Bab 2. Nggak ada yang peduli

575 29 2
                                    

Di tengah panasnya matahari, di bawah pohon beringin di pinggiran hutan, nampaklah seorang lelaki muda berparas tampan yang baru saja mengalami permasalahan dengan adik kelasnya, Yap dialah Devinno Alexander Raharja. Dia yang tak tahu semenjak kapan disana tak sedikitpun ingin beranjak ataupun sekedar untuk pulang ke rumahnya. Tempat yang sudah lama menjadi favoritnya itu tak banyak orang yang tahu, kecuali almarhumah mamanya. Beliaulah yang kala itu pernah memberitahunya tentang tempat ini. Ya awalnya ia merasa takut tatkala ini ada di pinggiran hutan juga pohonnya yang nampak rimbun dan terkesan angker. Tapi entah dari mana ia pun lama kelamaan menjadi terbiasa dengan tempat tersebut terlebih ia sering mendatanginya tatkala hatinya sedang terpuruk.

Disaat saat seperti ini hanya Firly, sang kekasih lah yang mengerti dan memahaminya. Tapi entah kenapa dirinya tak dapat menelponnya sedari tadi. Semua panggilannya sibuk, dan chatnya juga tak kunjung di baca.

"Ahhh. Emang gak ada yang perduli sama gue sekarang. Bahkan Firly pun sama. Ahhh!!" Selepas berteriak teriak tak jelas sembari mengeluarkan semua yang menjadi unek-uneknya Devin pun mulai bangkit dari posisi duduknya lalu hendak pergi. Sesaat ia telah menaiki motor ninja putihnya dan hendak pergi, tiba tiba kedua atensinya teralihkan pada sesosok gadis berpakaian dress putih selutut dengan rambut lurus sebahu yang sengaja ia gerai. Gadis asing itu tengah berdiri membelakanginya tepat di sebelah pohon beringin tempatnya duduk tadi. Tapi Devin yang tak perduli pun langsung beranjak tanpa mempedulikan adanya gadis itu di sana, malahan ia sengaja mengencangkan suara starternya agar si gadis asing itu terganggu dan berbalik menatapnya.

........................

Di tempat berbeda, nampaklah Devan yang sekarang telah sampai di halaman depan rumah paman dan bibinya. Semenjak kedua orang tuanya meninggal Devan beserta adiknya pun memutuskan untuk tinggal dengan paman dan bibi mereka yaitu Hendarto Raharja, dan istrinya Melinda Wulandari. Mereka yang memang hanya tinggal berdua pun sangat senang mendengar kedua keponakannya itu turut tinggal dengan mereka. Terlebih setelah anak mereka satu satunya, yaitu Alvonsius Hendarto memutuskan tuk kuliah di luar kota, dan bekerja di sana, membuat kedua orang tua itu kesepian, selain karena hanya dialah anak mereka satu satunya dia juga tak pernah jauh dari kedua orang tuanya sedari kecil. Kedua hal itu yang kerab mereka khawatirkan tatkala anak mereka berada jauh dari mereka.

Tapi melihat kehadiran kedua keponakannya di rumah mereka, yaitu Devan dan adiknya Devin. Membuat kesedihan mereka terhadap sang anak perlahan terkikis. Mereka bahagia sebab rumah mereka akhirnya ramai kembali ya walaupun ia juga tetap iba pada mereka karena telah kehilangan kedua orang tuanya sesaat mereka masih kecil. Tapi hal itu tak terlalu menjadi masalah karena Linda dan Darto dapat memberikan kasih sayang pada mereka layaknya orang tua kandung.

Berbulan bulan kehidupan yang mereka jalani berjalan normal tak ada satupun masalah yang hinggap di keluarga mereka. Hanya saja sikap dingin dan acuh tak acuh Devin sering kali membuat Linda dan Darto bingung sendiri dan tak tahu harus berbuat apa. Devin sangatlah berbeda dengan kakaknya Devan. Ia begitu dingin, acuh tak acuh dan suka marah marah tatkala sesuatu tak sesuai dengan keinginannya. Tapi lain halnya dengan Devan, ia cenderung ramah, murah senyum dan kadang kala juga sering membantu pamannya berdagang di pasar saat dirinya tengah libur sekolah. Sikapnya berbeda seratus delapan puluh derajat dari Devin, tapi walau begitu Darto dan Linda tetap memberikan kasih sayang yang sama terhadap mereka berdua.

Sesaat langkah kaki Devan memasuki rumah paman dan bibinya yang sekarang juga rumahnya, Indra penciumannya disambut dengan aroma masakan yang begitu harum dan nampak menggoda imannya. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju dapur selepas ia menaruh tas ranselnya di atas sofa ruang tamu. Sesaat sampainya ia dekat dapur kedua manik hitamnya terfokuskan pada seorang wanita cantik dengan rambut di kuncir belakang juga celemek memasaknya yang terpakai rapi di tubuhnya. Bibinya itu nampak tengah berdiri membelakanginya seraya mengaduk sesuatu di wajan penggorengan di hadapannya. Ia tak menyadari kehadiran Devan di sana sampai pelukan tiba tiba Devan pada bibinya dari belakang berhasil membuatnya tersentak dan hampir menjatuhkan alat masak yang dipegangnya.

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang