"Bunga, ini udah sore aku pulang ya."
Saat Devin hendak beranjak dari posisinya, tiba tiba Bunga mencekal lengannya.
"Kamu tetap mau balik ke rumah itu, Vin? Kamu gak mau disini aja sama aku?" Bunga pun berkata seraya berdiri dari posisinya lalu menatap khawatir kearah Devin.
Devin pun lantas melepaskan cekalan tangan Bunga dari lengannya. Ia meraih kedua pipi gadis itu, lalu menatapnya sembari tersenyum.
"Aku akui kamu khawatir sama aku. Tapi, aku tetep harus balik ke rumah itu. Aku nggak mau jadi egois hanya karena ingin pergi dari rumah itu, sementara Tante Linda, aku nggak tau gimana keadaan dia. Kamu tau kan, kalau di dunia ini hanya dia yang sayang sama aku, sebelum kamu hadir."
Bunga pun tersenyum lantas mengangguk.
"Yaudah, tapi kamu hati hati ya di sana, jangan lupa panggil aku kalau ada apa apa."
Devin pun lantas menjauhkan kedua tangannya dari pipi Bunga.
"Iya aku paham kok. Eum tapi Bunga, kamu punya handphone nggak?" tanya Devin kemudian.
Bunga pun lantas mengernyit.
"Buat apa?"
"Ya buat komunikasi lah, kamu ada kan?"
"Aku gak ada handphone." jawab Bunga.
Devin pun mengernyit kecil mendengar Jawaban Bunga.
"Hari gini kamu gak punya handphone?"
"Ya emang kenyataannya begitu kan."
"Terus kalau aku pengen ngomong sama kamu gimana? masa tiap hari harus kesini terus." tanya Devin.
"Kan udah aku bilang. Kalau kamu pengen ketemu sama aku, cukup kamu panggil nama aku tiga kali, nanti aku bakalan hadir kok." jawab Bunga datar.
"Tapi Bunga, itu kayak serasa aneh gak sih. Gimana kamu bisa nemuin aku dalam waktu singkat, emang kamu bisa teleportasi?"
"Kamu gak usah tanya kenapa, dan bagaimana, karena aku pasti akan nepatin janji aku. Vin, aku janji sama kamu. Aku pasti akan selalu ada buat kamu, dan lindungi kamu dari orang orang yang jahat sama kamu." ucap serius Bunga.
................................
Di perjalanan pulang, Devin terus-terusan teringat akan kata kata Bunga tadi siang.
"Citra bukan menghilang, tapi dibunuh!"
"Dan pembunuhnya adalah orang terdekat kamu." lanjutnya.
Dia terus terngiang-ngiang akan kata kata itu. Pikirnya, bagaimana Bunga bisa tau, dan jika Citra bukan menghilang tapi dibunuh, lalu dibunuh siapa? Siapa orang terdekatnya yang berani berbuat hal sekeji itu pada perempuan seperti Citra?
"Apa Devan? Tapi rasa rasanya gak mungkin. Walau aku benci sama dia, tapi dia bukan orang yang jahat. Tapi kalau bukan dia, lalu siapa?" Devin terus bertanya-tanya hingga sampailah ia di depan rumah sederhana milik Linda.
Setelah memarkir 'kan motornya di depan teras, Devin pun lantas masuk. Ia melihat seisi rumah kosong. Bahkan tantenya pun tak terlihat di mana pun. Devin heran, kemana kah tantenya pergi selama itu?
Lantas saat dia mulai menaiki tangga dan sampai pada depan kamar Devan, tak sengaja telinganya mendengar sesuatu yang tak boleh di dengar. Ya, dia mendengar suara desahan dari Devan dan seorang perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
RomanceKehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak bertemu makhluk gaib yang misterius itu. Cinta tumbuh di antara mereka meskipun dunia luar keras menent...