Di dunia manusia sekarang adalah siang hari, begitupun di dunia makhluk halus, disana juga lah siang hari, tapi di dunia manusia yang waktu berjalan dua puluh empat jam, di dunia makhluk halus berbeda, disini waktu berjalan begitu cepat, bahkan saking cepatnya waktu tak dapat dihitung.
Semenjak pagi tadi, Devin terasa perih di sekujur tubuhnya, rasanya pegal dan juga ngilu, Bunga yang melihatnya segera mencoba mengecek keadaan Devin dan berusaha mengobatinya.
Namun, kalian tau apa yang terjadi setelahnya?
Ya, Devin masihlah kesakitan, tubuhnya memar memar dan terasa panas di sekujur tubuh.
"Ouch ... Bunga, i-ini aku kenapa, kok tubuhku sakit semua, dan keningku juga rasanya panas banget, aduhh ..." ucap Devin seraya menggeliat dan mengaduh berulang kali.
Melihat Devin kesakitan, tentu membuat Bunga sedih dan ikut merasakannya. Dia semenjak tadi diam dan berusaha mengobati rasa sakit itu menggunakan kekuatannya.
"Vin, sepertinya ini ada yang nggak beres. Apa jangan jangan ragamu telah di bawa pergi orang? karena jika ragamu sampai di bawa pergi dari pohon itu, keadaan sukmamu akan seperti ini, sakit, perih dan juga panas. Bahkan jika sampai terlambat sedikit saja kamu bisa mati." sahut Bunga seraya tetap mengobati Devin.
Devin yang mendengarnya langsung terlonjak kaget dan semakin mengaduh kesakitan, karena rasa sakit itu masih juga terasa, bahkan rasanya semakin perih dari yang tadi.
"Diambil, diambil siapa?" tanya Devin sembari tetap menggeliatkan tubuhnya.
Bungapun menggeleng dan menoleh sekilas kearah Devin.
"Aku nggak tau Vin, kekuatanku sekarang tidak bisa menembus sampai sejauh itu, tapi yang kutau sekarang ragamu telah dibawa pergi orang, mereka adalah sepasang suami istri, dan ku lihat samar samar si perempuan jauh lebih muda, ehm mungkin diatasmu sedikit." jelas Bunga.
"Si-sispa ya, bagaimana ya, mereka bisa nemuin aku di pohon itu, dan bagaimana mereka tau tempat itu, bukankah setauku yang mengenal dan tau tempat itu hanya ibuku saja, aduhh rasanya semakin sakit Bunga, perih." timpal Devin sembari mengerang kesakitan.
"Sabar Vin, aku lagi mencoba ini, semoga kekuatanku masih cukup buat ngobatin kamu." ujar Bunga memicingkan matanya dan tetap dengan sikapnya yang tengah mengobati Devin.
...................................................
Setelah menempuh perjalanan sedikit jauh dan berbelok belok, akhirnya tibalah mereka di rumah sakit terdekat.
"Sayang, kamu turun dulu ya, aku mau ngabarin Linda dan Devan. walau aku sudah nggak berhubungan lagi dengan mereka, tetap saja mereka adalah keluarga Devin, kita harus ngabarin keadaan Devin pada mereka." ujar Darto seraya menoleh kearah Bianca lalu beralih merogoh ponselnya dari saku celananya.
"Iya mas, tapi nanti Devin gimana, kamu yang angkat atau kita panggil perawat saja?" tanya Bianca kemudian.
"Aku aja yang ngangkat yang, kamu tetep disini atau turun dulu?" tanya Darto tanpa menoleh, ia mulai membuka ponselnya dan mulai memberi pesan pada linda, ia mengirimkan tentang penemuan Devin dan keadaannya saat ini.
Mendengar itu Bianca pun menganggukkan kepalanya dan mengalihkan atensinya kearah lain.
"Aku disini aja mas, lagian kamu kan chat Linda cuma mau ngabarin soal Devin kan, jadi ngapain aku harus keluar? nggak papa mas, santai aja." jawab Bianca tetap dengan posisinya dan ekspresi nya yang mulai berubah kesal.
..................................
"Van, kemarin itu kamu habis berapa botol, terus setelah minum itu kamu ngapain aja, dan omongan kamu tadi bener kan, kalo bosmu itu cowok?" cecar Linda judes dan tanpa menoleh sedikitpun kearah Devan.
Mendengar itu paniklah Devan, ia berubah pucat dan sekujur tubuhnya menjadi panas dingin.
Namun, saat Devan bersiap akan menjawabnya, tiba tiba saja ponsel Linda berdering, dering yang menandakan jika ada beberapa pesan yang masuk.
"Astaga, bener nih? serius?? Devin .. akhirnya .." ucap senang Linda sesaat melihat isi chat di ponselnya itu.
"Hah, Devin, kenapa Devin, sayang?" tanya Devan penasaran.
Mendengar pertanyaan Devan, menolehlah Linda kepadanya, tatapannya terlihat bahagia, senyuman mulai terlukis di bibirnya, namun rasa kaget setelah melihat isi chat itu masihlah ketara di wajahnya.
"Sayangku, Devan ku, adikmu sudah di ketemukan sayang, dia sedang di rumah sakit sekarang." timpal Linda seraya tersenyum bahagia.
Mendengar hal mengagetkan itu dari mulut Linda, sontak Devan pun ikut terlonjak kaget.
"Hah, beneran? Devin ada di rumah sakit, emang Devin sakit apa, terus yang ngabarin semua ini siapa?" tanya Devan masih dengan raut penasaran dan juga bahagia yang menyatu menjadi satu.
"Darto sayang, dia yang ngabarin ini ke aku, dia bilang dia tau tempat favoritnya Devin berada, dan kamu tau, Darto nemuin tubuh Devin di sana. Ehm .. di tempat itu." balas Linda seraya berapi api.
"Paman? oke paman yang nemuin Devin dan bawa dia ke rumah sakit, terus itu tempat apaan emang? bar, resto atau atap sekolah?" tanya Devan lagi dan semakin penasaran.
Mendengar ucapan Devan menyatulah kedua alis Linda, dia bingung sekaligus heran dengan ucapan Devan mengenai tempat favorit Devin itu.
"Kok itu sih, bukan sayang, bukan itu tempat favorit Devin. Kamu gimana sih, tempat favorit adik sendiri kok nggak tau." ucap Linda seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
"Hehehe salah ya, maaf deh, kan emang dari dulu Devin tuh tertutup banget sama kita semua, bahkan sama kamu pun juga sama kan, jadi ya pantas jika aku sampai nggak tau tempat favorit Devin. Ehm tapi yang, tempat favorit Devin apa emang, terus gimana paman Darto bisa tau tempatnya?" ujar Devan sembari cengengesan.
Mendengar itu Linda pun segera mengalihkan pandangannya kearah lain, dia menautkan kedua tangannya dan menghela nafas panjang sepenuh dada.
"Di pohon beringin di pinggir hutan Vin, di desa tempat Tante Mima berada, kamu kenal Tante Mima kan?" tanya Linda.
Devan yang memang tau dan kenal dengan Mima pun langsung melonjak kaget, matanya membola sempurna dan mulutnya menganga lebar, dia bisa sesyok itu karena lokasi desa tempat Mima tinggal bukanlah main main, lokasinya sangat jauh, dan begitu terpencil, tak ada supermarket dan Indomaret disana, pun tak ada signal, dan juga listrik, disana jarang yang memiliki listrik karena harga listrik di sana sangatlah mahal.
"Hah, Tante Mima? jauh banget sayang, ini beneran paman Darto nemuin Devin di sana?" lagi Devan.
"Iya Van, aku percaya kok kalo Darto emang nemuin Devin di sana. Yaudah yuk kita siap siap terus berangkat ke rumah sakit tempat Devin di rawat." ajak Linda seraya bangkit dari duduknya.
"Yaudah, yuk kita berangkat, nggak usah siap siap, masih rapi juga kita." balas Devan seraya bangkit dari duduknya dan menatap kearah Linda.
"Rapi apanya, udah kucel terus bau nih badanku, mana dari pagi aku belom gosok gigi lagi, yaudah kalo kamu emang gak mau siap siap terserah, tapi aku mau mandi dulu." setelah berucap demikian, pergilah Linda dari sana.
"Kamu sebenarnya nggak mau ketemu paman kalau keadaanmu seperti itu kan, sayang. Kamu, ingin terlihat sempurna di matanya, kan?" batin Devan seraya duduk kembali di sofa.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
RomanceKehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak bertemu makhluk gaib yang misterius itu. Cinta tumbuh di antara mereka meskipun dunia luar keras menent...