Bab 43. Tetaplah hidup

90 3 0
                                    

Hari ini adalah hari kedua Linda pulang ke rumahnya semenjak operasi Caesar nya beberapa hari yang lalu. Dia lebih banyak istirahat dan mengurus anaknya daripada beberes seperti dulu.

Huaammpp ...

Linda baru membuka matanya dan menguap begitu lebar di saat cahaya matahari dari luar jendela yang tertutup tirai menembus dan menyorot begitu silau ke matanya.

Ehmm ...

Setelah mengucek kedua matanya yang berair, Linda pun sontak merentangkan sebelah tangannya ke kasur di sebelahnya, ia tersenyum di saat mendapati Devan masihlah tertidur di sana.

"Devan, astaga ..." ucap Linda sendiri seraya bangkit dari posisi tidurnya dan menolehkan kepalanya menatap kearah Devan, laki laki itu tengah tidur dengan posisi miring dan selimut yang masih setia membalut tubuhnya.

Aduhh ahhkkk ...

Disaat Linda bermaksud untuk beranjak dari ranjangnya, dia pun sontak mengaduh kesakitan di saat luka sehabis operasi itu ternyata belumlah sembuh benar.

"Sayang, kamu kenapa?" ternyata aduhan Linda membangunkan Devan dari tidurnya, dia seketika mendekat kearah Linda dan memegang kedua bahunya. Tatapannya terlihat khawatir dan begitu cemas.

Linda pun menoleh sekilas kearah Devan dan tersenyum kearahnya.

"Aku nggak papa kok sayang, aku cuma mau ke kamar mandi aja tadi, tapi ternyata bekas operasi itu masih terasa sakit di aku, aduhh sampe ku buat ke kamar mandi aja rasanya begitu perih." sahut Linda seraya mendesis kesakitan dan tetap memegang perutnya dengan kedua tangannya.

Devan pun berdehem lalu membantu Linda berbaring kembali di kasurnya, ekspresi juga posisi Linda masih sama, dia masih memegang perutnya dan mendesis kesakitan.

"Kalo kamu masih merasa sakit mending kamu tidur aja, ya. Jangan di paksain buat ke mana mana dulu, bekas jahitan di perutmu ini masih ada dan belum kering, jadi sayang, kamu istirahat aja ya, biar pekerjaan rumah art kita yang ngerjain." ucap Devan seraya mengusap usap lembut kepala Linda.

"Tadi aku cuma mau cuci muka loh di kamar mandi, tapi nih perut sakit banget buat ku bangun dari ranjang." timpal Linda seraya mengusap perutnya dengan kedua tangan.

"Udah kamu istirahat aja ya, biar cepet sembuh, ehm walau kamu gak cuci muka pun masih tetep cantik di mataku hehe." goda Devan.

Linda yang mendengar godaan Devan hanya mampu memberengut kesal dan mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Yaudah deh maaf ya, aku cuma bercanda kok tadi, ehm sayang, kamu laper nggak? kalo laper biar kusuruh mbak sum buatin kamu sarapan." tanya Devan.

Linda pun menggeleng dengan ekspresi yang sama seperti tadi, masih tetaplah cemberut dan  juga kesal, tatapannya pun tak beralih sedikitpun.

"Aku belum laper, ntar aja kalo dah laper kupanggil mbak sum biar bikinin aku sarapan sekalian susu." balas Linda.

Mendengar ucapan Linda, Devan pun menghela nafas sejenak lalu mendekatkan wajahnya pada Linda kemudian di ciumnya kening mulus itu.

Cupp ...

"Yaudah kalo itu mau kamu, tapi inget ya, jangan siang siang makannya, perut kamu ini belum sembuh bener, dan lagi butuh asupan banget. Jadi habis aku berangkat kerja, kamu segera makan ya, atau, mau ku ambilin sekarang aja?" tanya Devan seraya mengulas senyum hangat.

Linda tetap menggelengkan kepalanya seraya menatap malas kearah Devan.

"Yaudah kalau memang kamu gamau ku ambilin, tapi nanti segera makan dan minum obat ya, jangan sampe telat. Yaudah sayang, aku berangkat dulu ya." ucap Devan seraya tetap tersenyum kearah Linda.

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang