Bab 40. Tetap bersamamu

107 3 0
                                    

        Tak ada yang dapat Firly lakukan selain kembali ke rumahnya. Beberapa saat lalu dia memantapkan hatinya tuk meminta maaf pada Devin dan bertemu dengannya.  Firly yang semula begitu tegang dan takut,  kini beralih cemas dan juga sedih. Dia sedih karena ternyata Devin tidaklah di rumah. Sudah sedari setahun lebih Devin tidaklah pulang dan tak ada seorangpun yang tau di mana keberadaan Devin. Seolah hilang di telan bumi atau pergi ke tempat yang jauh adalah dugaan semua orang termasuk Firly. Dia sesaat sampai di rumah Devin, dia bertemu dengan art di sana. Dia mengatakan jika nyonyanya yakni Tante Linda tengah lahiran di rumah sakit bersama Devan yang turut menemaninya.

          Melihat keluarga Devin yang sekarang Firly pun bingung dan pusing memikirkannya. Yap, dia pusing disaat Linda di katakan melahirkan dan sudah bercerai dengan suaminya sejak lama. Jika sudah bercerai lalu bayi siapa yang Linda kandung? awalnya Firly mengira jika Linda telah berselingkuh dan bayi yang di kandungnya adalah hasil dari perselingkuhannya. Dia juga mengira jika bercerainya Linda dengan suaminya adalah karena perbuatannya sendiri.

      Semua itu adalah dugaan awal Firly, namun sesaat dia ke rumah Devin tadi, dia dibuat terkejut di saat Devan lah ayah dari anaknya Linda. Mereka telah menikah bahkan sudah memiliki anak.

Astaga

         Dulu sewaktu Firly masih berhubungan dengan Devin, dia selalu menceritakan semuanya pada Firly. Semuanya tentang dia dan keluarganya serta kehidupannya yang sekarang, awalnya Firly hanya manggut-manggut di saat Devin ceritakan itu, karena dulu Firly tidaklah peduli dengannya. Namun, disaat sesuatu yang dulu Devin ceritakan kini kembali Firly lihat, dia terkejut dan tak percaya jika hal ini bisa terjadi.

            Dulu Devin mengatakan jika dia mempunyai saudara kembar yang jauh lebih tampan darinya. Selain tampan Devin mengatakan jika saudara kembarnya itu sangat baik dan juga pintar, dia banyak teman dan juga sangat ceria. Hm, jika begitu, lalu mengapa art tadi mengatakan jika Linda dan Devan telah menikah dan mempunyai seorang anak? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa selama Firly putus dan menjauh dari Devin, ada sebuah perkara besar yang terjadi di keluarga mereka?

       "Saudara Devin itu Devan, kan? Dari cerita Devin aku pernah bertemu dengan Devan di suatu tempat. Dia memang seperti cerita Devin, dan sangatlah friendly. Banyak temannya saat itu yang turut bersamanya. Astaga, sebenarnya apa yang terjadi sih dengan keluarga mereka sebelumnya? Kenapa Devan dapat menikah dengan Tante Linda? Dan kenapa mereka bisa punya anak juga, bukankah mereka masih keluarga ya? Yaampun aku pusing, sebenarnya tujuan ku awal ke rumah itu karena ingin bertemu dengan Devin, tapi kenapa aku malah di bikin pusing begini? Dan Devin juga hilang kan, astaga dimana dia sekarang?" ujar Firly seraya mengemudikan mobilnya kembali ke rumahnya.

                            ....................................

           Saat ini posisi Devin dan juga Bunga telah berada di dalam rumah kembali. Mereka berada di ruang tamu dan posisinya sangatlah sunyi. Sejak beberapa saat yang lalu Bunga maupun Devin tak ada yang memulai pembicaraan sedikitpun, dari awal masuk sampai saat ini Bunga hanya duduk diam seraya tatapannya tetap mengarah lurus ke depan. Selain itu ekspresi nya juga datar dan tubuhnya yang selalu dingin. Aroma melati juga tercium di hidung Devin yang asalnya dari tubuh Bunga. Aroma itu selalu ada dan menjadi ciri khas dari Bunga bila dirinya hendak datang.

"Kenapa kau menyuruhku masuk, Bunga? apakah salah jika aku bicara dengan gadis tadi?" tanya Devin kemudian.

Lalu tanpa menoleh ataupun bereaksi apapun Bunga pun berkata lirih.

"Kau tak salah Vin. Tapi apakah kau tau siapa dia? Dia adalah makhluk yang jahat, dia mengajakmu bicara hanya demi membodohimu saja."

     "Jika benar begitu, lalu mengapa tadi dia mengatakan jika ini bukan tempatku dan menyuruhku untuk pergi dari sini? bukankah jika makhluk yang jahat dia akan senang melihatku berada di tempat ini?" tanya Devin santai seraya menoleh kearah Bunga yang posisinya tetap seperti tadi. Dia tak bergerak maupun menoleh sedikitpun.

     "Dia benar Vin, semua yang dikatakannya memang benar. Tempat ini, dunia ini memang bukanlah tempatmu, kau sudah ku ceritakan semuanya kan? Lalu jika dia mengatakan itu, apa yang mau kau lakukan? Apa kau akan menurutinya dengan pergi dari sini?" tanya Bunga seraya memutar badannya dan menghadap ke arah Devin. Tatapannya berubah sendu dan tangannya mulai bertaut dengan jari jemari Devin.

     Mendengar perkataan Bunga, Devin pun tertunduk sekilas lalu menegakkan wajahnya kembali. Dia menatap Bunga begitu dalam lalu menghela nafas kasar.

     "Bukankah dulu sudah pernah ku katakan kan? Aku nyaman berada di tempat ini, walau ini bukanlah tempatku tapi aku suka berada di sini. Di sini aku merasa tenang dan damai. Aku juga suka berada di sini karena walau tempat ini sepi dan sunyi, aku tetap kan berada di sini. Di sini aku memang sendiri, dan berbeda dari kalian, tapi Bunga, aku senang berada di sini juga karenamu. Aku merasa nyaman dan damai itu juga karena dirimu, kau yang membuatku nyaman Bunga. Sejak mulai menyukaimu, aku tak mau jauh darimu dan selalu mengingat wajahmu di setiap kegiatanku. Awalnya ku kaget di saat ternyata kau bukanlah manusia sepertiku, ku terkejut bahkan nyaris tuk mundur dari perasaan ini. Tapi ternyata perasaan ini begitu kuat di hatiku. Dia menjeratku dan menyuruhku tuk tak pergi dari perasaan ini. Bunga, walau ini bukan duniaku, aku senang berada di sini. Aku bahagia dan tetap di sini asalkan kau juga berada di sini bersamaku. Kita lalui kehidupan kita bersama sama dengan bahagia, ya." ujar Devin begitu dalam dan penuh perasaan. Air matanya bahkan sampai tumpah dan tangannya yang semakin erat menggenggam tangan Bunga.

    "Tapi bagaimana jika kakak serta bibimu sudah menyadari kesalahan mereka dan menginginkanmu kembali? apa kau kan tetap disini bersamaku, atau kau mulai kembali pada mereka?" tanya Bunga seraya tersenyum getir.

      Devin yang semula tersenyum mulai berubah dingin sesaat Bunga kembali membahas kakak serta bibinya yang sejauh ini sudah dilupakannya, dan di buangnya jauh jauh.

      Namun, di saat Devin sudah lupa dengan mereka, dia harus diingatkannya kembali oleh Bunga yang tiba tiba membahasnya.

      "Mau mereka berubah baik atau seperti apapun itu, aku tetap tak kan memaafkan mereka. Biar mereka hidup sesuai dengan kemauan mereka, tapi aku tetap kan disini bersamamu." ujar serius Devin.

       "Aku tak peduli lagi dengan mereka. Sekalipun mereka bertekuk lutut dan meminta maaf kepadaku, aku tetap dengan keputusanku tuk takkan memaafkan mereka sampai kapanpun." Mata Devin begitu tajam menatap kearah Bunga, namun sesungguhnya tatapan itu ia tujukan pada kakak serta bibinya yang sangat di bencinya sekarang.

       "Aku mencintaimu Bunga, jadi aku tetap kan berada di sini bersamamu." kali ini Devin mulai melunak. Dia tersenyum begitu manis lalu menarik tubuh Bunga ke dalam pelukannya.



                           Bersambung ...

My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang