MBH ~Part 18~

4K 248 0
                                    

Weekend kali ini Haechan berkunjung kerumahnya, ia sangat merindukan bunda, ayah dan adik sepupunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Weekend kali ini Haechan berkunjung kerumahnya, ia sangat merindukan bunda, ayah dan adik sepupunya. Ia tidak berangkat sendiri ada Chenle dan sang suami yang mengantarkan yang ikut.

Sepanjang perjalanan Chenle berceloteh ria membicarakan hal-hal yang random, Haechan mendengarnya dengan baik, sesekali ia menimpalinya dan tertawa jika ada hal yang lucu.

Sedangkan Mark hanya fokus menyetir, ia terlihat seperti supir pribadi untuk Haechan dan Chenle, kedua anak manis itu sama sekali tidak memperdulikan kehadirannya, dirinya seperti tidak ada diantara mereka berdua. Namun ia senang saja asalkan istri dan adiknya senang.

Akhirnya mereka sampai ditempat tujuan, setelah Mark memarkirkan mobilnya ketiganya langsung turun dan berjalan beriringan menuju pintu masuk.

Haechan memencet bel rumahnya, tak berselang lama pintu terbuka dan menampilkan bundanya.

Doyoung nampak terkejut dengan kehadiran anaknya, karena Haechan tidak bilang jika ia berkunjung kemari.

Haechan langsung menghambur memeluk sang bunda. "Chan-ie rindu Bunda."

Doyoung membalas pelukan anaknya. "Bunda juga merindukanmu."

Chenle dan Mark hanya menonton adegan sepasang anak dan ibu didepan mereka dalam keadaan diam.

"Eh ada Mark dan Lele, maaf nak Bunda tidak menyadarinya," ucap Doyoung tersenyum canggung, ia lalu melepaskan pelukannya pada anaknya.

Keduanya hanya tersenyum. "Bukan masalah, Bunda" ucap Mark.

"Ayo kita masuk," ajak Doyoung.

Ketiganya mengikuti dari belakang, diruang keluarga ada Taeil dan Yangyang.

Menyadari kehadiran Haechan, Mark dan Chenle mereka berdua langsung berdiri.

Haechan sedikit berlari dan memeluk ayahnya dengan manja. Taeil terkekeh kecil, ia mengusap rambut anaknya dengan lembut.

Kemudian Haechan beralih memeluk adiknya. "Rindu Kakak tidak?" tanyanya.

Yangyang mengangguk. "Sangat rindu, Kakak jarang sekali berkunjung kesini." Bibirnya mengerucut kesal karena sang kakak yang seperti sudah melupakannya.

Haechan tersenyum geli, lalu mencubit pipi adiknya dengan gemas. "Kakak sedikit sibuk Yang-ie, tapi walaupun begitu 'kan Kakak tetap menghubungimu setiap hari. Kakak tidak pernah melupakanmu."

Yangyang tersenyum senang, benar juga kakaknya selalu menghubungi mau itu lewat pesan ataupun telpon.

Doyoung yang melihat Mark dan Chenle yang hanya diam saja lantas menyuruh keduanya untuk duduk.

"Maaf ya, Nak, kalian jadi dilupakan," ucap Doyoung menatap keduanya.

"Tidak apa, Bunda," sahut Chenle sambil tersenyum.

My Beloved Husband (MarkHyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang