Bab. 30 [BUNGA POV]--Kakekmu yang lain

122 2 0
                                    

Seseorang yang sudah mati, atau biasa orang menyebutnya hantu. Aku sangat penasaran mengapa aku tidak bisa pergi ke alam selanjutnya bersama kedua orang tua ku dan adikku. Aku masih saja luntang Lantung tak jelas, terbang kesana kemari dan memandangi beberapa makhluk jelek yang sama sepertiku.

Arwahku seakan terjerat di rumah itu. Aku sama sekali tak bisa pergi kemanapun kecuali jika aku menggunakan sisa kekuatanku. Rasanya begitu menyakitkan ditinggal oleh keluarga yang sangat kita sayangi.

Rasanya sepi, sunyi dan gelap. Tak ada satupun cahaya di hidupku setelah keluargaku tiada di depan mataku sendiri. Saat itu nyawaku terasa mati, air mataku serasa kering seiring di kuburkannya jenasah mereka di liang lahat.

Berbagai umpatan, dan jeritan terus mengiringi kematian ku. Aku menangis dan menyumpahi mereka yang telah memporak-porandakan kehidupanku.

Hingga akhirnya saat itupun tiba. Aku mati setelah mereka mencekik leherku begitu kuat hingga aku kehabisan napas. Awalnya aku bahagia, karena kupikir setelah aku mati, aku akan bertemu kembali dengan keluargaku. Tapi nyatanya tidak. Arwahku sama sekali tak dapat meninggalkan rumah ini. Seakan ada sebuah kekuatan besar yang menyegelku di tempat ini.

Kukira aku akan berakhir selamanya di tempat ini. Sampai suatu ketika, aku bertemu orang itu. Seseorang yang merubah jalan pikiranku, dan membuatku terhanyut kedalam pesonanya yang tak tertahankan.

..............................

"Vin, kau tidak papa? apa ada yang sakit?" tanyaku pada Devin. Lelaki itu masih tak sadarkan diri sampai aku membawanya kembali ke rumahku.

Saat itu aku dipanggil oleh Asri. Aku ragu, karena sudah sejak lama dia tak pernah mengusikku atau pun muncul di hadapanku. Tapi itu sebelum kedatangan Devin.

Aku tak tau, dan tak mengerti. Mengapa kurasa Asri seperti tertarik pada Devin. Aku bisa merasakan auranya berada di sekitarku. Dia terus mengintip namun tak berani mendekat. Namun, suatu ketika dia dengan beraninya mendatangi Devin dan menampakkan wujud aslinya.

Saat itu aku begitu kesal, karena bisa-bisanya aku terkecoh olehnya. Aku merasakan auranya seperti menjauh namun ternyata dia justru berada di dalam rumahku. Mendatangi Devin, dan entah apa yang ia lakukan padanya, tapi setelah aku datang, dia sudah pergi. Rasanya begitu cemas, terlebih Devin pingsan, dan tangannya terdapat beberapa goresan. Aku takut terjadi hal buruk padanya, akhirnya akupun merawatnya dengan baik. Walaupun aku hanya arwah tapi aku masih bisa merawatnya, ya walaupun itu tak terlalu sempurna.

Kulihat dia mulai membuka matanya, dan mulai bangun dari posisinya. Dia mengerjapkan kedua matanya lalu menatapku dengan sayu.

"Bunga, ini aku sedang di mana? Apa, aku telah kembali?" tanyanya dengan suara parau.

Akupun tersenyum menanggapi pertanyaannya.

"Iya, kau telah aman sekarang, jadi tak usah khawatir." jawabku akhirnya.

"T-tapi dimana kakek itu? Apa dia telah pergi?" tanyanya sembari membenarkan posisi duduknya.

Akupun sedikit bingung dengan pertanyaannya. Mau ku jawab, tapi kakek itu berpesan padaku agar tak menceritakan apapun pada Devin. Akhirnya akupun hanya bisa terdiam beberapa saat.

"Iya, dia sudah pergi."

Dia terlihat mengernyit.

"Sudah pergi ya? tadi, dia ada berpesan sesuatu nggak sama kamu?" tanyanya.

Akupun kembali tenggelam dalam pikiranku. Tadi aku sempat mengingat jika kakek itu ada berpesan sesuatu sebelum dia pergi.

"Sampaikan pada cucuku, jaga dirinya baik-baik. Selalu berdoa, dan senantiasa berjalan di jalan kebenaran. Aku tak bisa berada di sisinya, tapi aku ada sesuatu untuknya."

Setelah berkata demikian, sang kakek pun mengeluarkan sebuah kalung bermata merah dan menyerahkannya padaku.

"Berikan ini pada cucuku. Aku tau kamu baik, dan bisa melindunginya. Jadi ambilah ini, hanya ini yang bisa kuberikan padanya, setelahnya aku harus pergi, karena masih banyak hal yang harus kuurus."

Aku hanya terdiam sambil menerima kalung bermata merah itu. Walau rasanya sedikit ngilu saat mata kalung itu menyentuh kulitku, tapi aku tetap menerimanya dan akan menyerahkannya pada Devin.

"Bunga, kok kamu bengong sih?" tanyanya heran setelah melihatku yang hanya terdiam.

Setelah cukup menghela nafas, akupun menceritakan semua yang kakek itu pesankan padaku. Awalnya kukira Devin akan nampak biasa saja, namun ternyata dia cukup terkejut. Kulihat alisnya sedikit mengerut, dan dia pun berceletuk.

"Kurasa aku tak memiliki kakek sepertinya." ucapnya.

"Dia kakekmu yang lain, Vin, dia sudah tiada jauh sebelum kau lahir." ucapku menjelaskan.

Kulihat dia nampak berpikir, dan setelahnya dia pun mengangguk.

"Apa mungkin, dia kakek dari ibu?" ucapnya.



Bersambung ...

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang