MBH ~Part 66~

2.7K 182 21
                                    

Renjun berjalan dengan cepat untuk mengambil pesanannya yang sudah datang, kurir yang mengantar menunggu di luar gerbang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun berjalan dengan cepat untuk mengambil pesanannya yang sudah datang, kurir yang mengantar menunggu di luar gerbang. Sebenarnya bisa saja ia meminta kurirnya untuk mengantarkan makanan pesanannya hingga kedalam, namun ia malas menjelaskan dimana letak ruangan, malas menanggapi pertanyaan-pertanyaan kebingungan dari kurir itu nantinya. Belum lagi sang kurir pasti mempunyai banyak pekerjaan, pasti masih banyak makanan pesanan orang yang harus diantar. Ia kasihan, galak-galak gini juga Renjun mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi.

Setelah mengambil pesanannya dan mengucapkan terimakasih, ia berjalan kembali menuju ruangnya. Saat menaiki tangga menuju ruangannya, ia berpapasan dengan Xiaojun. Kebetulan sekali, pikirnya. Ia memang menunggu momen dimana ia berpapasan dengan rekan kerjanya itu untuk mengatakan rencananya dengan Haechan.

"Hai Pak Xiaojun," sapanya sambil tersenyum tipis.

Xiaojun yang menuruni anak tangga sontak menghentikan langkahnya, ia cukup terkejut saat Renjun menyapanya, karena ini pertama kalinya rekan kerjanya itu menyapanya, biasanya ialah yang menyapa duluan. Tadi juga niatnya ia ingin menyapa, tapi sudah lebih dulu disapa.

"Oh hai Renjun Ssaem," balasnya menyapa.

"Eum... Pak, ikut saya sebentar, ada yang ingin saya bicarakan," pinta Renjun dengan nada gugup, sebenarnya ia sangat canggung mengajak Xiaojun untuk berbicara. Selama ini ia selalu bersikap judes pada Xiaojun karena saat berpapasan hanya Haechan saja yang disapa saat ia bersama dengan sahabatnya itu, ia merasa seperti tak dianggap. Bukan berharap untuk diperhatikan, ia hanya merasa kurang dihargai saja, makanya ia kesal.

Ditambah lagi setelah Haechan menikah, ia berusaha semampunya untuk membuat jarak antara sang sahabat dan rekan kerjanya. Meskipun sebenarnya tidak berhasil, karena si gembul bebal sekali diberitahu. Namun syukurnya Haechan sudah mau mendengarkannya dan membuka lebar-lebar matanya yang mencoba menutupi fakta yang ada.

Xiaojun terdiam dengan dahinya yang mengernyit bingung. Untuk apa Renjun mengajaknya berbicara berdua? Secara mereka tidak mempunyai masalah atau kepentingan yang harus dibicarakan.

Menyadari kebingungan Xiaojun, Renjun kembali bersuara. "Ayo, Pak. Nanti saya jelaskan, tak enak kita dilihat oleh mahasiswa jika terus disini," ucapnya dengan nada pelan takut mahasiswa yang berlalu lalang mendengarnya.

Mau tak mau Xiaojun pun menganggukkan kepalanya. Sepertinya memang ada hal penting yang ingin Renjun bicarakan dengannya. Walaupun dalam keadaan heran, ia tetap mengikuti rekan kerjanya itu dari belakang.

Kebetulannya lagi adalah, dari arah berlawanan Haechan berjalan menuju ruangan Renjun. Sahabatnya itu sibuk berbicara dengan dua orang mahasiswa fakultas seni yang sepertinya adalah mahasiswa tingkat akhir, entah apa yang mereka bicarakan, ia pun tak tau.

Mata Haechan seketika membulat mendapati Xiaojun yang berjalan dibelakang Renjun. Aduh bagaimana ini? Apa ia putar arah saja? Eh tapi mana mungkin disaat beberapa meter lagi ia akan sampai di ruangan sang sahabat, belum lagi sahabatnya sudah berdiri di depan ruangannya.

My Beloved Husband (MarkHyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang