Bab 50. Belum sadarkan diri

64 2 0
                                    

Karena rumah sakit tempat Devin di rawat terletak sedikit jauh dari rumah linda, Devan maupun Linda pun banyak mengeluh sedari tadi. Ya, sedari tadi Linda terus mengipas wajahnya menggunakan tangannya, karena udara di sore itu lumayan panas dan sangatlah terik.

"Van, ini masih jauh ya, panas banget nih, serasa mau kebakar mukaku." ujar Linda sembari mengeluh dan terus mengipasi mukanya menggunakan tangannya.

Devan yang mendengar itupun hanya mampu menggelengkan kepalanya.

"Bentar lagi sampai kok, sayang, ini tinggal beberapa meter lagi, kamu yang sabar ya, jangan ngeluh terus." balas Devan sembari tetap fokus menyetir.

"Ih, iya iya, tapi hari ini panas banget loh, Van udaranya, serasa ngebakar kulit kalau terus berada di panasan kayak gini." timpal Linda seraya mengeluh.

Devan yang pusing mendengar keluhan Linda pun segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, tentu saja Linda yang semula duduk tenang di bonceng Devan di belakang, tetiba saja melonjak kaget di saat Devan tetiba saja melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, apalagi Linda saat ini tengah mengenakan dress, dan saat Devan mempercepat laju motornya bukankah dress Linda itu akan terbang terbang tertiup angin.

"Van, Van jangan kenceng kenceng dong, aku takut." ucap Linda seraya berpegangan erat pada pinggang Devan.

"Katanya keburu kepanasan, makanya aku kencengin, udah sayang, kamu tenang aja, tuh rumah sakitnya udah keliatan." timpal Devan seraya tersenyum sekilas dan menunjuk kearah bangunan besar di lima ratus meter di depannya menggunakan dagunya.

"Emang itu RS nya, kok kayak kantor gitu?" tanya Linda seraya ikut menatap kearah sebuah gedung yang Devan maksud.

"Rs nya emang itu sayang, udah kamu gak usah banyak tanya, duduk diem sambil pegangan sama aku, karena laju motornya mau ku kencengin lagi." setelah mendengar Devan mengatakan itu, Linda pun segera berpegangan pada pinggang Devan dan menatap was was kearahnya.

Beberapa saat kemudian ...

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit dan jalan yang berbelok belok, tibalah mereka di rumah sakit tempat Devin di rawat itu.

"Oh ya, Devin di rawat di mana sayang, om Darto ngasih tau nggak?" tanya Devan sesaat ia dan juga Linda tengah melangkahkan kakinya di parkiran rumah sakit.

"Devin masih di IGD Van, dia masih di periksa sama dokter." balas Linda seraya menoleh sekilas kearah Devan.

Mendengar itu mengangguklah Devan, ia menoleh sekilas kearah Linda dan menorehkan senyum kearahnya.

Setelah keduanya masuk kedalam rumah sakit itu dan tanya keberadaan IGD tempat Devin di rawat pada resepsionis, mereka pun segera bergegas menuju ke IGD tempat Devin di rawat itu. Lokasinya tak begitu jauh dari meja resepsionis, hanya tinggal berjalan lurus ke timur lalu belok ke kanan, IGD itu berada di ujung lorong.

Sesampainya mereka di depan IGD itu, Linda dan Devan di sambut oleh keberadaan Darto dan Bianca di sana. Darto tengah duduk cemas di depan ruang IGD sementara Bianca malah sibuk bermain ponsel, raut mukanya pun tak terlihat sedih sedikitpun, ia nampak senyum senyum sembari bermain ponselnya itu.

"Mas Darto, gimana keadaan Devin, mas? baik baik aja, kan?" tanya Linda pada Darto sesaat ia telah sampai di depan ruang IGD dan duduk tepat di sebelah Darto.

Melihat Linda secemas itu pada Devin tentu Devan senang, dia bahagia karena saat ini ia dan Linda telah menyadari semuanya, tapi melihat Linda sedekat itu dengan Darto, kenapa Devan begitu kesal ya?

Namun tak jauh berbeda dengan Bianca, ia yang semula tengah asik bermain ponsel tetiba saja menaruh kembali ponselnya di dalam tasnya sesaat melihat kedatangan Linda dan Devan. Tapi melihat Linda duduk di sebelah Darto dan nampak begitu dekat dengannya, sontak membuat Bianca kesal dan cemburu, ia pun tanpa pikir panjang langsung menggandeng lengan Darto, tindakan Bianca yang tiba tiba itu tentu saja membuat Darto kaget dan sontak menoleh kearahnya.

"Devin masih di periksa mbak sama dokter." balas Bianca seraya menggandeng mesra lengan Darto.

Mendengar ucapan Bianca mengangguklah Linda, tersenyumlah ia kearah Bianca, namun saat tatapannya tanpa sengaja turun kearah tangan Bianca yang memegang lengan Darto, terkepalah kedua tangan Linda, senyum yang semula terlukis tetiba saja turun begitu saja digantikan oleh tatapan tajamnya yang mengarah lurus kearah tangan Bianca.

"Om, sebenarnya awal om Darto nemuin Devin gimana?" tanya Devan sembari berjalan kearah Linda dan duduk tepat di sebelahnya.

Melihat Devan yang telah berada di sebelahnya pun membuat Linda kembali tersadar, ia pun mencoba bersikap biasa, walau sebenarnya Linda masihlah cemburu dengan kedekatan Darto dan juga Bianca.

"Nggak gimana gimana sih Van, om itu cuma keinget tempat favorit Devin dimana, dan ngerasa kalau Devin beneran disana, om dan Bianca pun keesokannya langsung berangkat ke sana, dan hasilnya, ya ...Devin memang berada di sana, dia terkapar tak sadarkan diri di tanah dengan banyak luka ringan di tubuhnya." jelas Darto seraya menoleh sekilas kearah Devan dan tersenyum kearahnya.

"Astaga, tapi Devin nggak kenapa Napa kan, om?" tanya cemas Devan.

Mendengar itu, menggeleng lah Darto, ia sendiri pun tak tau bagaimana kondisi Devin, walau ia dan Bianca yang menemukannya, tapi ia tidaklah paham dengan kondisi Devin sebenarnya.

"Tubuhnya sih keliatan sehat, Van. Nafasnya masih ada, tubuhnya juga masih anget tapi dia nggak bangun bangun saat om bangunin dia, mana luka di tubuhnya tuh keliatan udah lama lagi, kering dan juga ada yang sampai bernanah. Aduh om liat lukanya itu sampai ngeri sendiri." jawab Darto sembari mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

"Om, sebenarnya Devin kenapa ya, apa dia sakit, tapi dia sakit apa, terus kalau dia sehat kenapa dia nggak bangun bangun, astaga aku takut Devin kenapa Napa, dia kan dari kecil nggak pernah kayak gini sakitnya." ujar Devan seraya menundukkan wajahnya dan mulai berkaca kaca.

"Semoga Devin baik baik aja ya Van, semoga dia bisa segera sadar." timpal Bianca.

"Amin, sekali lagi makasih ya om, kak Bi, kalian udah nemuin Devin dan bawa Devin ke rumah sakit. Aku sama Linda sebenarnya udah nyari dari dulu tapi nggak ketemu ketemu, semua tempat yang pernah Devin kunjungi itu sudah aku datangi semua, tapi kata mereka Devin udah lama nggak kesana, ehm ngomong ngomong, om nemuin Devin beneran di pohon beringin?" tanya Devan.

Mendengar itu menolehlah Darto kearah Devan, tatapannya terlihat serius dan sedikit tegang.

"Iya, Van, bener. Om dan Bianca nemuin Devin di balik pohon beringin, di desa yang jauh dari sini." balas Darto.

"Lalu om tau tempat itu dari mana, bukankah Devin itu sangatlah tertutup sama kita sejak dulu, dan seingatku Devin itu kayak nggak pernah ngomongin tentang tempat favoritnya itu kepadaku." timpal Devan seraya menautkan kedua tangannya dan berpikir.

Mendengar itu tersenyum lah Darto, menolehlah ia kearah Devan dan menepuk pundaknya pelan.

"Bukan kepadamu tapi kepada almarhum ibumu lah Devin mengatakannya, bahkan tempat itu pun Devin tau dari ibumu itu." ucap Darto masih dengan ekspresi dan posisi yang sama.


                        Bersambung ...









My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang