Bab 8. Putus

240 8 1
                                    

Di tempat berbeda, di suatu cafe dengan nuansa luar angkasa dan cahaya remang remang yang kuat masuklah seorang gadis cantik dengan dress hitam selutut dan rambutnya yang sengaja tergerai. Ia nampak memalingkan wajahnya kesana kemari seperti mencari seseorang, lalu dari netra hitamnya nampaklah dari kejauhan sesosok lelaki tampan dengan celana pendek selutut dan kaos biru polosnya. Ia nampak memainkan handphone ditangannya seraya menatapnya datar.

Dengan langkah ragu Firly pun datang pada lelaki itu. Ia berjalan kearahnya lalu duduk tepat di sebelahnya. Lelaki itu masih belum menyadari kedatangan Firly hingga sentuhan tangan Firly berhasil menyadarkannya.

"Sayang..?"

Panggil lirih Firly seraya menyentuh lembut pundak kekar Devin. Ya lelaki itu adalah devin. Ia telah sampai bahkan setengah jam sebelum kedatangan Firly. Ia masih begitu tak percaya dengan bukti yang Galang kirimkan hingga akhirnya iapun memutuskan tuk menanyakan pada Firly langsung, dan menunggunya. Sebab katanya ia diluar kota kan, maka dari itu ia tak mungkin datang. Lalu hari ini dia datang dong. Yaampun sungguh kebohongan yang natural sekali bukan, haha sayangnya Devin bukanlah orang yang semudah itu tuk Firly bohongi. Lihat saja apa yang akan dilakukannya habis ini.

Devin berbalik menatap gadis yang selama ini telah menjadi tambatan hatinya. Gadis yang selalu ia puja diatas segalanya. Gadis yang menjadi satu satunya tempat dirinya mencurahkan segala yang dirasanya. Dan gadis yang dulu pernah ia selamatkan dari penderitaan. Ya Firly lah orangnya.

Ia nampak berbeda hari ini. Devin tak dapat berbohong, memang Firly nampak begitu cantik dengan dress hitamnya malam ini. Devin bahkan hampir melupakan tujuannya menemui Firly karena sempat tersihir kecantikan gadis itu sekejap.

"Kukira kamu takkan datang sebab ada urusan diluar kota." Devin seperti menginterogasi, tatapannya begitu datar namun seperti tersirat sesuatu di dalamnya.

Kini dari sudut pandang Devin, ia dapat melihat ada guratan bingung dan tak nyaman dari Firly sesaat pertanyaan tadi terlontar dari mulutnya. Ia menundukkan wajahnya sekilas lalu kembali menatap kearah Devin seraya tersenyum.

"A-ah, aku tadi habis aja pulang dari luar kota dan pas banget waktu kamu nelpon tadi aku baru aja nyampe rumah. Hm, kenapa sayang? Kok tadi aku dengar kamu nadanya kayak orang lagi marah gitu. Kamu gak papa kan?"

Sungguh kebohongan yang terkonsep. Pikir Devin. Netranya tetap menatap datar gadis cantik di sebelahnya seraya berulang kali menghela nafas.

"Ada satu hal yang mau aku tanyakan sama kamu." Ucapnya to the point.

Firly pun menaikkan sebelah alisnya seraya menatap bingung lelaki tampan di sebelahnya.

Setelah berucap demikian Devin pun lantas merogoh handphone miliknya dari dalam saku celananya. Ia membukanya tergesa lalu mencari sesuatu di aplikasi hijau Miliknya.

Wajahnya nampak dingin dan memendam kemarahan yang tertahan. Matanya sama sekali tak berkedip sebelum ia perlihatkan layar handphone miliknya itu pada Firly yang berhasil membuatnya tersentak lalu mengerjap beberapa kali.

"Kamu kenal gak sama dua orang ini?" Dari nada bicaranya, Devin seolah mempermainkan emosi Firly. Ia seperti tengah marah tapi ia juga tak ingin tergesa gesa.

Jantung Firly pun berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia sebenarnya memang ada feeling aneh tentang Devin yang tiba tiba ingin menemuinya dengan nadanya yang dingin seperti itu. Tapi karena tak ingin terlihat gelisah Firly pun memaksakan bibirnya tuk tersenyum. Ya ia tersenyum kearah Devin. Bahkan senyumannya itu berhasil membuat kedua alis Devin menyatu.

"Hm, kenal dong. Itu kan aku waktu kemaren lagi diluar kota." Terangnya.

Devin lantas tersentak mendengar jawaban yang keluar dari mulut Firly tersebut. Ia tak menyangka jika Firly akan menjawab terang terangan seperti itu, bahkan ia tak melakukan pembelaan sama sekali. Ia pun juga tak terlihat grogi saat mengatakannya. Seperti sudah terencana kan sebelumnya.

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang