia sendirian dirumah."

Zhela yang berada ditengah antara Ariz dan Asya menaikkan alisnya bingung, kok Mamanya berbohong ya? Memang dia sakit kemarin?

"Tapi sekarang Zhela tidak apa-apa kan?" Tanyanya khawatir dan menatap Zhela yang terlihat baik-baik saja.

"Tidak apa-apa."

Fang yin mengangguk dan beralih menatap suaminya yang sejak tadi dikacangin. Apa yang keduanya perbincangkan tadi? Jika difikir, Ariz dan Asya tidak terlalu akrab, bahkan Asya terlihat menghindari suaminya karena takut.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang