Bab 51. Tiga hari lagi

74 2 0
                                    

"Ibu? serius om, Devin tau tempat itu dari ibu?" tanya Devan.

Mendengar itu mengangguklah Darto, tersenyumlah ia dan sembari mengalihkan pandangannya kearah lain, ia pun sempat menundukkan kepalanya dan menghela nafas sejenak.

Namun, saat Darto akan menjawab pertanyaan Devan itu, tetiba saja dokter keluar dari IGD bersama dua orang suster.

"Ehm dok, gimana keadaan ponakan saya, dia baik baik aja kan?" tanya Darto sembari berdiri dari duduknya.

"Pasien baik baik saja pak, buk, luka di tubuhnya sudah kami obati dan sudah kami perban, mulai dari kepala, dada dan semuanya sudah kami periksa, dan ternyata Devin dalam keadaan normal, dia baik baik saja. Tidak ada riwayat penyakit dan luka di syarafnya." ujar dokter itu seraya tersenyum.

Mendengar itu bernafas legalah mereka semua, akhirnya Devin dalam keadaan baik baik saja dan tidak ada riwayat penyakit dalam dirinya, namun, apakah Devin sudah sadarkan diri?

"Ehm, dok, adik saya dalam keadaan baik baik saja kan, itu artinya adik saya sudah sadar dong?" tanya Devan seraya berjalan tergesa kearah sang dokter dan berhenti tepat di hadapannya.

"Loh, masnya ini kembarannya ya, mirip banget mukanya, saya dari tadi sampai kaget loh lihat masnya." balas dokter itu sembari tersenyum.

"Iya dok, Devin itu kembaran saya, ehm gimana dok, Devin sudah sadar, kan dari pingsannya?" tanya Devin kemudian.

Huufftt ...

Sembari menghela nafas panjang dan menundukkan kepalanya sekilas, dokter bernama Mita itu pun bertukar pandang dengan salah seorang suster di sebelahnya,  sembari menganggukkan kepalanya, ia pun tersenyum tipis kearah Devan.

"Mas, sebenarnya Devin itu tidak kenapa napa, dia baik baik saja, dan tidak ada riwayat penyakit apapun di tubuhnya. Luka di wajahnya pun hanya luka biasa, luka gores yang bisa sembuh dengan sendirinya, harusnya dengan keadaan Devin seperti itu, dia sudah sadar dari tadi, tapi ini tidak." ujar dokter Mita serius.

Terkejut dengan ucapan sang dokter, Devan pun langsung bergegas masuk kedalam ruang IGD tuk menemui Devin. Di sana Devan melihat adiknya itu tengah tak sadarkan diri dengan banyak luka di wajahnya.

"Vin, bangun Vin, bangun. Ini kakak, Vin, kakak datang kesini untuk jengukin kamu." ujar Devan seraya berjalan mendekat kearah ranjang Devin, tubuhnya serasa bergetar, dan matanya mulai berkaca kaca, melihat Devin seperti itu tentu saja membuat Devan terpukul, ia menangis terisak sembari memegang lengan Devin.

Sesaat tatapan Devan ia arahkan kearah pintu, ia pun mengusap matanya sesaat melihat keluarganya yang lain masuk, mereka terkejut mendapati Devan menangis dan juga Devin yang belum sadarkan diri.

Dari Darto, Bianca, Linda maupun Devan sama sama terpukul melihat kondisi Devin seperti itu. Dia baik baik saja, tubuhnya, nafasnya juga masih ada, semua aman namun kenapa hingga kini Devin belum juga sadar, sebenarnya dia kenapa?

"Devin, maafin bibi, nak. Maafin bibi karena bibi udah sempat jahat sama kamu. Udah buat kamu sakit hati dan berakhir dengan seperti ini. Bibi ... Sangat sangat menyesal, nak, bibi merasa bersalah sama kamu." Mendengar Linda mengatakan itu sembari menangis, Devan yang tak tega pun segera meraih pundaknya dan memeluknya begitu erat.

Melihat Linda mengatakan itu sembari menangis membuat Darto sedikit terguncang, ia tak tau apa kesalahan Linda pada Devin namun, melihatnya mengatakan itu sampai sesedih ini, bukankah Linda sudah benar benar berubah?

......................................

"Vin, kamu bilang kamu bersedia ikut denganku, kan?" tanya Bunga.

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang