Bab. 22 [Devin POV]

166 5 0
                                    


Ggrrtt ...

Ggrrtt ...

Suara itu menggema dalam kamar yang ku tempati ini, aku membuka mata dan menatap arloji di pergelangan tanganku, saat itu jarum jam menunjukkan pukul 02.05 dini hari.

Ggrrtt ...

Lagi-lagi suara itu terdengar, membuatku penasaran dan menuju ke arah datangnya suara yang datang dari luar kamar ku, suaranya persis seperti seseorang yang tengah mencakar-cakar tembok. Apa itu Bunga, untuk apa dia melakukan itu? Pikirku dalam hati.

Awalnya aku tak ingin memedulikan suara itu. Tapi semakin aku mengabaikannya, suara itu semakin keras terdengar. Langkahku pun telah sampai di depan pintu, saat tanganku siap memutar kenop pintu itu, akupun mundur beberapa langkah, larangan dari Bunga agar aku tak keluar pada pukul dua pun langsung memenuhi kepalaku.

Aku pun berniat membalikkan badan, dan kembali ke kasurku untuk tidur, tapi saat ku berbalik, aku begitu terkejut saat mendapati seorang perempuan tengah berjongkok membelakangi ku di atas kasur. Perempuan itu mengenakan gaun putih panjang, dan rambutnya yang hitam terurai, aku tak bisa melihat wajahnya karena ia tengah membelakangi ku.

Tapi sesaat kemudian, jantungku berpacu dengan cepat, keringatku bercucuran, dan tubuhku membeku tak dapat di gerakkan. Dia, perempuan itu tanpa membalikkan badan langsung memutar kepalanya begitu saja menghadapku.

Wajahnya hancur sebelah, penuh darah dengan goresan luka di pipi kirinya, dilengkapi dengan mata kirinya yang bolong dan terus mengeluarkan darah segar serta belatung.

Hoosshhhh ...

Helaan nafas bercampur bau busuk menguar kuat. Dalam persekian detik saja, perempuan itu sudah ada di depanku. Menatapku dengan seringainya yang mengerikan.

Deg,

Mataku langsung berhadapan dengan wajah miliknya yang hancur, penuh darah serta belatung yang mulai berjatuhan dari matanya yang bolong.

Aku meneguk saliva ku susah payah, mencoba menggerakkan tubuhku yang kaku sama sekali tak dapat di gerakkan. Mataku hanya terpaku pada sosoknya yang terus menatapku dengan seringainya yang mengerikan.

Deg,

Tangan dingin dan penuh darah itu bergerak menuju leherku. Mulai menekan dan menekan semakin kuat. Membuatku sesak napas.

"PERGI ... DARI SINIII!!!"

Dia terus mencengkeram kuat leherku sambil terus menerus mengatakan hal itu berulang ulang. Menyuruhku untuk pergi dari sini.

"Sial, aku kehabisan nafas, kalau terus begini aku bisa mati!" ucapku dalam hati.

Setelah aku berkata demikian, rasa pusing langsung melanda kepalaku, napasku sesak, dan pandangan ku mulai mengabur. Kakiku lemas bagai sudah tak dapat menopang tubuhku lagi. Aku jatuh pingsan saat perempuan itu sudah melepaskan tangannya dari leherku.

Sebelum kesadaran ku benar-benar hilang, dapat ku lihat perempuan itu menghilang begitu saja dari hadapanku. Kepergian nya di barengi dengan tirai kamar yang terus berkibar bagai di tiup angin kencang, padahal saat itu tak ada satupun jendela yang terbuka. Jadi, yang tadi ku lihat itu ...

Baiklah, kini aku tak dapat lagi menyangkalnya, hantu itu memang ada, dan aku harus mempercayai itu.

......................................

Vin ...

Vin ...

Devin ...

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang