Bab 54. Jalan Kenikmatan

144 2 1
                                    

"Pertanyaan macam apa itu, kenapa Bianca tiba-tiba menanyakan hal itu kepadaku? apa dia cemburu, tapi aku kan tak melakukan apa-apa dengan mas Darto." batin Linda sembari mengangkat wajahnya dan menatap bingung kearah Bianca yang saat itu juga tengah menatap kearahnya.

"Kenapa kamu nanya gitu, aku udah nggak ada perasaan apapun kok sama mas Darto." balas Linda masih dengan ekspresi yang sama.

"Lagian kak Bianca ngapain sih nanyain hal kayak gitu, kurang kerjaan banget." timpal Devan seraya mengalihkan atensinya kearah Bianca dan menatap kesal kearahnya.

Melihat respon kesal dari Devan sontak membuat Bianca tersenyum miring, ia pun beralih menatap kearah Devan dan menatapnya begitu lama.

"Sebagai sesama wanita aku bisa tau apa yang tengah dirasain oleh mbak Linda itu, dia mengatakannya memang santai tapi aku bisa tau jika mbak Linda begitu sedih saat itu. Dia menyesal karena udah nggak ngomong soal tadi ke mas Darto dan dia juga marah banget saat aku tiba tiba menggandeng tangan mas Darto tadi, iya kan mbak?" pertanyaan Bianca kali ini berhasil membuat Linda panik, dan menundukkan kepalanya, ia memang sudah tak ada perasaan apapun dengan Darto tapi ucapan Bianca tadi juga tidak salah, ia memang marah dan cemburu melihat kemesraan Bianca dan juga Darto.

"Cukup bi, kenapa sih kamu tiba-tiba nanyain itu ke Linda? semuanya sudah jelas Bi, sudah jelas. Kita sudah mengambil jalan masing-masing dan bertekad untuk berdamai, kamu memangnya tidak kasihan dengan Devin? dia sedang tidak baik-baik saja loh, perhatian kita sangat dia butuhkan saat ini, harusnya kamu ngerti dong." ucapan Darto yang begitu gamblang membuat Bianca menciut seketika, ia yang semula tengah menatap remeh kearah Linda sontak menundukkan kepalanya di saat kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Darto.

...............................

Di dunia Bunga saat ini sudah berlalu dengan begitu cepat, waktu yang semula terang telah berubah gelap, dan saat ini keadaan sekitar juga telah mulai tenang, tak ada satupun makhluk yang melintas di depannya atau berada di dekatnya, tak ada satupun suara burung yang berkicau dan angin yang biasanya selalu berhembus kini terlihat tenang, ehm .. ada apa ini sebenarnya, kenapa suasana saat ini terlihat begitu aneh?

"Vin, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, kamu apakah siap dengan itu? disini hanya ada kita berdua Vin, jadi kamu tak perlu malu, mau kamu teriak pun tak ada yang akan mendengarnya, semua makhluk sudah ku minta pergi." ucap Bunga seraya menatap datar kearah Devin.

Bunga yang tau jika waktu sudah begitu malam segera menarik tangan Devin dan membawanya ke dalam bilik kamarnya di lantai atas. Ia dan Devin masihlah duduk di ujung ranjang, mereka belum melakukan apapun karena saat ini Bunga belumlah siap akan hal itu. Namun, Bunga yang semula diam perlahan mulai mengarahkan tangannya di muka Devin dan membelainya lembut.

Kemudian tanpa diminta Devin pun segera  mendekat kearah Bunga dan meraih tangannya yang satunya, ia pun mengecup tangan itu kemudian mengusapnya lembut.

Devin yang semula terlihat diam sembari memegang tangan Bunga perlahan mulai mendekatkan wajahnya kearah wajah Bunga dan tanpa di duga sebelumnya tiba-tiba saja Devin mencium bibir Bunga dan melumatnya, lumatan yang lembut dan hisapan yang juga pelan sontak membuat Bunga mendesah seketika.

"Bibirmu nikmat sekali sayang, aku suka." ujar Devin di sela-sela ciumannya.

Lalu setelah mengatakan itu Devin pun berulah kembali, kali ini ia mengarahkan tangannya ke payudara Bunga dan meremasnya lembut. Berulang kali Bunga mendesah tak karuan karena remasan Devin itu bahkan tanpa sengaja Bunga pun  mengarahkan tangannya ke bawah ke pusat di mana milik Devin berada.

Euuuhhhggg ...

Sontak Devin pun mendesah nikmat di saat Bunga mulai memegang kepunyaannya itu dan meremasnya sedikit keras, rasanya sedikit ngilu tapi nikmat.

"Vin, kamu kenapa? sudah mulai terangsang ya?" tanya Bunga sembari tangannya tetap setia memegang kepunyaan Devin.

"Ya pasti sudah lah, orang kamu aja terus megang milikku tuh, gimana rasanya, enak ya?" tanya Devin seraya menatap kearah Bunga dan tersenyum kearahnya.

Bunga yang awalnya terus diam seraya menatap kearah Devin sontak mulai kaget dan beralih menatap kearah tangannya yang sedang memegang sesuatu.

"J-jadi ini milikmu Vin, kok bisa panjang gini, mana keras banget lagi saat ku pegang tadi, kukira tadi kakimu atau apa gitu eh taunya malah pusakamu." setelah mengatakan itu sembari tersenyum malu, Bunga pun perlahan melepas tangannya yang memegang milik Devin itu, ia mengusap tangannya itu berulang kali dan menundukkan kepalanya.

"Sekarang aja yuk Bunga, aku sudah nggak tahan nih." ucap Devin seraya menatap kearah Bunga dan tersenyum kearahnya.

Mendengar itu paniklah Bunga, ia yang tak pernah melakukan hubungan intim sontak terbujur kaku, seluruh tubuhnya menjadi panas dingin dan kedua tangannya yang sedari tadi terus menggenggam erat satu sama lain.

"Ehm, Vin a-aku takut nih, kejadian di masa lalu membuatku trauma akan hal itu,  para orang-orang itu menjamah tubuhku dan memperkosaku dengan kasar, lubangku terus ditusuk oleh mereka secara bergantian dan penuh nafsu. Kuharap setelah ini kamu berhati-hati ya, jangan bermain kasar seperti mereka, a-aku benar-benar takut, tubuhku sampai berkeringat sedari tadi, tanganku bahkan juga sampai bergetar." ucap Bunga seraya mengangkat wajahnya dan menatap datar kearah Devin.

"Walau aku belum pernah melakukan ini sebelumnya, tapi kamu jangan takut, aku takkan mengecewakanmu, aku akan memanjakanmu dan membuatmu melenguh nikmat. Kujamin kamu takkan menyesal melakukan ini bersamaku." timpal Devin seraya meraih pundak Bunga dan memeluknya.

Pelukan yang hangat dan penuh dengan asmara, cinta yang berbunga-bunga dan merekah di antara mereka sontak membuat keduanya nyaman di posisi itu, mereka berpelukan dalam waktu yang lama dan semakin erat. Sejak tadi tak ada satupun percakapan yang terjadi diantara mereka, keduanya sama-sama diam dan meresapi kenikmatan yang mereka rasakan, Yap, sejak memeluk Bunga dan membenamkan kepalanya di ceruk leher Bunga, Devin sama sekali tak mengatakan sepatah katapun, ia menutup kedua matanya dan terus tersenyum. Sementara itu, Bunga juga diam seperti Devin, dan sembari berpelukan itu ia pun mencium aroma tubuh Devin yang begitu menyegarkannya, membuatnya terbawa suasana dan tanpa sengaja membenamkan wajahnya di dada Devin.

"Vin, tubuhmu wangi sekali, aromanya persis seperti aroma parfum sesaat kau masih berada di dunia." ujar Bunga tetap dengan posisinya dan tanpa menoleh sedikitpun.

Dengan penuh kecerdikan dan usaha, perlahan Devin pun mulai melepas ikatan tali di dress yang Bunga kenakan, kemudian menaikkan dress itu hingga menampakkan paha mulus Bunga yang begitu putih.

"Sudah mulai ya Vin, ahhh ... a-aku merinding nih, geli." ujar Bunga sembari menggeliatkan tubuhnya dan mendesah nikmat.

Saat ini Devin mulai mengelus paha mulus Bunga dan menyunggingkan senyum kearahnya.

"Setelah ini kita sama-sama lepas baju kita ya, dan kita lanjutkan ke langkah berikutnya." ucap Devin masih dengan ekspresi yang sama.

Bersambung ...








My Girlfriend is a Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang