MBH ~Part 7~

4.3K 308 0
                                    

Semua keluarga kembali ke hotel, waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua keluarga kembali ke hotel, waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Mereka semua memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Untuk Haechan dan Renjun nanti akan di antar ke kamar saja. Doyoung mengatakan pada nyonya Jung jika mereka berdua mungkin kelelahan dan tertidur karena semalam mereka kurang tidur.

Ia terpaksa harus berbohong karena sebenarnya ia tidak tau bagaimana kondisi keduanya. Terlebih Haechan yang terlihat memprihatinkan ketika berpamitan padanya. Semoga anak manisnya baik-baik saja.

Selesai makan siang mereka menuju kamar masing-masing. Dayoung langsung berjalan tergesa-gesa menuju kamar Haechan. Untung saja nyonya Jung tidak ikut karena harus mengecek keadaan ruang resepsi bersama dengan Tuan Jung dan suaminya.

Renjun tersentak ketika mendengar bunyi bel, ia baru saja akan tertidur. Ia bangun dari duduknya berjalan mengintip siapa yang berada diluar yang ternyata adalah bunda sahabatnya. Ia segera membukakan pintu, setelah beliau masuk, ia kembali menguncinya.

"Kalian baik-baik saja kan sayang?" tanya Doyoung khawatir menatap Renjun dan kemudian melirik Haechan yang tertidur.

Dilihat dari wajah Renjun, anak itu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Bagaimana tidak matanya memerah dan membengkak serta air mata yang sudah mengering dikedua pipi mulusnya.

Ia mendekat kearah Renjun mengelus pipinya. "Kenapa, Nak? Cerita sama Bunda."

Renjun menatap Doyoung sendu, rasanya air matanya sudah habis karena terlalu banyak menangis.

"Tangisan Chan-ie pecah saat kita masuk ke kamar, dia hanya mengucapkan 'papa sudah bahagiakan? Chan-ie sudah mewujudkan keinginan papa.' Injun tidak sanggup melihatnya seperti itu, Bunda," cerita Renjun dengan suara lirih.

Doyoung melirik Haechan yang tertidur dengan air mata yang sudah mengalir tanpa ia sadari.

"Bunda juga, Nak. Jun, apakah Chan-ie tertidur?"

Renjun menggeleng. "Chan-ie kelelahan menangis, dia pingsan," ucapnya menatap Haechan dengan lurus.

"Ya Tuhan, Sayang!" Doyoung segera menghampiri Haechan, air matanya mengalir begitu saja melihat kondisi anaknya.

"Bunda, tenang ya. Chan-ie akan siuman, kita coba bangunkan sebentar lagi, biarkan dia beristirahat sebentar dan jangan sampai yang lain mengetahuinya." Renjun mengusap punggung bunda sahabatnya menenangkannya, padahal dirinya juga dalam keadaan yang kacau.

Doyoung mulai tenang. Kini, Renjun sudah duduk atas tempat tidur di samping Haechan, ia menatap sahabanya sendu. Hatinya campur aduk, ada rasa nyeri, sesak, bahkan takut.

Doyoung mengelus tangan anaknya dengan sayang. Terakhir ia melihat Haechan seperti saat anak itu kehilangan orangtuanya. Setelah kejadian itu ia berjanji untuk tidak akan pernah membuat anak manis ini seperti itu lagi. Namun, sekarang lihatlah ia gagal melakukannya anak manisnya terluka, ia sadar bahwa ini semua adalah takdir tapi tetap saja ia tidak tega melihatnya dan ia juga belum siap anak manis ini jauh dari pandangannya.

My Beloved Husband (MarkHyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang