Bab 4. Selingkuhan Darto

323 16 2
                                    

Saat suapan terakhir telah memasuki mulutnya, dari arah depan ia mendengar deru mesin motor yang baru saja tiba. Ia dan tantenya yang mendengar itu lantas mengalihkan atensinya pada pintu utama seraya bangkit dari duduknya dan berjalan tuk membukakan pintu bagi yang datang tersebut.

Yap, saat pintu dibuka bersamaan dengan dua orang laki laki perempuan yang baru akan masuk, atensi mereka berdua pun langsung mengarah pada dua pasang sejoli itu.

Semula mereka terkejut, amat sangat terkejut. Terlebih Linda yang menyaksikannya secara langsung, kedatangan suaminya dan juga selingkuhannya.

Ya, perempuan yang ada di sebelah Darto, adalah selingkuhannya. Seorang gadis belia berumur dua puluhan tahun. Linda sudah mengetahui itu dari awal, tapi ia sengaja tak memberitahu supaya dengan maksud pernikahannya dengan Darto tetaplah baik baik saja.

Tapi melihat Darto membawa gadis itu kemari, Linda tak habis pikir, ia tak tahu apa maksud Darto membawanya kemari. Terlebih keromantisan mereka berhasil membuat Linda cemburu seketika.

Tapi Devan yang juga disana lantas bingung. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu berkata, "Ehm, om Darto baru pulang om? Terus om ngapain bawa dia kesini?"

Seraya menunjuk perempuan muda di sebelah pamannya, Devan pun maju selangkah lalu menghembuskan nafas kasar.

Tapi Darto yang mendengar pun lantas mengernyit seketika, ia sempat mengulas senyum hangat di bibirnya, lalu mengeratkan pegangan tangannya dengan si perempuan.

"Oh, kau sudah kenal dia ternyata, dari kapan?" Mata Darto pun beralih menatap Devan dan juga kekasih kecilnya bergantian. Sedangkan perempuan di sebelahnya yang memang tahu Devan siapa lantas tersentak dalam diam, dan pandangannya pun menatap lurus kearah Devan di hadapannya.

"A-ah, bukan kok. Aku tidak mengenalnya, ini saja aku baru melihatnya sekarang." Elaknya. Walau si perempuan sudah berusaha mengatakan jika dia tak mengenal Devan, tapi mata Devan tak salah menilai. Ia ingat betul siapa perempuan ini. Ya perempuan cantik, dan seksi di sebelah pamannya adalah mantan kakak seniornya di tempat bimbel pertamanya. Gadis dengan nama panjang Axellyn Bianca Liza, atau kerab di sapa Bianca tersebut dulu adalah seniornya sekaligus teman pertama Devan saat ia baru menginjakkan kakinya di tempat bimbel tersebut.

Bahkan dua Minggu setelahnya hubungan ia dan Bianca semakin dekat, dan mereka pun sepakat tuk melakukan hubungan pacaran. Tapi entah apa penyebabnya, hubungan yang telah berlangsung selama dua bulan itupun kandas dengan Bianca yang tiba tiba memutuskan hubungan mereka dan pergi tanpa jejak.

Kini saat sudah lama tak melihatnya, dan hati Devan telah terbuka tuk orang lain, Bianca justru muncul kembali dengan membawa sejuta pertanyaan di kepala Devan.

"Oh begitu rupanya. Terus Van, kamu kayaknya kenal ya sama Bianca?" Devan yang mendapat pertanyaan justru tetap diam seraya tatapannya lurus menatap Bianca dengan sejuta pertanyaan yang tersirat di dalamnya.

"Gak. Aku cuma salah orang tadi. Terus, sekarang ngapain om bawa dia kemari, dia siapanya om?" Saat tatapan datar itu terlontar dari matanya, Darto yang ditanya pun sempat tertunduk senyum sebelum akhirnya menjawab.

"Hm, mumpung kalian disini saya mau memberikan suatu pengumuman penting untuk kalian." Jawabnya tanpa beban seraya tersenyum menatap kearah mereka bergantian.

Devan sempat mengernyit mendengar itu, sementara Linda hanya diam dengan tatapan datarnya yang menatap lurus kearah sang suami.

"Saya mau menikahi Bianca bulan depan."

Deg!

Dugaannya terbukti. Ternyata yang di dengarnya Minggu lalu bukanlah candaan belaka, dan mereka memang benar benar akan melakukannya. Sekarang hancur sudah kepercayaan Linda terhadap sang suami, terlebih Darto dengan terang terangan mengatakan itu di hadapannya.

Sungguh ingin menangis rasanya mendengar itu, terlebih pernikahan yang telah mereka jalin tak hanya berlangsung selama sebulan dua bulan tetapi sudah hampir memasuki tahun ke sepuluh. Itu bukanlah waktu yang sebentar, tapi kini kesetiaan itu dihancurkan oleh Darto sendiri.

Sementara Devan yang mendengarnya lantas terkejut, matanya membola sempurna, dan jantungnya berdesir seketika. Ia sempat berulang kali mengingat ucapan pamannya itu, dan berharap itu hanyalah suatu kesalahan yang ia tangkap.

"Om bohong kan, om gak mungkin nikahin dia kan, enggak kan om?" Saat Devan mencoba menanyakan kembali kekhawatirannya tiba tiba senyuman hangat langsung terulas di bibir Darto. Ia lantas melepas pegangan tangannya dengan Bianca lalu maju satu langkah dan memegang bahu Devan dengan tangan kanannya.

"Ngapain om bohong, om serius lah. Om tuh bawa dia kesini untuk minta restu ke kalian, sekalian ngenalin kalian sama calon istri kedua saya." Saat Darto dengan entengnya mengatakan itu dihadapan Linda dan juga Devan. Hati keduanya pun hancur berkeping keping. Sakit hati, kecewa, dan air mata pun langsung luruh dari pelupuk matanya. Ya, Linda meneteskan air mata selepas ucapan Darto barusan, bahkan saat terlihat Devan, aura kemarahan pun langsung terbangun dalam tubuhnya.

Ia pun mundur tiba tiba, dan berhasil menyingkirkan tangan pamannya itu dari pundaknya. Ia lantas beralih menatap Linda dan menyeka air matanya selepas itu.

"Serius om bercanda kan?, Om gak mau nyakitin hati Tante Linda kan? Iya kan om. Tolong jawab Devan kalau semua ini cuma prank doang." Saat ini Devan mulai menaikkan nada bicaranya. Wajahnya langsung memerah, dan tangannya telah terkepal kuat di bawah sana.

"Om serius Devan, dan tantemu itu sudah tahu semuanya. Dia juga yang mengijinkan kami tuk menjalin hubungan ini. Maafkan saya, saya gak bermaksud buat nyakitin hatinya tapi semua ini berjalan dengan begitu cepat tanpa bisa saya cegah." Saat sorot seriusnya mulai terpancar, Devan pun sontak mundur seketika, ia benar benar tak habis pikir, dan tak menyangka, jika paman yang ia anggap baik, dan penyayang keluarga selama ini dapat berbuat hal demikian. Sungguh Devan sama sekali tak dapat membayangkan bagaimana sakitnya hati Linda saat mendengar semua ini.

Tapi tadi pamannya sempat mengatakan jika Linda telah tahu semuanya, dan mengijinkan hubungan mereka?? Tapi kenapa, kenapa bibinya melakukan hal itu? Apa ada sebuah ancaman didalamnya.

Lalu Devan pun beralih menatap sang Tante di sebelahnya, ia menghembuskan nafas sejenak lalu berucap dengan sorot matanya yang menyiratkan sejuta pertanyaan yang memerlukan jawaban saat itu juga.

"Tante,, itu maksudnya apa, Tante tahu kalau mereka ada hubungan? Lantas kenapa Tante diam aja selama ini. Tante jawab Devan Tante. Apa maksudnya ini?"

Mendengar pertanyaan itu, tanpa terduga senyum kekecewaan pun langsung terulas di bibir Linda. Ia menatap nanar Devan di hadapannya lalu menautkan kedua tangannya dan berkata,,

"Maaf. Tante gak bisa cerita. Tapi intinya lebih baik sakit karena dikhianati daripada sakit karena kehilangan orang yang kita cintai. Yaudah, Van. Ajak mereka masuk, Tante mau ke atas dulu." Selepas mengatakan itu Linda pun berlalu pergi meninggalkan mereka dan mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Sedangkan Bianca sendiri, ia sempat tersenyum penuh kemenangan menatap punggung Linda yang perlahan menjauh.

Devan yang paham ucapan tantenya pun lantas membalikkan badannya dan menatap malas kearah pamannya juga Bianca. Ia sempat berdecak sebelum menghela nafas panjang.

"Om, bi, masuklah. Saya buatkan minuman sebentar."

Saat selesai mengatakan hal menjengkelkan itu Devan pun berlalu pergi menuju dapur tuk membuatkan minuman untuk mereka.

Di sela sela kegiatannya ia sempat berpikir, kenapa tantenya dapat berbuat hal demikian. Apa tantenya sempat mendapat ancaman dari seseorang? Dan kenapa pula harus Bianca yang menjadi selingkuhan pamannya itu?

Bersambung.

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang