Bab 53. Masih ada perasaan?

89 2 0
                                    

Setelah mendengar kata kata itu, terdiamlah Bunga, ia merasa senang dengan kata kata Devin itu tapi ia juga tak menyangka jika Devin akan mengatakan semua itu kepadanya.

"Vin, kamu tidak bercanda, kan dengan ucapanmu itu? kamu tidak menyesal jika jodohmu nanti adalah aku?" tanya Bunga sembari mengalihkan pandangannya kearah Devin.

Dengan muka sumringahnya dan senyumannya yang tak pernah surut, Devin pun perlahan meraih tangan Bunga lalu di genggamnya erat.

"Untuk apa aku bercanda, Bunga? aku serius dengan ucapanku itu, aku sama sekali tak menyesal jika nanti jodohku itu adalah kamu, justru aku akan sangat senang karena di kehidupan selanjutnya nanti, kita akan bertemu lagi." balas Devin masih dengan ekspresi yang sama.

"Jika nanti wajah kita dan kehidupan kita tak sama seperti sekarang, apa kamu tetap akan menerimanya?" tanya Bunga lagi seraya menundukkan kepalanya sekilas.

Sembari tersenyum, mengangguklah Devin.

"Ya, aku tak peduli akan hal itu, mau kita itu berbeda dari segi wajah, tubuh ataupun kekayaan, aku sama sekali tak peduli. Intinya aku senang bila nanti jodohku itu tetaplah kamu." mendengar kata kata Devin itu tentu saja membuat Bunga tak bisa menahan air matanya. Ia pun menganggukkan kepalanya berulang kali sembari terisak.

"Baiklah, jika begitu itu artinya kamu sudah benar benar siap, jadi nanti malam kita pasti akan ngelakuin hal yang kamu minta. Tapi, Vin, saranku kamu jangan ngelakuinnya keras keras ya, walau aku ini hantu, aku tetap bisa ngerasain hal seperti itu, jadi ku mohon perlahan lahan saja ya, karena pas aku meninggal, aku sangat trauma akan hal itu, keperawananku diambil mereka dengan kasar dan beringas." sembari mengecup punggung tangan Bunga yang di pegangnya, Devin pun tersenyum, ia kasihan akan trauma Bunga itu, tapi ia juga senang akan permintaan Bunga tadi untuk bermainnya nanti perlahan-lahan saja.

"Tenang saja Bunga, aku tidak seperti itu kok, aku akan ngelakuinnya perlahan lahan dan lembut, aku akan memanjakanmu dan membuatmu mengerang kenikmatan. Setelah ngelakuin itu bersamaku, kuyakin kamu akan memintanya lagi dan lagi." ujar Devin seraya tersenyum.

Mendengar kata kata terakhir Devin, membuat Bunga kesal seketika, ia telah mengatakan jika ia sangatlah trauma akan hal itu, tapi Devin? lelaki itu justru tersenyum dan mengatakan hal sedemikian rupa kepadanya, membuatnya takut dan ngeri sendiri.

..................................

"Ehm Van, memangnya rumah kyai Rohmat itu di sebelah mana, terus orangnya itu bagaimana, apa kita bisa mempercayainya untuk menyembuhkan Devin?" tanya Darto sembari menghela nafas sejenak.

Mendengar pertanyaan Darto itu sontak membuat Devan menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Tenang aja om, orangnya bisa di percaya kok, dan rumahnya ada di jalan Pegangsaan Menteng nomor empat belas, nah dia juga biasanya nyembuhin orang orang itu di rumahnya. Om pasti kenal dia deh, soalnya dia itu dulunya adalah temen SMA om." balas Devan santai sembari memasukkan kedua tangannya di dalam saku celananya.

"Tunggu, orang yang kamu maksud itu Rohmat suaminya Diana, Van?" tanya Linda seraya menatap kaget kearah Devan lengkap dengan kedua matanya yang membola.

"Iya yang, memangnya kenapa kok kamu kayak kaget gitu, kamu kenal ya sama mereka?" timpal Devan seraya mengalihkan atensinya kearah Linda.

Mengetahui jawaban iya dari Devan sontak membuat Linda terdiam, ia pun mulai menghela nafas panjang dan mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Diana itu temenku, dia bilang dia punya suami kyai yang hebat seperti yang kamu bilang, tapi ... ?" balas Linda terhenti.

Mengetahui Linda yang berhenti dari ucapannya sontak membuat Devan maupun Darto bingung seketika, mereka fokus menatap kearah Linda namun lupa jika Bianca juga ada bersama mereka, ia sibuk bermain ponselnya sedari tadi tanpa peduli dengan sekitarnya.

"Tapi apa?" tanya Devan kemudian.

Sembari mengalihkan pandangannya kearah Devan, Linda yang semula terdiam pun langsung tersenyum, senyum yang begitu tipis dan terkesan di paksakan.

"Nggak papa kok Van, nggak jadi, aku takut jika aku bilang ini nanti kalian marahin aku, jadi ya kalo kalian mau ngobatin Devin ke sana ya silakan." balas Linda masih dengan ekspresi yang sama.

Devan yang mendengar itu tentu saja bingung, ia menduga jika ada sesuatu yang Linda sembunyikan darinya, entah itu apa.

"Lin, cerita aja kenapa sih, memangnya ada apa tentang Rohmat itu, kok setelah tau dia suami teman kamu, kamu jadi aneh gini, kenapa, ada masalah sama mereka?" timpal Darto seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kamu juga sayang, dari tadi hp an mulu, nimbrung sini kek sama kita." setelah mendengar itu dari Darto, Bianca yang semula chattingan dengan temannya di ponsel sembari tersenyum langsung menutup ponselnya itu, ia beralih menatap kearah Darto seraya tersenyum manis dan menyimpan ponselnya di dalam tasnya kembali.

"Hehe sorry mas, ngomong ngomong kalian lagi bahas apasih kok serius amat?" tanya Bianca sembari cengengesan.

"Sebenarnya masalah sih nggak, tapi aku tuh nggak suka sama Diana sejak Diana tuh suka sama mas Darto, sejak dia buntutin mas Darto terus dan godain mas, aku jadi benci sama dia, aku sampai blokir nomornya dan jauhin dia saat itu. Tapi ini nggak ada sangkut pautnya kok sama pengobatan Devin, jadi ya kalo mau ngobatin Devin di sana juga nggak papa, nggak masalah." ucap Linda.

Ucapan Linda barusan sedikit menggetarkan hati Darto, ia yang semula menundukkan kepalanya langsung mengangkatnya setelah Linda mengatakan itu, karena seingatnya dulu sewaktu Darto masih dengan Linda, ia sering sekali di chat dan diikuti oleh seorang wanita asing, bahkan ia juga pernah di goda oleh wanita itu dan di perlakukan tak senonoh olehnya. Jadi ternyata wanita itu bernama Diana?

Astaga, Devan yang mendengarnya tentu saja tersenyum kecut, hatinya sedikit teriris mendengar pernyataan Linda itu. Ia tau itu adalah cerita masa lalu Linda dan darto, tapi kenapa setelah mendengarnya lagi Devan kembali sakit, apa rasa cinta Devan pada Linda ini sudah mendarah daging?

"Kenapa baru mengatakannya sekarang Lin? kenapa nggak dari dulu saja, kamu tau, setelah aku diikuti gadis itu aku sama sekali nggak tenang, aku selalu was was dan takut kemana mana. Setelah wanita itu mengikutiku, aku mencoba cari tau tentang dia, tapi hasilnya apa, aku nggak nemuin dia, semuanya kosong, seakan dia itu tau kalau aku ini mau nyari tau tentang dia makanya dia langsung menutup semua soamednya." ujar Darto seraya menatap dingin kearah Linda dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Maaf mas, aku takut saat itu, aku udah lama temenan sama Diana dan setelah tau itu aku jadi bingung harus ngapain. Karena sewaktu aku tau itu, Diana langsung memgancamku, kalau aku sampai mengatakan tentang dia sama mas, dia bakal neror aku dan jahatin aku. Keluarganya itu bukanlah orang sembarangan, dan sangatlah berkuasa, jadi ya setelah mendengar ancaman itu, nyaliku menjadi ciut. Aku nggak bilang itu ke mas sampai saat ini. Sekali lagi maafin aku ya mas, aku nggak bermaksud nutupin itu dari kamu." balas Linda seraya menundukkan kepalanya.

Bianca yang mendengar kata kata Linda itu sontak menjadi kaget. Ia berubah kesal sekaligus cemburu dengan ketulusan Linda pada Darto dulu.

"Sebenarnya mbak ini masih suka ya sama mas Darto?" tanya Bianca dingin dan nyaris tanpa ekspresi.


Bersambung ...








My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang