"Hai, namaku Asya."
Asya tersenyum menatap gadis kecil disampingnya, gadis dengan rambut panjang tanpa dikuncir itu tidak bergerak sama sekali, yang ada hanyalah beberapa helai rambutnya beterbangan akibat angin yang masuk melalui celah-celah jendela bus.
Tidak ada balasan, gadis itu sibuk menatap pemandangan jalanan disampingnya. Asya yang di acuhkan cemberut.
Ia menatap orang tuanya yang sibuk berbicara dengan kedua orang tua gadis disampingnya.
"Ish nama kamu siapa? Ibu sama Ayah kamu nyuruh aku buat kenalan sama kamu." Asya menyentuh bahu mungil itu, tapi ia tersentak kala gadis perdiam itu menepis tangannya."Jangan sentuh."
Asya menelan air liurnya begitu melihat tatapan dingin gadis itu mengarah kepadanya.
"Ayah Ibu! Dia seram!" Asya segera berlari mendekati kedua orang tuanya dan memeluk keduanya.Kedua orang tua gadis tersebut tersenyum melihat tingkah Asya.
"Bagaimana? Apakah dia mau menyebutkan namanya?" Ucap seorang wanita cantik yang merupakan Ibu gadis yang Asya tanyai tadi namanya.Asya yang masih memeluk Ayahnya hanya melirik sekilas.
"Dia tidak mau tante,""Kalau begitu biar Tante yang kasi tau, namanya.."
Brak!
"Bagus... Tidur disaat jam kerja ya?"
Nafas Asya terengah-engah setelah dipaksa untuk bangun dari tidurnya, mimpi itu... Ah tidak.
Itu merupakan ingatannya waktu kecil.
Asya beralih menatap Jenny yang masih menepuk kedua tangannya, setelah sebelumnya mendobrak paksa pintu ruangan miliknya.
"Dasar pekerja lalai, kamu kira, ini rumah kamu yang seenaknya tidur?" Jenny berucap sinis dan dibalas dengusan oleh Asya.
"Ada apa Nona Jenny?" Ucap Asya dengan sopan walaupun dalam hatinya mengucapkan banyak sumpah serapah.
"Buatkan saya kopi." Jenny berucap arogan disertai tatapan meremehkan.
"Maaf?"
"Kopi, kamu tuli?"
Asya menarik nafas sabar, jangan sampai ia tiba-tiba menjadi seorang kriminal karena membunuh wanita didepannya.
"Iya maksud saya, kenapa harus saya? Saya Sekretaris Pak Bagas, bukan cleaning servis." Asya menekan kata Vis sehingga beberapa ludahnya muncrat kemana-mana.Jenny yang berdiri sekitar 2 meter didepan Asya mendengus jijik.
"Iya, lalu kenapa? Saya Bosnya disini, bukan Pak Bagas!""Saya nggak mau tau, 5 menit kopinya sudah harus ada dimeja saya." Ucapnya tidak mau dibantah, Jenny berniat pergi dari sana tapi mendengar balasan Asya selanjutnya membuatnya naik pitam dan ingin cepat-cepat pergi.
"Oke, tapi jangan salahkan saya kalau Anda tinggal nama besok." Asya melangkah berniat keluar.
"Kamu mau ngeracunin saya!" Bentak Jenny sengaja, biar ada orang yang mendengar suaranya.
Asya menoleh menatap anak yang merupakan anak Ayahnya juga.
"Oh tentu bukan," Ia mendekati Jenny dan dengan sengaja bergerak sensual."Saya mau pelet Nona Jenny, biar Anda cinta mati sama saya." Asya tersenyum miring melihat tatapan takut wanita didepannya.
"Kalau sudah cinta mati, saya tinggal menyuruh Anda mati untuk saya.""K-amu! Dasar lesbi!" Dengan tubuh gemeteran Jenny berlari keluar meninggalkan Asya sendirian.
Melihat itu, Asya bernafas lega. Dengan bergini perempuan itu tidak akan menggangunya lagi. Mungkin..
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)
ChickLitOrang ketiga atau istilahnya Pelakor, merupakan salah satu dari sekian banyaknya masalah di sebuah rumah tangga seseorang. Asya yang merupakan wanita dengan status Janda satu anak, harus rela menjadi Pelakor demi membalas wanita yang dulu pernah mer...