Bab 25. Alvon

147 5 0
                                    

Seorang lelaki nampak berdiri seraya memainkan hp di tangannya. Ia berjalan kesana kemari seraya menghubungi seseorang di hp nya itu, namun, seseorang yang ia hubungi tak kunjung mengangkat panggilannya sampai ia pun menyerah.

"Sial, ini Devin sama Devan kemana sih?! Mama sama papa juga kemana lagi?! kompak bener pada nggak jawab telepon gue. Mereka nggak kangen sama anaknya apa, udah sebulan nggak ngasih kabar, terus sekarang di hubungi nggak diangkat. Mana teleponnya Devin nggak aktif lagi. Gue kan cuma mau ngabarin kalo gue udah balik gitu aja, tapi dari tadi orang rumah nggak ada yang ngangkat. Masa pada tidur sih! Udah ah, gue pesen gocar aja buat balik. Siapa tau aja mereka beneran tidur." Monolognya sendiri.

Dia adalah Alvonsius Hendarto, atau biasa dipanggil dengan Alvon. Dia adalah anak dari pasangan Linda dan Darto yang memutuskan tuk menetap di malang setelah kuliah dan kerja di sana. Dia sudah di malang kurang lebih dari lima tahun. Ia kadang kala pulang ke Jakarta untuk sekedar menemui kedua orang tuanya namun setelahnya ia kembali ke Malang. Ia adalah anak tunggal dan tentunya sangat di sayangi. Kedua orang tuanya sedih saat melihatnya akan pergi kuliah di luar kota, namun mereka tak melarangnya, mereka justru mendukungnya dan mendoakan kesuksesannya.

Kini ia telah kembali. Usahanya lumayan sukses, dan ia ingin pulang tuk memberitahukan hal ini pada kedua orang tuanya. Namun, sejak sebulan terakhir ini Linda maupun Darto sama sekali tak bisa di hubungi. Linda mungkin kadang kala masih dapat menjawab panggilannya tapi Darto, pria itu sama sekali tak ada kabar sejak sebulan terakhir ini. Alvon tentu cemas, itulah sebabnya ia memutuskan untuk pulang, selain untuk memberitahukan hal bahagia ini, ia juga akan mengecek kondisi kedua orang tuanya. Ia takut jika mereka sakit dan Alvon tak ada di sisi mereka.

Namun, sesampainya Alvon di halaman depan rumah Linda, suasana sekitar begitu sepi. Tak ada motor Devin dan motor papanya di sana. Dan tanpa pikir panjang Alvon pun berjalan dan hendak mengetuk pintu, tapi setelah ia tarik kenop pintu itu, ternyata tak sedang di kunci. Lalu masuklah lelaki itu. Ia mendapati keadaan rumah begitu sepi. Tak ada seorangpun yang terlihat, bahkan Devan yang biasanya selalu terlihat nonton tv pun kini tak ada di sana.

Kini naiklah Alvon ke lantai dua, ia berjalan perlahan sembari mengangkat kopernya. Tapi saat sesampainya ia di depan kamar kedua orang tuanya. Ia terkejut saat mendapati Linda baru keluar dari kamarnya dengan hanya mengenakan baju tidur pendeknya. Rambutnya yang terurai berantakan melengkapi penampilannya hari itu.

Saat itu pintu kamar Linda sedikit terbuka dan Alvon dapat melihat siluet lelaki tengah bertelanjang bulat tengah berdiri membelakanginya.

Melihat kedatangan putera satu satunya tentunya membuat Linda begitu bahagia. Tapi ia juga terkejut, terlebih dengan penampilannya saat ini sangat sangat tidak pas untuk diperlihatkan pada Alvon. Lantas teringat jika pintu belum tertutup sempurna, Linda pun lantas berbalik lalu menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Ia menetralkan kondisinya, dan berusaha agar tak terlihat terkejut atau pun mencurigakan di mata Alvon.

"Loh, nak, kok pulang nggak ngasih kabar mama? Mama kan juga pengen jemput kamu di stasiun, terus masakin kamu sesuatu gitu, ini mama malah belum ngelakuin apapun. Nak, kamu gimana kabarnya, baik kan selama di sana? Tempatnya nyaman kan?" Linda pun menghujani Alvon dengan ribuan pertanyaan juga pelukan serta ciuman di kening serta kedua pipi lelaki itu.

Alvon pun tersenyum lantas membalas pelukan Linda.

"Aku baik kok ma, sehat juga. Mama nggak usah khawatir. Malang itu tempatnya nyaman kok, adem terus kotanya juga indah. Ntar kapan kapan mama maen kesana deh, keliling keliling lihat kota malang sekaligus Alvon tunjukkin tempat kerja Alvon." Ucapnya seraya melepas pelukan keduanya.

"Iya ntar kapan kapan mama kesana deh bareng Devan. Oh iya kamu pasti lapar kan, ayo kamu makan dulu, tadi pagi mama udah masak dan kemungkinan masih banyak sih, jadi tinggal di angetin aja. Yuk, makan dulu, tasnya tinggal di sini aja." Linda pun menggandeng Alvon untuk turun ke ruang makan, dan menyiapkan makanan untuknya. Ia bahkan lupa jika kondisinya saat ini masih sangat berantakan. Bahkan buah dadanya pun tak tertutup dengan sempurna.

"Oh iya ma, Devan sama Devin mana, kok sepi?" tanya Alvon pada Linda yang tengah berdiri membelakanginya.

"Mereka lagi sekolah, kan sekarang hari Senin." Linda pun berbohong. Ia tetap melakukan pekerjaannya dengan santai tanpa merasa gugup sedikitpun.

Alvon pun hanya mengangguk-angguk kemudian meraih secangkir kopi di hadapannya lalu menyeruputnya perlahan.

"Ma, tadi mama habis ngelakuin itu ya sama papa, ehm tadi papa kelihatan loh ma sama aku, keliatan ga pake baju gitu. Pantes aja tadi ku telpon gak diangkat angkat, ternyata lagi ngelakuin ritual itu toh." Alvon pun berucap random seraya tersenyum menatap kearah punggung Linda.

Linda yang tersentak lantas bingung harus mengatakan apa pada Alvon. Ia gugup, dan was-was takut jika Alvon mengetahui jika yang dikamar tadi bukanlah papanya melainkan orang lain.

"Nih, kamu makan dulu. Nggak usah mikir yang aneh-aneh kita nggak ngelakuin apapun kok."

Linda pun menyajikan masakan yang telah ia panaskan di beberapa piring lalu ia taruh di meja di hadapan Alvon. Dia gugup, terlebih Alvon terus saja menatap kearahnya dengan tatapan penuh selidik.

"Kenapa sih, kok liatin mama gitu banget." tanya Linda.

"Tuh dada mama keliatan." jawab santai Alvon seraya menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya.

Sontak Linda pun langsung menutupi belahan dadanya dengan sebelah tangannya.

"Kamu makan aja dulu, mama mau ke toilet bentar." Setelahnya Linda pun bergegas pergi ke toilet tak jauh dari ruang makan itu.

Namun, sepeninggal Linda, Alvon justru terdiam. Ia tersenyum tipis mengingat kegugupan sang mama saat ia dapati tengah melakukan itu dengan papanya, bahkan Alvon sampai membayangkan itu di kepalanya hingga ia pun tersadar dan melanjutkan makannya kembali.



Bersambung ...

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang