Bab 38. Lahir dengan selamat

93 2 0
                                    

Beberapa saat lalu operasi Caesar yang Linda alami telah berhasil dan sukses. Dia maupun anaknya baik baik saja dan lahir dengan selamat.

Karena tubuh Linda sedikit lemah, dan penyakit lambung yang dimilikinya, dia sedikit kesusahan dalam operasi itu. Berulang kali dokter kewalahan dalam menanganinya dan bayinya, namun akhirnya tetap berhasil juga.

Kini Linda sudah sadar dan tengah mengobrol dengan Devan di ruangan rawatnya.

Hhhh ...

Senyuman manis Devan tak lepas dari bayi mungil di hadapannya. Bayi perempuan cantik yang wajahnya begitu mirip dengan Linda.

"Dia lucu sekali ya, cantik, dan sangat menggemaskan." ujar Devan seraya meraih bayi mungil dari tangan Linda dan menggendongnya dengan hati hati.

"Tentu saja, ibunya saja secantik ini." Ucap Linda dengan bangga.

Astaga, mendengar ucapan Linda, Devan hanya mampu tersenyum dan mengabaikannya. Sedari tadi tatapan Devan tak pernah lepas dari bayi mungil yang sekarang anaknya tersebut.

"Ehm, yang. Dua hari lalu kepala sekolah mu menelponku dan menanyaimu juga Devin. Dia bertanya mengapa kalian tak pernah masuk dan menyuruhku untuk menyampaikannya pada kalian bila kamu maupun Devin harus menghadiri pertemuan besok di sekolah." ucap Linda serius.

Dari yang sebelumnya tersenyum senyum seraya mengajak bercanda anaknya berubah menjadi muram dan seketika mengalihkan pandangannya kearah Linda.

"Aku serius. Dua hari lalu beliau menelponmu tapi kamu lagi di kamar mandi. Awalnya aku gak ingin menjawabnya tapi setelah berulang kali berdering akhirnya ku angkat juga. Van, kamu datang ya. Percaya aja sama aku kalau semuanya bakal baik baik saja." nampak tersenyum dan menganggukkan kepalanya lemah. Linda berharap semuanya akan baik baik saja, selain perbuatannya dan Devan yang salah, pernikahan ini juga sebenarnya bukanlah hal yang benar. Dia yang dulu tak berpikir jauh tak mengambil pusing dan mengiyakan saja ajakan Devan tuk menikah.

"Tapi, ay, a ... aku aku gak bisa datang kalau Devin belum kita temuin. aku gak bisa menjawab pertanyaan kepala sekolah nanti tentang Devin dan dimana dia sekarang." ujar Devan dengan suara serak dan wajah yang nampak sendu.

Linda pun mengalihkan pandangannya kebawah kearah kakinya. Dia tak bisa menutupi perasaannya yang saat ini tak karuan, selain merasa senang akan kelahiran putrinya, Linda merasa sedih dengan keponakannya yang belum juga di ketemukan saat ini.

"Semoga Devin bisa segera kita temuin ya, yang. Aku merasa bersalah dengannya." ucap lemah Linda masih dengan posisi duduk diatas ranjang.

.............................................


Hari ini adalah dua hari semenjak Devin  berbincang dengan Bunga. Sudah sejak tadi pagi Devin tak juga menjumpai sosok Bunga dan aromanya yang khas. Kemana dia dan apa yang sedang di lakukannya?

Huuhh ...

Saat ini Devin tengah berada di atas ayunan tua di sebelah rumah Bunga sejak tadi pagi. Tak tau mengapa, Devin sangat ingin kemari saat ini, walau sendiri dia baik baik saja, dan tak takut sedikitpun. Hump, memang sepi sih kalau hanya sendirian seperti ini, tapi sejak kepergian Bunga tadi pagi, Devin hanya seorang diri. Selain belum kembali, Bunga juga tak mengatakan apapun mengenai kepergiannya ini.

Ting ... Ting ... Ting ... (Bunyi lonceng)

Mendengar bunyi lonceng tiba tiba, membuat Devin tersentak dan langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah guna mencari di mana asal suara itu.

Namun, naas. Tak ada apapun yang di temui nya setelah dia mengedarkan pandangannya itu.

"Bagaimana kau bisa berada di sini?"

Astaga, kaget sangat kaget. Mendengar pertanyaan tiba tiba dari arah belakang tubuhnya membuat jantung Devin berdetak dengan kencang. Matanya langsung membola dan sontak dia pun langsung menegakkan tubuhnya kemudian berbalik badan.

Devin menjerit tertahan setelah melihat apa yang berada di hadapannya. Wajah itu, senyuman itu, Devin sangat kaget melihatnya.

Tadi Devin mendengar ada yang bicara dengannya, kan? Ternyata yang mengatakannya adalah seorang gadis dengan rambut hitam pekat, bergaun putih dan tak memakai sepatu.

Sejak tadi gadis itu hanya diam seraya menatap datar kearah Devin yang juga menatapnya sama.

"Pergilah dari sini, ini bukan tempatmu." ucap santai gadis itu.

Hump, mendengar kata kata gadis itu, kedua alis Devin pun menyatu dengan sempurna di barengi tubuhnya yang mundur satu langkah ke belakang.

"Memang ini bukan tempatku, tapi aku senang berada di sini. Di alam ini aku merasa bebas, dan aman. Ngomong ngomong siapa kau? ada urusan apa kau kemari?" tanya Devin santai.

Gadis yang berusia lebih muda darinya itupun menundukkan kepalanya dan menangis terisak. selain tangisannya yang terdengar pilu, tubuh gadis itu pun juga terlihat bergetar.

"Kenapa kau menangis? maafkan aku jika kata kataku tadi sempat menyinggungmu." ujar Devin masih di posisinya semula.

"Vin, jangan dengarkan dia, dia hanya makhluk biasa yang mencoba membodohimu. Ayo, lebih baik kita masuk saja."

Devin kembali di kejutkan dengan suara tiba tiba Bunga yang terdengar sedikit keras dari arah belakang tubuh Devin.

...............................

Glek ...


Glek ...

Glek ...

Sudah hampir tiga botol wine di teguk habis oleh Carla sejak kedatangannya tiga jam lalu. Kemarin dia masih baik baik saja, namun setelah malamnya Devan memutuskan hubungan dengannya begitu saja, perasaan, hidup dan segalanya pada Carla menjadi hancur. Dia seperti orang stress yang hanya bisa marah dan marah pada semua orang.

"Bang, sebotol lagi." Pinta Carla pada pelayan bar tempatnya minum tersebut.

Selain merasa hancur dan tak berguna, kini Carla sangatlah mabuk. Dia ketahuan tertawa tawa sendiri sambil meminum sebotol wine yang tersisa.

Hahaha ...

Glek ... Glek ... Glek ... (Meminum wine)

"Sepertinya Devan mulai gila sekarang, hahaha. Dia mutusin gue dan bilang nggak cinta lagi, aduh padahal dulu gue udah ngasih semuanya sama dia. Sial siallll, Devan gila, Devan brengsek. Gue benci sama dia!" ucap Carla seraya mabuk berat, selain karena masalah percintaannya yang kandas, hari ini dia sudah menghabiskan hampir lima botol wine dan juga beberapa sabu sabu. Astaga, Carla mulai gila sekarang. Dia menghabiskan segitu banyak minuman terlarang hanya karena seorang lelaki saja.

                        Bersambung ...

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang