part-51

1.7K 97 3
                                    

Asya menguap dengan mata terkantuk-kantuk, ia menatap jam di handphonenya yang sudah menunjukkan pukul 2 dini pagi.

Ia benar-benar sudah mengantuk, tapi ketakutan didalam hatinya mempengaruhi otaknya agar terus kepikiran. Akibatnya ia mengantuk namun tak dapat tidur.

Plak, plak.

Wanita itu menepuk kedua pipinya guna menyadarkan diri, bahwa ia sedang dalam bahaya, apalagi Zhela tidak tidur bersamanya.

Ini bukan sekedar ia takut dengan setan ataupun semacamnya, hanya saja. Permintaan Ariz tadi sore membuatnya benar-benar kepikiran.

Ataukah ia saja yang terlalu pernoan? Dan ucapan Ariz tadi hanya candaan? Buktinya laki-laki itu tidak datang padahal sudah tengah malam.

"Kalau gitu tidur aja deh." Akhirnya Asya bisa bernafas lega dan tidur nyenyak.
Wanita itu mengambil posisi yang nyaman ditempat tidur dan mulai menutup kedua matanya.

Hanya beberapa detik, ketukan disertai panggilan membuat Asya terkesiap dengan mata terbelalak.

"Asya, buka..." Ucapnya seperti bisikan dari luar pintu.

___________

Paginya.

Asya menguap sembari meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

Ringisan keluar dari mulutnya saat mengingat ia dimana, tamu macam apa yang baru terbangun dijam begini?
Karena merasa tidak enak, Asya keluar dari kamar berniat menemui Fang yin.

Setelah menutup pintu kamar, Asya disambut suara Zhela yang terdengar tertawa. Ia melangkah keruang tamu dan menemukan Ariz, Zhela beserta Arsa yang bermain boneka dinosaurus.

Dengan barbie ditangan Zhela, ketiganya bermain dengan riang gembira.

Tanpa berkata apa-apa, Asya duduk di sofa menatap kebawah. Dimana ketiganya sedang bermain diatas lantai dingin.

Asya menatap ke segala arah mencari keberadaan Fang yin, tapi hanya beberapa pelayan yang berlalu lalang dengan tugas masing-masing. Ia tidak menyadari bahwa Ariz sudah menatapnya.

Saat kembali menatap ketiganya, Asya sedikit terkejut melihat tatapan Ariz.
"Kenapa?" Spontan Asya bertanya demikian.

"Kenapa dikunci?" Ariz balik bertanya dengan datar.

Asya memutar bola matanya malas, lalu jika tidak dikunci, ia akan membiarkan laki-laki ini masuk dan menerkamya? Oh tentu tidak!

Asya sedikit trauma dengan Ariz, walaupun mereka pernah melakukannya sekali dimasa lalu. Ia masih sedikit terbayang-bayang pada malam itu.

Malam dimana Ariz merebut segala kehormatannya.

Asya bergidik, jadi dengan segala kekuatannya, ia menaruh meja nakas guna menghalangi Ariz masuk mengunakan kunci cadangan. Ditambah seluruh jendela ia kunci rapat-rapat.

Bagaimana pun, tidak mungkin Ariz membuat keributan ditengah malam. Yang ada laki-laki itu membuka kartunya sendiri.

Tidak ingin menjawab persoalan itu, Asya justru bertanya hal lain.
"Dimana Fang yin?"

Ariz cukup kesal mendengar itu, padahal ia sudah bahagia semalam. Tapi yang ia temukan malah zonk. Ia berjanji, bahwa malam berikutnya ia akan berhasil.

"Dia keluar, katanya ingin membeli sesuatu." Ujarnya seraya menatap kedua anaknya yang asik bermain.

Asya mengangguk, tak berselang lama Fang yin datang dengan sekantung belanjaan. Asya segera berdiri dari duduknya dan membantu wanita itu membawa kresek. Keduanya lantas melangkah kedapur meninggalkan Ariz yang masih setia menatap Asya.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang