Bab 35. Akan menikah

131 3 0
                                    

Rasanya Devin begitu gila sekarang, ya, dia benar-benar gila. Bagaimana bisa dia tidak disebut gila. Asal kalian tahu, Devin sekarang tidak ada lagi di dunia melainkan dia telah dibawa Bunga ke alamnya. Dia tidak merasakan sakit, lapar, ataupun haus. Dia tidak mengantuk bahkan hampir setiap harinya dia terus didatangi banyak makhluk aneh yang sepertinya begitu penasaran dengannya.

Hm, apa Devin tidak takut??

Pertanyaan itu sepertinya begitu menarik. Ya Devin tidak takut. Awalnya dia memang merasakan takut, tapi setelah hampir setiap harinya dia selalu ditampaki makhluk-makhluk yang sangat aneh dan juga mengerikan itu, dia menjadi terbiasa. Bahkan apa kalian tahu, gadis yang selama ini selalu bersamanya. Ya, Bunga, penampilan gadis itu sebenarnya juga tidak kalah mengerikannya dari banyaknya hantu-hantu yang silih berganti mendatanginya. Bahkan Bunga jauh lebih seram.

Di leher gadis itu ada bekas hitam yang mirip seperti tali. Dulu bunga sempat bercerita jika dia meninggal dengan cara dicekik, namun entah mengapa di leher Bunga ada bekas seperti tali yang digunakan seseorang untuk bunuh diri.

Bunga memang menyeramkan namun Devin tidaklah takut terhadapnya. Karena setiap saat setiap waktu Bunga selalu memperbaiki penampilannya, hingga, dia selalu nampak baik di mata Devin. Bahkan, Devin tidaklah melihatnya seperti hantu melainkan Devin melihatnya seperti manusia biasa hanya saja dia nampak pucat.

Huufft...

Kini langkah keduanya berhenti setelah mereka tiba di dalam rumah kembali. Bunga menarik Devin untuk duduk di sebelahnya. Gadis itu membawa Devin ke ruang tamu di rumahnya.

Hampir beberapa saat lamanya keduanya hanya diam-diaman tanpa mengobrol atau melakukan kegiatan apapun. Dan selama itu hanya helaan nafas Devin yang terdengar.

"Vin, maaf jika aku telah membawamu tanpa izin kemari."

Bunga terlihat menoleh kearah Devin seraya menunduk sedih.

"Maaf, jika karena aku kamu jadi banyak mengalami kejadian ganjil. Aku banyak minta maaf kepadamu. Aku telah membawamu ke duniaku tanpa memikirkan bagaimana resikonya nanti." lanjut Bunga.

Devin yang mendengarkan penuturan Bunga hanya bisa menanggapinya dengan tersenyum. Dia tidak merasa dirugikan atas apa yang terjadi padanya. Dia juga tidak menyalahkan Bunga atas semua kejadian ganjil yang dialaminya selama berada di sini. Lelaki itu justru berterima kasih karena dengan Bunga membawanya kemari, Devin jadi terhindar akan ancaman Devan. Dia juga bisa merasa tenang dan setidaknya bisa menghirup udara segar.

"Sebenarnya aku bukanlah Bunga."

Perkataan Bunga barusan berhasil membuat Devin sedikit terkejut.

Namun seperti tahu apa yang Devin pikirkan. Bunga pun langsung mengangguk dan memalingkan wajahnya dari Devin. Gadis itu menatap lurus ke depan dengan tatapan datar.

"Aku Christina Elizabeth Van Dijk." ujarnya kemudian.

Tunggu! Elizabeth?! Sepertinya pria yang tadi mendatangi kami juga menyebut Bunga Elizabeth sebelum dia pergi? Tapi kalau namanya Elizabeth, berarti selama ini dia menipuku?! Pikir Devin setelah sekian lamanya.

"Jadi, untuk apa kamu mengenalkan dirimu sebagai Bunga kepadaku? Kamu hanya berniat menipuku atau kamu ada niat lain terhadapku?" tanya Devin sedikit meninggikan suaranya.

Mendengar respon Devin yang di luar dugaannya. Bunga pun sontak menoleh ke arah Devin dan menatap lekat ke arahnya.

"Kenapa kamu mengatakan itu? Aku tulus menyukaimu dan berniat menolongmu. Bukankah dulu kamu mau ku tolong, terus mengapa sekarang kamu meragukan pertolonganku? Apa selama di sini, aku pernah menyakitimu? Jika iya, katakan saja sekarang. Agar aku bisa introspeksi diri dan takkan mengulanginya lagi." Bunga terlihat bersungguh-sungguh.

Mimik muka Devin pun berubah dingin.

"Kamu meninggal tahun berapa? Dan bagaimana kamu meninggal?" Pertanyaan Devin sontak membuat Bunga terkejut. Dari mana Devin mendapatkan semua pertanyaan itu?

"Mengapa kamu mempertanyakannya? Bukankah dulu aku sempat memberitahukanmu semuanya." ujar Bunga serius.

"Jawab saja Bunga. Kumohon." balas Devin dingin.

Setelah menghela nafas panjang, Bunga pun kembali menatap manik Devin kemudian menggenggam tangannya.

"Aku meninggal hari Selasa, tanggal 15 Juni tahun 1947 pukul 01 siang. Dan kamu bertanya kan, bagaimana aku bisa meninggal? Baiklah aku akan menjelaskannya lagi. Mungkin dulu aku sempat berkata jika aku meninggal dengan cara dicekik setelah sebelumnya aku diperkaos oleh beberapa tentara yang membunuh keluargaku. Namun kamu pasti melihat bekas hitam di leherku dan bertanya-tanya kan?" Bunga pun terdiam.

"Para tentara itu menyeret tubuhku dan menggantungku di bawah pohon besar di samping rumah. Aku tidak tau mengapa mereka melakukan itu, tapi aku tak mempermasalahkannya karena saat mereka menggantungku, aku sudah mati." lanjut Bunga dengan wajah sedih. Melihat wajah bunga yang sepertinya sangat terpukul setelah menceritakan luka lama itu, membuat Devin merasa bersalah.

"Maaf jika aku telah membuatmu kembali mengingat peristiwa kelam itu." ucap Devin merasa bersalah.

"Tidak apa. Tapi hanya satu yang perlu kamu tahu. Aku memang sengaja mengenalkan diriku sebagai Bunga kepadamu, karena kamu adalah orang spesial buatku. Kamu adalah orang pertama yang membuatku jatuh cinta dan orang pertama yang mampu berkata cinta setelah tahu kenyataan jika aku bukanlah manusia. Perkataanmu waktu itu begitu tulus hingga mampu membuatku berjalan sejauh ini untuk selalu bersamamu. Vin, aku sudah terlanjur menyukaimu, tapi jika kamu ingin pergi sekarang dan kembali ke keluargamu aku takkan melarangmu. Namun jika kamu ingin tinggal, aku juga akan sangat senang menerimamu."

Devin pun kembali berpikir. Dia sudah terlanjur membenci Devan dan juga Linda. Bibinya itu sudah menorehkan luka yang begitu dalam di hatinya hingga membuatnya tak mampu untuk menginjakkan kakinya lagi di rumah itu. Namun mengingat posisinya sekarang, Devin menjadi bingung. Dia sedang berada di alam lain. Lantas, aahhkk ... Pusing sekali memikirkannya.

"Aku akan tetap di sini bersamamu. Rasanya aku sudah begitu benci pada Devan dan juga bibiku itu. Aku tak ingin kembali ke rumah itu ataupun menemui mereka. Biar saja mereka melakukan apapun yang mereka mau, tapi aku takkan pernah mau kembali dan memaafkan mereka. Tapi Bunga, Aku ingin tahu bagaimana keadaan mereka sekarang? Apa mereka sudah menerima karma mereka atau belum?" jawab Devin penuh rasa sakit dan kekecewaan yang tercetak jelas di wajahnya.

"Itu keputusanmu, Vin. Terserah kamu mau mengambil keputusan apa. Tapi, jika benar kamu mau tau bagaimana keadaan mereka sekarang, baiklah aku akan memberitahukannya padamu." baiklah sepertinya Devin memang harus tau bagaimana keadaan Tante dan abangnya itu. Lagipula sudah sejak lama Devin tak melihat mereka.

"Mereka sekarang tengah berbahagia, Vin. Bibimu itu sekarang sedang mengandung, dan sebentar lagi bibimu itu dan kakakmu akan segera melangsungkan pernikahan." ucap Bunga setelah sekian lamanya terdiam.

Apa?! Mereka akan menikah?! Bibi juga mengandung?! Apa aku tidak salah dengar?!

"Ya, Vin. Itu memang benar, dan semua orang terdekatmu juga telah mengetahui hubungan mereka." lanjut Bunga kemudian.





Bersambung ...

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang