MBH ~Part 5~

4.4K 329 0
                                    

Menjelang hari pernikahannya, Haechan masih beraktivitas seperti biasa dengan beban pikiran yang memenuhi otaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menjelang hari pernikahannya, Haechan masih beraktivitas seperti biasa dengan beban pikiran yang memenuhi otaknya. Namun, ia mencoba untuk fokus dan tidak menunjukkannya kepada siapapun agar orang-orang disekitarnya tidak merasa khawatir.

Tiga hari yang lalu calon ibu mertua dan adik iparnya datang berkunjung kemari.

Calon ibu mertuanya datang mengukur badannya untuk membuat baju pernikahan, dan memintanya untuk memilih cincin pernikahan yang ia sukai. Ia hanya bisa menurut tanpa membantah.

Setelah itu mereka membuat kue bersama dan berbincang-bincang sebentar.

Sebenarnya hanya bundanya lah yang berbincang-bincang. Setelah membuat kue ia langsung dimonopoli oleh calon adik ipar dan adik sepupunya menemani mereka bermain dan bercerita. Mereka berdua berceloteh dengan semangat menceritakan aktivitas mereka di sekolah, dari hal menyenangkan hingga hal mengesalkan. Ia hanya mendengar sesekali menyahut seadanya.

Selama beberapa hari ini sang bunda membimbingnya, mengajarinya, dan juga menasihatinya berbagai hal tentang pernikahan. Memberitahu kewajiban dan haknya sebagai seorang istri yang harus lakukan dari bangun tidur hingga tidur lagi.

Haechan mendengarnya dengan seksama tanpa menyela sedikitpun, dan sesekali mengangguk bertanda jika ia mengerti. Ia sendiri tidak yakin akan melaksanakannya nanti. Pernikahan ini berdasarkan perjodohan bukan berdasarkan keinginan kedua pihak  karena alasan saling mencintai.

Haechan menyetujui perjodohan ini karena dua hal. Satu, untuk menepati janji papanya semasa hidup. Kedua, untuk mempertahankan perusahaan peninggalan papanya supaya tidak hancur. Walaupun begitu, ia akan mencoba untuk menerima takdir yang sudah Tuhan tentukan untuknya.

Ia juga harus siap dengan segala resiko yang menantinya didepan sana. Termasuk tidak dianggap dan dicampakkan!

Besok adalah hari pernikahannya yang seharusnya menjadi hari membahagiakan baginya, yang akan menjadi hari bersejarahnya untuk dikenang seumur hidupnya.

Tapi mengapa ia merasa hatinya sangat sesak?

Tiba-tiba ia teringat dengan kedua orangtuanya.

Kini, Haechan terduduk termenung menghadap jendela kamarnya, gorden nya ia buka sehingga menampakkan gelapnya langit dan sunyinya malam. Pikirannya berkelana mengingat momen-momen masa kecilnya ketika papa dan mama masih bersamanya, hanya momen berupa potongan-potongan kecil yang dapat diingatnya.

Haechan tersenyum dengan mata yang berembun.

'Chan-ie sangat merindukan papa dan mama, apa kalian merindukan Chan-ie juga di sana? Apa kalian bahagia disana? Apa kalian baik-baik saja?
papa, mama lihatlah Chan-ie sudah dewasa sekarang, ayah dan bunda merawat Chan-ie dengan sangat baik, mereka sangat menyayangi Chan-ie sama seperti mereka menyayangi Yang-ie.
Besok Chan-ie akan menikah dengan pria pilihan papa, doa kan Chan-ie semoga bahagia seperti yang kalian harapkan. Chan-ie tidak pernah marah pada papa karena telah menjodohkan Chan-ie dengan anak sahabat papa, ini adalah takdir dari Tuhan yang harus Chan-ie jalani dan syukuri.
Tidak terasa ya kalian sudah meninggalkan Chan-ie selama 16 tahun lamanya, doa Chan-ie selalu menyertai papa dan mama. Doakan Chan-ie ya papa, mama supaya Tuhan menyertai Chan-ie di setiap langkah yang Chan-ie ambil. Chan-ie sangat menyayangi papa dan mama datanglah ke mimpi chan-ie karena chan-ie sangat merindukan kalian.'

My Beloved Husband (MarkHyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang