Langkah demi langkah terus Devin dan Bunga tapaki sesaat sebelum keduanya di hentikan paksa oleh Bunga yang tiba tiba saja menghentikan langkahnya dan menarik lengan Devin.
"Bunga, kenapa berhenti? bukankah katamu kita tak boleh berada di luar malam malam? lihatlah, sekarang sudah mulai gelap." ucap Devin seraya menepuk pelan pundak Bunga.
"Sebelum pulang, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, kamu .. bukankah blesteran Belgia ya? bukankah di sana tak ada yang namanya dukun?" tanya Bunga seraya menundukkan kepalanya sekilas.
Devin yang mendengar perkataan serta pertanyaan dari Bunga untuknya langsung mengernyitkan keningnya dan berdehem.
"Belgia? dari mana kamu tau itu, Bunga? benar, orang tuaku terutama ibuku memang orang Belgia, namun setahun setelah melahirkanku, beliau meninggal karena serangan jantung dan karena hal itu, ayahku yang merupakan orang Indonesia langsung memutuskan tuk pulang ke kampung halamannya setelah sebelumnya mengubur jenasah ibu di pemakaman umum di Belgia, karena waktu itu kita tinggal di Belgia. Pasti kamu bertanya setelah ku sebut dukun tadi, kan? Iya Bunga, kamu benar, di Belgia tak ada dukun, namun yang ku sebut dukun itu adalah ayah dari ibuku yang baru, beliau adalah teman satu sekolah ayahku dulu. Oh iya Bunga, marga Raharja itu adalah marga ayahku, beliau adalah adik dari paman Darto. Bunga, cuma itu kan yang ingin kau tanyakan? bisa kita kembali, udaranya sedikit dingin saat ini." balas Devin panjang lebar seraya mengusap usap kedua lengannya karena udara saat itu lumayan dingin.
........................................
Huaammpp ...
Sudah sejak tadi Darto dan Bianca tak kunjung memejamkan mata karena terus menerus terpikirkan oleh Devin. Sebelumnya Darto tak tau jika Devin telah keluar dari rumah dan sekarang telah hilang. Awalnya omongan Linda semalam di telpon hanya bualan biasa, namun setelah mendengarnya menangis dan menyesal, sontak Darto pun jadi berpikir. Hal apa dan bagaimana Linda dan Devan bisa berubah secepat ini?
"Mas, kira kira Devin dimana ya? dia sedang apa ya sekarang? apa dia sedang tidur atau masih terjaga seperti kita?" tanya Bianca seraya tatapannya mengarah lurus ke depan kearah langit langit kamar.
"Aku tidak tau sayang, dimana Devin berada sekarang. Semoga saja dia baik baik saja." sahut Darto.
Mendengar ucapan Darto, Bianca pun manggut-manggut.
"Iya mas, amin. Semoga saja kita bisa segera tau keberadaannya, dan segera bertemu. Ehm, mas Darto, apakah mas tidak tau tempat kesukaannya Devin dimana? tempat yang biasanya suka buat Devin singgah bila kena masalah gitu lho." tanya Bianca seraya memutar badannya dan menatap lekat kearah Darto.
Mendengar itu Darto pun berpikir, tempat kesukaannya Devin?? Darto tak tau menahu soal Devin, selain karena dulu dia sibuk bekerja, Devin juga sangatlah tertutup pada semuanya, dia tak pernah mengatakan apapun pada kami bila itu tidak terlalu penting.
"Aku tidak tau sayang, Devin dari dulu tak pernah mengatakan tempat kesukaannya pada kami, bahkan dia itu tak pernah mengobrol pada kami jika itu tidak terlalu penting. Kamu tau, Devin itu sangatlah tertutup sejak dulu." balas Darto seraya memutar badannya, menatap dan memeluk tubuh Bianca yang saat itu juga tengah menatapnya.
"Apa mas tak tau sedikitpun, dimana tempat itu? apa mas tak pernah mendengar Devin mengatakannya?, ehm walau itu tidak sengaja" tanya Bianca.
Pertanyaan itu membuat Darto kembali berpikir, ehm tempat kesukaannya Devin, dimana ya? apakah Devin pernah tak sengaja mengatakannya? semoga saja iya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
RomanceKehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak bertemu makhluk gaib yang misterius itu. Cinta tumbuh di antara mereka meskipun dunia luar keras menent...