Bab 59. Pengakuan Devan

81 3 0
                                    

Di alam ini waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, suasana sekitar sudah mulai terang dan udara dingin perlahan mulai menghilang. Devin yang sedari tadi terbangun dan tak bisa tidur kembali semenjak terbangun pukul dua dini hari tadi sampai sekarang masih duduk menyender di headboard tempat tidur Bunga, dia dengan kondisi badannya yang terasa begitu sakit dan juga panas, tidak bisa melakukan apapun selain meringis dan menahan rasa sakit itu.

Sementara Bunga, gadis itu masihlah tertidur di sebelah Devin. Ia dengan posisinya sebagai hantu membuat Devin heran, dan juga bertanya tanya. Yap, dengan posisinya bukankah seharusnya ia tidak tidur, ini masih terlihat gelap, bukankah kerjaan mereka di cuaca gelap seperti ini?

Namun, disaat Devin menoleh kearah Bunga, ia pun sedikit tersentak disaat ia mendapati Bunga terbangun dari tidurnya dan menatap kosong kearah Devin. Perlahan, ia juga bangkit dari posisinya dan ikut duduk menyender di headboard tempat tidur di sebelah Devin.

"Vin, menurutmu bangsa kami tidak bisa tidur begitu?" tanya Bunga tanpa menoleh.

Mendengar itu tersenyumlah Devin, sembari menoleh sekilas kearah Bunga, ia pun menepuk pundak Bunga dan mengusap pundak itu beberapa saat.

"Ahaha, aku cuma bercanda, Bunga. Aku tidak serius kok dalam mengatakannya, lagian bukankah benar ya jika bangsamu itu tidak tidur dalam keadaan gelap, bukankah di malam hari kalian akan terlihat aktif?" tanya Devin seraya mengalihkan pandangannya kearah lain dan tersenyum malu.

Mendengar itu mengangguklah Bunga dan tersenyumlah ia, sembari mengalihkan atensinya kearah Devin ia pun juga mulai menyenderkan kepalanya di pundak Devin dan menutup matanya sekilas.

"Iya Vin, itu benar, tapi sebagian dari kami tidak melakukan itu, contohnya aku, aku tidak bisa untuk tidak tidur di malam hari, makhluk sepertiku ini diharapkan untuk tidur beberapa jam agar kekuatanku semakin meningkat, tapi karena sedikit problema, dan aku yang tak juga mau pergi ke alam selanjutnya membuatku lemah, perlahan kekuatanku mulai menipis dan tubuhku semakin memudar." balas Bunga masih dengan ekspresi dan posisi yang sama.

Mendengar ucapan Bunga, dan alasannya yang begitu mengiris hati membuat Devin menghela nafas panjang dan menatap sekilas kearah Bunga yang hingga kini masihlah duduk menyender di bahunya.

"Bunga, kapan kita bisa pergi ke alam selanjutnya?" tanya Devin setelah sekian lamanya terdiam.

"Nanti malam Vin, pukul delapan lebih lima puluh, ehm bagaimana, kamu sudah benar-benar siap ikut denganku pergi ke alam selanjutnya? jika tidak siap dan kamu ingin kembali ke duniamu, aku akan membantumu, walau terasa sulit aku akan berusaha, bagaimana Vin?" tanya Bunga seraya menegakkan badannya dan menatap serius kearah Devin.

Devin yang semula terdiam langsung menutup matanya kuat-kuat dan menghela nafas panjang.

"Sudah kubilang kan Bunga jika aku itu tak ingin kembali ke duniaku? aku ingin ikut denganmu, dan tetap bersama denganmu. Bunga, kamu tak ingin aku ikut denganmu ya makanya kau bilang seperti itu?" tanya Devin.

Mendengar itu Bunga yang semula duduk diam dan kembali menyenderkan kepalanya di pundak Devin, perlahan mulai menegakkan kepalanya kembali. Ditatapnya mata Devin begitu lama dan serius, namun setelah hampir beberapa saat, Bunga pun langsung memeluk tubuh Devin begitu saja.


"Vin, maafkan aku, aku mencintaimu, dan ingin selalu bersama denganmu, tapi di duniamu sekarang juga sedang berduka Vin, keluargamu sekarang tengah menangisimu dan mengobatkanmu di suatu tempat. Mereka rela melakukan apapun untuk kesembuhanmu, Vin. Kamu tak ingin menemui mereka barang sebentar?" tanya Bunga seraya mengurai pelukannya.

Mendengar kata-kata itu berulang kali membuat Devin merasa kesal. Ia sudah menegaskan pada Bunga bahwa ia takkan pernah kembali ke dunianya, ia mengambil keputusan itu bukan tanpa sebab, melainkan ia merasa dendam dan tak nyaman berada di dunianya lagi.

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang