Setelah Malika memutuskan untuk kembali ke cafe tempatnya bekerja di daerah kebun jeruk. Jujur saja ia kaget, dan terasa begitu sepi, karena sebelum sebelumnya ia biasa saja saat pergi bekerja dan pulang bekerja, namun karena adanya Devan sebagai pelayan baru di cafenya ia pun menjadi terbangun dari tidur panjangnya, rasa semangat yang semula hilang perlahan mulai kembali. Bahkan ia pun merasakan deg degan sesaat menatap mata Devan dan bersentuhan tangan dengannya. Ehm, sepertinya Malika menyukai Devan, tapi ia terus menepis perasaan itu sesaat sebelum ia melakukan hal nekat padanya.
"Ehm, besok aku nggak ada acara apa-apa kan, lebih baik ku ajak Devan minum minum lagi di apartemenku, siapa tau aja hal yang terjadi kemarin bisa terulang kembali, ehm aku gak sabar ketemu Devan lagi, dia begitu tampan dan sangat berkharisma. Kekuatan minumnya juga gak main-main, sepertinya aku harus banyak belajar darinya." ucap Malika seraya menatap foto Devan di layar ponselnya dan tersenyum.
Saat ini Malika tengah duduk seorang diri di ruang kerjanya di cafe, ia terus menerus membayangkan Devan di kepalanya dan membayangkan hal kotor tentangnya, ia membayangkan bagaimana Devan menyentuhnya dan mempermainkannya dengan beringas, ia membayangkan semua itu di kepalanya sampai membuatnya senyum-senyum sendiri. Kehidupan Malika awalnya baik-baik saja seperti cewek pada umumnya, tapi setelah kedatangan Devan semuanya berubah, ia yang awalnya hanya fokus mengurus cafe dan pendidikannya menjadi hilang haluan.
"Devan bilang dia masih jomlo kan, tapi kenapa kurasa dia memiliki pacar ya, ehm apa ini cuma pikiranku saja, semoga saja benar jika dia masihlah jomlo, diumurku yang tidak muda lagi membuatku tidak sabar untuk segera memiliki Devan dan menjadikannya suamiku." ucap Malika masih dengan ekspresi dan posisi yang sama.
................................
Sudah sejak sejam yang lalu Devin dan Bunga melancarkan kegiatan itu, mereka telah sama-sama telanjang dan tengah asik memadu kasih dengan begitu panasnya di atas ranjang. Berulang kali Devin dan Bunga mengeluarkan cairan mereka dan keringat yang juga membasahi tubuh mereka.
Ahhhh ...
Berulang kali Devin dan Bunga mengeluarkan desahan mereka di saat permainan panas itu hampir memasuki puncaknya. Yap, Devin yang awalnya takut takut menjadi berani setelah terangsang oleh kemolekan tubuh Bunga. Ia menjadi semakin terangsang setelah melihat lekuk tubuh Bunga dan kemaluannya yang begitu memanjakan matanya.
"Dev-vin a-aku mauu keluar lagi nih, ahhh .." sembari mengerang kenikmatan dan kedua matanya yang merem melek, Bunga pun mengeratkan pelukannya pada Devin, dan Devin pun juga semakin mempercepat tempo permainannya.
"Sabar sayang, sebentar lagi aku juga mau keluar.." ujar Devin sembari mencium bibir Bunga dan melumatnya kasar.
Ahhhh ...
Akhirnya setelah beberapa ronde permainan gugurlah mereka berdua seraya berkeringat penuh dan tenaga yang juga hilang. Devin sontak jatuh menindih tubuh Bunga setelah ia mengeluarkan cairan miliknya di dalam lubang milik Bunga.
"Vin, bagaimana, apakah kau sudah puas sekarang?" tanya Bunga seraya membelai muka Devin dan tersenyum tipis kearahnya.
Sembari menggerak gerakkan kepalanya di gunung kembar Bunga Devin pun tersenyum.
"Sudah sayang, sudah. Rasanya aku ingin melakukannya lagi dan lagi. Sentuhanmu, wangi tubuhmu membuatku candu dan terhipnotis, aku jadi semakin mencintaimu Bunga, aku ingin hidup denganmu selamanya." ucap Devin.
........................................
Setelah Darto dan Bianca pulang beberapa jam yang lalu kini suasana ruangan itu terasa begitu sepi, karena kondisi Linda yang telah tertidur di atas sofa membuat Devan begitu kesepian, ia tak ada teman ngobrol dan tak ada yang dapat ia mintai tolong. Karena Devan pikir jika ia tertidur siapa nanti yang akan menemani Devin bila ia terbangun? lagipula ia tidaklah mengantuk sedari tadi, matanya terus terjaga dan mulutnya tidaklah menguap.
Namun, sesaat pandangannya ia arahkan ke Linda yang tengah tertidur, lagi lagi ia kembali diingatkan oleh perkataan Linda beberapa saat lalu tentang Devin yang dibawa makhluk halus. Awalnya Devan tidaklah percaya akan hal seperti itu, ia menganggap mereka hanyalah tahayul dan sebuah dongeng yang tak patut tuk di percayai, namun setelah sesuatu datang padanya dan menghantam keras tubuhnya membuat Devan tersadar bila mereka memanglah ada.
"Semoga saja perkataan Linda tadi salah, semoga Devin tidaklah dibawa oleh makhluk halus, dan dia bisa segera sadar. Sejak dulu Devin tidak pernah mengalami sakit sampai seperti ini, dia sakit ya palingan cuma demam dan flu, setelah itu sembuh dan bermain kembali. Tapi ini .. kenapa Devin bisa seperti ini, dan bagaimana dia bisa berada di tempat itu? jika ibu yang mengatakan tempat itu ke Devin, kenapa ia tak juga mengatakannya padaku, apa segini tak sayangnya ibu padaku sampai tempat favoritnya pun ia tak beritahu padaku. sejak dulu ibu lebih sayang pada Devin daripada aku, dia selalu memanjakan Devin dan mengutamakan Devin diatas segalanya. Namun sekarang apa, Devin terbujur kaku tak sadarkan diri seperti ini siapa yang susah, aku, dan siapa juga yang harus merawatnya, aku. Seharusnya ibu dan ayah tak meninggal agar di saat-saat seperti ini mereka yang menjaga dan merawat Devin, bukan aku. " ucap Devan seraya menatap tajam kearah Devin.
Tangan Devan terlihat memegang erat hp-nya, dan tatapannya yang terus menatap tajam kearah Devin. Ia terlihat mengepal kuat, dan terus menerus berdecak, namun rasa marahnya itu sontak lenyap di saat tiba-tiba saja tepat di telinga kanannya ia mendengar sebuah bisikan halus yang dari suaranya adalah suara seorang wanita lebih tepatnya ibu-ibu.
"Nak, kamu jangan marah ya, jaga baik-baik adikmu, dia sekarang sedang tidak baik-baik saja, doakan saja ya, semoga dia bisa segera kembali. Disini ibu akan terus mengawasi mu dan melindungimu, nak. Ibu dan ayah sangat menyayangi kalian berdua."
Setelah suara itu lenyap dan angin yang tiba-tiba berhembus sontak membuat Devan terdiam. Ia perlahan meneteskan air matanya di saat ia tahu jika suara itu adalah suara mendingan ibunya, ibu tirinya. Ia kaget disaat kata-kata itu terucap begitu halusnya di telinganya dan terdengar sangat dekat persis seperti mendiang ibunya itu tengah berada di belakangnya.
Sejak dulu Devan selalu merasa jika ibunya ini telah pilih kasih, ia merasa jika ibunya ini lebih sayang pada Devin dan adik mereka daripada dirinya. Ia merasa jika posisinya tidaklah penting di keluarga mereka di saat ia yang selalu diabaikan bila hendak menyampaikan sesuatu atau meminta sesuatu. Devan merasakan itu sejak lama sejak adik mereka yang kecil belumlah terlahir dan ia masihlah duduk di bangku sekolah dasar.
Yap, sejak itu terjadi Devan menjadi begitu benci terhadap Devin dan juga adik mereka, ia membenci mereka sejak ia merasakan pilih kasih itu, ia bahkan juga membenci kedua orang tua mereka disaat ia tidak mendapatkan kasih sayang yang diinginkannya, dan itu masihlah terpendam sampai sekarang, sepertinya rasa dendam itu masih Devan pelihara dan dia kubur di dalam hatinya. Karena walau ia telah mengatakan jika ia telah berubah dan mulai menerima semuanya, sesaat mengingat tentang orang tuanya rasa dendam itu kembali muncul di hatinya, dan membuatnya marah.
"Devan, maafin ibu dan ayah ya nak, ibu sudah membuatmu menyimpan kebencian seperti ini, membuatmu tidak nyaman dan terus menerus memusuhi adik kembarmu, sekali lagi maafin kami ya nak, kami menyesal."
Dorrr !!!!
Setelah suara tadi kembali berucap membuat Devan mengelus dadanya karena kaget. Suara itu adalah suara mendiang ibunya, suaranya terdengar pelan dan seperti menahan tangisannya.
'Astaga, ibu, kumohon jangan membuatku kaget, aku minta maaf ibu, ini semua salahku, aku yang salah paham dengan kasih sayang kalian, sekali lagi maafin aku Bu, aku menyesal.' batin Devan seraya menatap lurus ke depan dan tanpa menoleh sedikitpun.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
RomanceKehadiran seorang hantu perempuan mengubah hidup Devin secara tak terduga. Awalnya frustrasi dan putus asa, kini ia menemukan sinar harapan sejak bertemu makhluk gaib yang misterius itu. Cinta tumbuh di antara mereka meskipun dunia luar keras menent...