MBH ~Part 11~

4.1K 287 2
                                    

Pukul tiga sore Haechan sudah menyelesaikan pekerjaannya, ia tengah bersantai di ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pukul tiga sore Haechan sudah menyelesaikan pekerjaannya, ia tengah bersantai di ruangannya. Tadi siang ia hanya membeli satu botol air mineral dan juga dua bungkus roti untuk mengganjal perutnya.

Ia belum bertemu dengan Renjun, sahabatnya itu datang pukul sebelas siang dan selesai mengajar di sore hari.

Haechan masih betah di kampus dengan duduk termenung tanpa berniat untuk pulang, apa ia tidur di kampus saja ya? Ia tidak ingin kembali ke kediaman Jung. Kejadian tadi pagi membuatnya tidak punya keberanian lagi untuk bertemu dengan sang suami.

Haechan menghembuskan nafasnya. 'Aku harus bagaimana?' batinnya.

Larut dalam lamunannya sampai tidak menyadari jika Renjun masuk ke ruangnya.

"Sir Haechan," panggil Renjun.

Haechan tersentak lalu menoleh menatap Renjun. "Anda mengejutkan saya, Renjun Ssaem" ia tidak menyadari jika sahabatnya masuk.

Renjun terkekeh lalu menarik tangan Haechan menuju sofa yang didekat dinding ruangan.

"Aku sudah mengunci pintu, sekarang tidak perlu berbicara formal lagi."

Haechan hanya mengangguk saja.

"Kenapa kau melamun, Chan? Kau juga terlihat gelisah. Apa kau baik-baik saja di sana? Apa terjadi sesuatu padamu?" Renjun menodong Haechan dengan pertanyaan beruntun, raut wajahnya terpancar kekhawatiran.

Haechan mengusap wajahnya, ia menyenderkan kepalanya di sofa. Renjun semakin khawatir menatap sahabatnya yang bertingkah seperti itu.

"Aku baik, Jun. Tadi aku hanya sedang berpikir. Jujur saja sebenarnya sulit rasanya bagi ku, aku bingung harus melakukan apa. Ketika mommy dan Lele bersamaku aku merasa nyaman, tapi ketika mereka tidak ada aku merasa gelisah," curhat Haechan sambil menutup matanya.

Renjun ikut menghela nafasnya, ia pikir sahabatnya sudah lebih baik ternyata masih sama dengan kemarin, hanya saja sekarang Haechan sudah tidak menangis. Mungkin sahabatnya ini sudah lelah untuk mengeluarkan air matanya.

"Apa tidak ada perubahan sama sekali dalam hubungan kalian?" tanyanya serius. Sahabatnya ini sudah tiga hari menikah, apa Haechan belum berinteraksi dengan suaminya?

Haechan membuka matanya menatap langit-langit. "Aku tidak tau, Jun. Semalam aku membaca novel hingga tertidur di sofa, bangun-bangun aku sudah ditempat tidur dengan dia yang tertidur di samping ku. Aku yakin jika dia yang memindahkan ku," ceritanya.

Renjun tersenyum mendengarnya. "Berarti dia mulai bisa menerimamu, buktinya dia tidak tega melihatmu tertidur di sofa." Ia yakin jika suami sahabatnya sudah mulai membuka hati, buktinya sudah berani menunjukkan perhatiannya sebagai pasangan.

"Entahlah, Jun. Tapi tadi pagi mommy menyuruhku memanggilnya dikamar untuk sarapan, ketika aku masuk ternyata dia tidak ada. Aku memutuskan untuk merapikan tempat tidur, ketika selesai aku menoleh dan melihatnya berdiri tidak jauh dariku, aku tidak tau sejak kapan dia berdiri di sana. Cepat-cepat aku memutuskan kontak mata kami dan menunduk, cukup lama kami sama-sama terdiam, tiba-tiba dia bersuara 'kau akan terus berdiri disitu?' dengan nada yang sangat dingin, aku sampai tidak berani mengangkat kepalaku dan buru-buru keluar kamar tanpa berkata sepatah kata pun." Haechan bercerita dengan nada frustasinya.

My Beloved Husband (MarkHyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang