Bab 56. Bunga dan Devin

107 2 0
                                    

Keesokan paginya Devan yang semalam tertidur di kursi setelah mendengar suara ibunya tiba-tiba saja terbangun setelah mendengar suara Linda yang terus menerus memanggilnya dan mengguncang bahunya kuat.

"Eh, sayang, kamu udah bangun ya, huaammmpp." tanya Devan seraya menegakkan badannya, dan menguap begitu lebar. Kondisi badannya begitu pegal karena posisi tidurnya yang asal asalan, namun sontak ia pun terdiam sesaat matanya ia arahkan ke tubuh Devin.

Yap, hingga saat ini pun Devin belumlah sadar dari pingsannya. Kondisi tubuhnya mulai terasa dingin namun napasnya masih tetap ada. Sebenarnya Devin kenapa? apa yang terjadi padanya hingga sampai seperti ini?

"Udah dari tadi, Van. Kamu sebenarnya kenapa sih, kok semalam teriak teriak gitu pas tidur. Aku kan jadi terbangun, Van!" ujar kesal Linda.

Devan yang mendengar itu sontak terdiamlah ia begitu lama, semalam selain mendengar suara ibunya dan pesan darinya tentang Devin, Devan tidaklah mendengar apapun lagi. Namun, mendengar Linda mengatakan jika ia telah berteriak semalam, sontak membuatnya kaget dan terdiam seketika.

"Sayang, kamu jangan bercanda deh, semalam kan aku tidur disini, gak ada loh aku teriak teriak seperti yang kamu bilang itu." timpal Devan seraya bangkit dari duduknya dan menatap kaget kearah Linda yang saat itu juga tengah menatap kearahnya.

"Aish, Van, aku ini manusia normal loh, telingaku nggak budek budek amat, semalam aku beneran denger kamu teriak teriak gitu, mana kamu juga sebutin nama Devin lagi, sebenarnya kamu semalam mimpi apa sih, kok sampe teriak teriak gitu?" tanya Linda seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

Mendengar itu lagi-lagi terdiamlah Devan, ia tak mampu mengatakan sepatah katapun selain berpikir. Sebab ia dalam keadaan tidur semalam dan apa yang ia rasakan tidaklah seperti yang Linda katakan, Yap dia tidaklah teriak-teriak seperti ucapan Linda, namun itu yang Devan rasakan, dan kebenarannya? entahlah.

"Yang, sepertinya ada yang nggak beres deh, ehm semalam waktu aku teriak itu aku ada ngomong sesuatu nggak?" tanya Devan setelah sekian lamanya terdiam.

Linda yang mendengarnya sontak terdiam dan berpikir, ia mengingat ingat apakah Devan mengatakan sesuatu semalam selain teriak tidak jelas. Namun, karena kondisinya semalam sangatlah mengantuk ia pun lupa dengan apa yang Devan katakan semalam, karena ia ingat Devan ada mengatakan sesuatu semalam mengenai Devin, tapi tentang apa kata-kata itu Linda sudah benar-benar melupakannya.

"Aish, yang aku lupa nih gara-gara kamu. Semalem akutuh ngantuk berat jadi ya nggak inget kamu ngomong apa, tapi ya samar-samar aku inget kamu itu ada nyebutin Devin juga, dan ehm ada sebuah nama lagi .. siapa ya .. Bung-Bunga iya Bunga, semalem kamu ada nyebutin Devin dan Bunga." jelas Linda sembari mencoba mengingat ingat kejadian semalam mengenai Devan yang teriak-teriak namun dari semua perkataan Devan semalam tak ada satupun yang Linda ingat selain Devin dan juga Bunga.

Mendengar nama Bunga disebut sontak berpikirlah Devan begitu lama, nama Bunga adalah nama gadis yang masih begitu asing di telinga Devan, sejak dulu ia tak punya teman dengan nama itu, dan lagipula teman wanitanya tak begitu banyak, namun mengingat Devin, ia pun kembali berpikir, sejak dulu Devin tak mempunyai teman, ia selalu sendirian di sekolah dan begitu tertutup, namun mendengar nama Bunga, Devan pun menjadi pusing, sejak tadi ia mencoba mencari gadis dengan nama itu, tapi semuanya percuma, dia maupun Devin tidaklah memiliki teman dengan nama itu sebelumnya.

"Sayang, aku sama sekali nggak memiliki teman dengan nama Bunga sebelumnya, dan mengenai Devin, kamu tau sendiri kan kalo Devin itu tertutup banget, sejak dulu Devin itu tak mempunyai seorang pun teman di sekolah, lalu sebenarnya Bunga itu siapa? apa selama ini Devin ada hubungan dengan gadis bernama Bunga itu?" mendengar ucapan Devan yang begitu gamlang dan serius membuat Linda kembali berpikir. Ia pun juga merasa kalau selama ini Devin sangatlah tertutup dengan sekitarnya, ia tak memiliki seorangpun teman apalagi wanita, namun jika semalam Devan menyebutkan Bunga, sebenarnya siapa Bunga itu? apa kondisi Devin ini ada kaitannya dengannya?

Lalu disaat Linda teringat sesuatu ia pun menjadi panik sendiri.

"Yang yang yang, aku inget banget, aku inget .." ucap Linda sembari panik tidak karuan.

Devan yang terkejut melihat Linda seperti itu hanya mampu terdiam dan menatap bingung kearahnya, sedari tadi Linda hanya berjalan kesana kemari sembari menepuk jidatnya dan terus menerus berdecak.

"Sayang, hei, inget apa kamu? tolong tenang dong jangan panik begini." ucap Devan seraya meraih pundak Linda dan mencoba menenangkannya, sesaat melihat Linda panik karena teringat sesuatu itu tandanya apa yang Linda ingat adalah sesuatu yang penting.

Setelah mulai tenang dan tidak panik seperti tadi Devan pun menuntun Linda untuk duduk di bangku tempatnya duduk tadi, lalu setelah Linda duduk dan mengatur nafasnya yang ngos ngosan ia pun meraih segelas air yang berada di atas nakas, kemudian meminumnya dengan tergesa.

"Van, aku inget, dulu aku pernah cerita kan kalau aku sempat di hantui oleh sesosok cewe Belanda dengan muka hancur?" ucap Linda sembari mencoba mengingat ingat dan terus menundukkan kepalanya.

Tanpa pikir panjang mengangguklah Devan dan mengiyakan ucapan Linda itu mengenai dirinya yang dihantui oleh sesosok hantu Belanda, awalnya Devan tak menganggap penting itu namun setelah hantu Belanda itu juga ikut mendatanginya, ia pun terdiam dan membeku seketika. Ia seolah disadarkan oleh keberadaan mereka yang sama sekali tak dianggap olehnya. Bahkan hantu itu pun juga sempat mencekiknya dan menamparnya hingga terjatuh.

"Iya, terus?" tanya Devan seraya menatap serius kearah Linda.

"Nah aku inget banget kalau waktu itu dia sempat mengatakan tuk akan membunuh kita bila kita tidak segera berubah dan memendam keinginan kita untuk membunuh Devin. Selain itu dia juga sempat mengatakan namanya sebelum dia pergi." ucap Linda.

"Van, hantu itu, hantu itu bernama Bunga. Dia yang sudah membawa arwah Devin ke alamnya sejak setahun yang lalu." ucap Linda lagi seraya menitikkan air mata.

Mendengar itu terkejutlah Devan dan sekujur tubuhnya menjadi panas dingin. Ia sebenarnya ingin menyangkal ucapan Linda itu mengenai Devin yang dibawa makhluk halus dan Bunga yang ternyata adalah hantu yang membawa Devin. Tapi setelah mengingat ingat lagi, ia pun kembali teringat, jika setahun yang lalu ia juga sempat di hantui oleh hantu yang sama dengan hantu yang mendatangi Linda. Bahkan hantu itupun juga mengatakan jika namanya adalah Bunga sebelum ia pergi dan menghilang begitu saja.

"Lalu kita harus bagaimana sayang, jika Devin dibawa hantu itu ke alamnya, apa yang bisa kita lakukan, terlebih lagi Devin sudah dibawa ke alamnya sejak setahun yang lalu, apa dengan jarak selama itu Devin masih bisa kembali, tapi semoga saya bisa, aku tak ingin kehilangan Devin, dia adalah adikku satu satunya." timpal Devan seraya mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dan mengalihkan atensinya kearah langit langit ruangan.

"Vin, kumohon kembalilah, aku tak ingin kehilanganmu, Vin. Kamu adalah satu satunya keluargaku yang tersisa, jika seumpama kamu membenciku dan marah padaku atas apa yang ku lakukan padamu lebih baik kau tampar aku, dan pukul aku, lakukan apa yang kau suka dan kehendaki dariku, mau kau memukulku semalaman penuh aku tak masalah, aku akan melakukan apapun yang kau mau selama itu bisa membuatmu puas. Tapi, kumohon kembalilah Vin, kami semua sangat merindukanmu." batin Devan seraya meneteskan air mata.

Bersambung ...











My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang