Setelah beragam bujukan dan rayuan, akhirnya Devan pun mau juga pulang bersama Malika, dia terlihat malu malu dan segan dengan bosnya itu.
"Van, kamu kenapa sih, kok diem gitu? nggak suka ya kamu pulang bareng saya?" tanya Malika sembari tetap fokus dengan kemudinya.
Mendengar itu, Devan pun tersenyum sekilas lalu menoleh kearah Malika.
"Enggak kok, kak, senang kok saya pulang bareng anda, cuma ya rasanya masih segan aja gitu, hehe." balas Devan seraya mengalihkan pandangannya dari Malika dan tersenyum dengan canggung.
Malika pun menoleh sekilas kearah Devan dan menepuk pundaknya pelan.
"Segan kenapa sih, Van? segan karena aku bos kamu gitu?" tanya Malika.
"I-iya kak." jawab Devan ragu namun tetaplah tersenyum.
Mendengar ucapan Devan, Malika yang mendengarnya pun hanya mampu menghela nafas sejenak dan menggelengkan kepalanya.
"Udah, kamu gak usah segan, Van sama aku, biasa aja. Walau aku itu bos kamu, umurku dan kamu itu gak jauh, lagian cafe itu kan milik papaku bukan aku, jadi ya kamu biasa aja ya sama aku, gak usah segan segala, selow aja kek sama temen sendiri." ujar Malika seraya tersenyum namun pandangannya masih fokus ke depan dan dirinya masihlah fokus menyetir.
Mendengar itu Devan pun sempat tersentak namun setelahnya dia pun tersenyum senang. Senang karena ternyata Malika seasik ini.
"Yaudah deh, saya usahain gitu, hehe." ucap Devan.
"Devan, ngomongnya biasa aja dong, jangan pake saya saya an segala, pake aku kamu aja biar enak." timpal Malika seraya menghela nafas sejenak.
"Ehm, yaudah deh, aku nurut aja, btw makasih ya, kamu sudah anterin aku pulang." ucap Devan seraya menoleh sekilas kearah Malika dan tersenyum kearahnya.
"Sama sama Van, ngomong ngomong kamu tinggal sama siapa, dan kenapa di usia kamu begini kamu malah kerja? ehm, orang tua kamu kemana?" tanya Malika beruntun.
Devan yang semula tersenyum langsung berubah sedih sesaat mendengar pertanyaan Malika itu, pertanyaan nya biasa namun terasa perih di hati Devan.
"Aku tinggal sama bibiku, kak, dan aku kerja itu ya memang harus kerja, karena bibiku itu baru cerai dengan suaminya dan di kondisinya sekarang itu kan, kasian, aku kerja ya karena ingin menghidupi bibiku itu, dan soal orang tuaku, mereka sudah meninggal karena kecelakaan sewaktu aku masih kecil dulu." jelas Devan sembari tertunduk sedih.
Terkejut mendengar penjelasan Devan, Malika yang semula menyetir langsung meminggirkan kendaraannya dan berhenti begitu saja.
"Loh kok berhenti kak, kenapa?" tanya Devan.
Setelahnya Malika pun melepas sabuk pengamannya dan memutar badannya menatap kearah Devan.
"Maafin aku ya Van, karena aku kamu jadi sedih begini. Maaf ya, aku sudah membuatmu mengingat masa kelam itu." ucap Malika penuh rasa bersalah.
Devan pun langsung tersenyum lalu menoleh kearah Malika, tatapannya terlihat tenang namun hatinya sedikit terpukul.
"Nggak papa kok, memang aku sedih mendengar pertanyaan mu itu, namun aku baik baik aja." sahut Devan.
"Van, kamu mau temenin aku bentar nggak?" tanya Malika seraya menoleh kearah Devan dan menautkan kedua tangannya.
Mendengar itu, Devan pun menoleh kearah Malika dan mengernyitkan keningnya.
"Uhm, temenin? temenin kemana, kak?" tanya Devan bingung.
Malika pun menghela nafas kasar lalu menoleh kearah Devan dan tersenyum kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
RomanceKehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak bertemu makhluk gaib yang misterius itu. Cinta tumbuh di antara mereka meskipun dunia luar keras menent...