Bab 33. Bukan anak kandung

120 1 0
                                    

5 hari kemudian ...

"Mas! Untuk apa sih kita kembali lagi kemari? Tidak cukupkah semua penghinaan dia terhadapmu dulu? dan sekarang, aku tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu."

Bianca nampak kesal selepas mendengar Darto mengajaknya kembali ke rumah lamanya. Dia tak hanya kesal, namun juga marah, karena Darto sama sekali tak memberitahunya kenapa mereka harus kembali. Dia hanya diam dan kemudian mereka berangkat.

"Aku hanya ingin memastikan putraku baik-baik saja." balas Darto seraya turun dari mobil disusul Bianca di belakangnya.

Tok ... Tok ... Tok ...

Cukup lama tak ada jawaban, sampai akhirnya terbukalah pintu dari dalam.

Kriettt ....

Nampak sekali jika Linda begitu terkejut melihat kedatangan Darto dan juga Bianca.

"Untuk apa kalian kemari lagi?!" tajam sekali ucapannya, bahkan Bianca saja sampai memalingkan wajahnya seraya memaki-maki Linda dalam hati.

"Dimana Alvon? aku ingin bicara dengannya." ucap Darto to the point.

Mendengar ucapan sang mantan suami berhasil membuat Linda sedikit terkejut. Dia terlihat gelisah, terlebih lagi dia tak tau dimana Alvon berada sekarang. Karena semenjak Alvon pergi dalam keadaan marah waktu itu, dia sudah tak lagi dapat di hubungi.

"Aku tak tau dia dimana." jawab Linda acuh.

"Kau jangan berbohong. Cepat mana dia! Aku ingin bicara dengannya!" desak Darto.

Linda terlihat semakin gelisah.

"Dia tak ada di sini, apa kau tidak mengerti! Sudah kalian pergilah!" usir Linda begitu kasar.

"Sayang, ini ada apa kok ribut-ribut?"

Syok, kaget.

Devan terkejut setengah mati setelah melihat siapa yang datang. Ia terkejut karena ternyata pamannya lah yang bertamu bersama dengan Bianca.

"E-e paman, paman sudah pulang?"

Saat Devan bergerak akan mencium punggung tangan Darto, pria itu langsung mengibaskan tangannya begitu saja.

"Tak usah berpura-pura, aku sudah tau semuanya." ucap Darto dingin.

Mata Devan dan Linda pun membola sempurna. Karena dulu Linda hanya bilang jika ia selingkuh namun tidak mengatakan dengan siapa. Dan kini darimana Darto tau fakta itu? Apa Bianca juga sama-sama mengetahuinya?

"Tau apa maksud paman?" Devan masih berusaha positif thinking.

"Sudahlah, aku malas untuk berlama-lama di sini, yuk Bi, kita pergi saja." setelahnya Darto menggandeng tangan Bianca dan pergi dari sana.

Setelah kepergian Darto dan Bianca ...

"Sayang, tadi ada urusan apa mereka kemari?" tanya Devan setelah keduanya masuk kedalam rumah.

Linda pun menghela nafas kasar.

"Mereka mencari Alvon." jawab Linda apa adanya."

"Terus kamu jawab apa?"

"Ya aku jawab aja dia nggak ada di sini, kan dia memang sudah pergi dari lima hari yang lalu." balas Linda santai seraya mengalungkan tangannya di leher Devan.

Lalu Devan pun berpikir.

"Emang kamu nggak sedih gitu, dia pergi ninggalin kamu?" tanya Devan.

"Ngapain sedih, toh dia bukan anak kandung aku."

Deg!

.....................................

POV DEVIN

Desiran angin seketika meniup leherku dan membuatku tersadar bila sekarang aku tengah berada di atas ayunan tua di bawah pohon besar di samping rumah Bunga, dan sendirian.

Tapi tunggu, kenapa aku bisa berada di sini, di atas ayunan ini?? Sedang apa Aku di sini?? Aku menelusuri sekitar tempatku berada dengan mataku, dan tertumbuk pada sebuah kursi taman yang berada 200 m di depanku, di sana duduklah seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna blonde atau kuning keemasan yang dibiarkan terurai bebas di punggungnya. Wanita itu mengenakan sebuah gaun khas bangsawan bangsawan Belanda zaman dulu lengkap dengan topi dan juga sarung tangannya. Kulitnya yang putih bersih sangat cocok dipadukan dengan gaunnya yang berwarna putih keemasan.

Wanita itu duduk membelakangiku, namun aku masih bisa melihat Jika ia tengah tersenyum seraya memandang lurus ke depan.

"Vin, sedang apa kamu di sini?" Pertanyaan Bunga seketika mengagetkanku dan membuatku sontak menoleh ke arahnya.

"Tidak ada." namun saat aku menoleh kembali ke arah wanita berambut blonde itu, aku begitu terkejut saat mendapati kursi itu telah kosong.

"Kemana wanita itu? Cepat sekali perginya?" batinku heran.

"Vin, ada yang mau aku tanyakan sama kamu." ucap Bunga setelah sekian lamanya terdiam.

"Ehm, apa?" balasku santai.

"Kamu, suka tidak berada di sini?" ucap Bunga tanpa menoleh kearahku.

...............................

Spesial episode mendatang.

"Aaaakkkhhhhhhh, sakittt, berhenti!!!!"

Suaranya terdengar meraung-raung, menutupi kedua telinganya yang terasa amat terbakar. Kedua kakinya menendang-nendang ke segala arah, teriakannya sudah tak terkontrol lagi.

Namun, setelah mendengar teriakan Devin yang menjerit kesakitan, ruqyah itu tidak berhenti sampai di sana. Para ustad dan juga kyai terus terusan membaca ayat-ayat suci Alquran dan meneriakkannya begitu keras di telinga Devin.

Di sisi lain Linda menangis tersedu-sedu melihat ke arah Devin. Dia tak tega melihat Devin begitu kesakitan, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya diam dan menunggu. Tak jauh berbeda dengan Linda, Devan juga begitu terpukul melihat kondisi adiknya yang demikian. Dia merasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan pada sang adik hingga membuatnya sampai pada posisi ini.

"Berhentiii, kumohon berhentiiii!!!" teriak Devin seraya menutupi kedua telinganya menggunakan tangan.

"Wanita ini tidak mau melepaskan Devin. Dia terus menolak, dan menahan Sukma Devin di alamnya." Ucap salah seorang ustaz yang ikut meruqyah Devin.

"Tapi Devin masih bisa kembali kan pak ustadz?" Tanya Devan cemas.

"Semoga saja, karena setelah saya mencoba untuk berkomunikasi dengan wanita itu, dia bersikeras untuk menolak mengembalikan sukma Devin karena Devin sendiri juga tidak mau kembali. Tapi kami akan terus mencoba bernegosiasi dengan wanita itu, semoga saja dia mau melepaskan Devin." Jawab ustad tersebut.


Next scene.


Bersambung ...





My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang