MBH ~Part 1~

7.6K 369 3
                                    

Malam hari di kediaman Moon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam hari di kediaman Moon.

Setelah selesai makan malam, Haechan memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya, yaitu memeriksa lembaran tugas para mahasiswanya.

Kini ia tengah asik memeriksa lembaran-lembaran putih didepannya dengan fokus dan teliti.

"Sayang masih banyak yang harus diperiksa?" tanya Doyoung.

Lantas Haechan pun menoleh. "Sedikit lagi, Bunda," jawabnya.

Doyoung pun mengangguk. "Jika sudah selesai duduklah di samping Bunda, Ayah ingin mengatakan sesuatu sayang," ucap sang bunda yang masih memperhatikan Haechan yang tengah sibuk dengan lembaran didepannya.

"Iya, Bunda," jawabnya tanpa menoleh.

Haechan pun melanjutkan pekerjaannya. Sepuluh menit berlalu semua pekerjaannya sudah selesai, ia merapikan semua lembaran-lembaran itu dan kemudian duduk di samping sang bunda.

"Ayah ingin mengatakan apa pada Chan-ie?" tanyanya pada sang ayah.

Taeil menghela nafasnya, sedangkan sang istri mengelus bahu suaminya. Haechan menatap mereka berdua bingung, kenapa tiba-tiba perasaannya tidak enak begini?

"Jadi begini, Nak. Sahabat papamu dulu datang berkunjung ke perusahaan tadi siang, dia membahas tentang perjanjiannya dengan papamu yang mereka buat dulu ketika kamu baru lahir. Dia membawa selembar surat perjanjian yang papamu dan dirinya buat saat Papamu masih hidup. Dan dia juga ingin membantu menstabilkan perusahaan papamu yang mengalami kerugian besar karena beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab," jelas Taeil menatap sang keponakan yang sudah menjadi anaknya ini.

Haechan memang sudah mengetahui tentang kabar perusahaan papanya yang sekarang dikelola oleh sang ayah sedang dalam keadaan yang terpuruk, karena beberapa orang membawa kabur uang perusahaan dan ayahnya belum mengetahui siapa pelakunya. Dan semoga saja pelakunya segera ditemukan.

"Perjanjian apa, Ayah?" tanya Haechan.

"Chan-ie harus berjanji untuk tidak bersedih dan kecewa dengan apa yang akan Ayah katakan ya, Nak," ujar Taeil menatap serius Haechan.

Perasaan Haechan menjadi tidak karuan mendengar ucapan sang ayah. "Iya Chan-ie janji, Ayah."

Taeil memandang istrinya sebentar, lalu menoleh kembali menatap Haechan dengan tatapan sendu. "Perjodohan. Kau dijodohkan, Nak."

Haechan terkejut. "Di jo-dohkan?" tanyanya dengan suara tercekat.

Taeil mengangguk. "Iya, Nak. Kau dijodohkan dengan putra sulung sahabat papamu. Kau bisa menolaknya jika tak menginginkan perjodohan ini. Ayah tidak ingin memaksamu, Nak."

"Lalu bagaimana dengan perusahaan, Ayah?" Haechan sudah bisa menormalkan ekspresinya.

"Kau tidak perlu khawatir Ayah akan mencari solusi lain, Ayah tidak ingin kau tertekan walaupun harus ingkar janji." Taeil tidak tega melihat anak manisnya ini terluka.

My Beloved Husband (MarkHyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang